Part 10

210 32 7
                                        

***

Dia disana.

Kim Taehyung disana.

Berdiri di depan pintu.

Yoona memutar tubuh, ia kembali berlari melintasi ruang tamu, bertekad pergi ke kamar tidurnya, yang memiliki kunci di pintu.

Langkahnya terhenti mendadak ketika Taehyung mencengkeram gaun tidurnya.

“Ada apa sih denganmu?” la menarik Yoona dan mendekap erat gadis itu. “Apakah kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?”

“Aku sudah menelepon Sherif,” sergah Yoona lantang.

“Benarkah?”

“Ya. Dia sedang dalam perjalanan kemari. Dia bakal datang sebentar lagi. Kau jangan berani macam-macam. Jangan sentuh aku.”

Taehyung tertawa pelan.

“Dia sudah ada di sini.” Bibir Taehyung berkedut dengan keinginan untuk tersenyum. Lalu ia menirukan ekspresi terkejut yang ditunjukkan Yoona dengan melongo.

“Kau—”

“Sherif Kim Taehyung. Senang berkenalan dengan Anda, Ma’am,” ujar Taehyung dengan nada khas Selatan yang diseret-seret. “Bagaimana saya bisa membantu Anda?”

“Kau?! Dengan langsung pergi ke neraka!”

Yoona menjauhkan diri dari laki-laki itu, hatinya mendidih karena amarah melihat rasa geli Taehyung, yang dengan kurang ajarnya terang-terangan ditunjukkan laki-laki itu.

Sebenarnya Yoona sama marahnya pada dirinya sendiri seperti pada laki-laki itu. Ia, yang tinggal sendirian di New Orleans selama bertahun-tahun, membiarkan imajinasinya berkembang begitu jauh hingga bertingkah seperti orang tolol. Laki-laki itu pasti menganggapnya bodoh.

Dan ia merasa malu.

Dengan sapuan kasar tangannya, Yoona menyibak rambutnya yang acak-acakan ke belakang.

“Tunggu dulu. Bagaimana aku bisa tahu kau benar-benar sherif?” tanyanya was-was.

Dengan nada suara diseret-seret yang sama seraya mengedipkan sebelah mata, Taehyung berkata, “Mau lihat pistolku?”

Parade Thanksgiving dan Macy’s jauh lebih tidak kentara dibanding ucapan bermakna ganda Taehyung. Yoona menyipitkan mata dengan marah. “Kenapa kau tidak memberitahuku?”

“Apakah kau pernah bertanya?”

“Apa yang kaulakukan mengendap-endap di seputar rumahku tengah malam begini?”

“Aku menjawab panggilanmu. Arleta, si operator, berkata kau terdengar sangat ketakutan.”

“Tadi aku memang ketakutan!”

“Apakah kau selalu sepenakut ini?”

“Tentu saja tidak. Apa yang kaulakukan di gudang?” Tanya Yoona.

“Gudang apa?”

“Maksudmu tadi itu bukan kau?”

“Maksudmu suara-suara mencurigakan itu benar-benar ada?” Taehyung mulai khawatir.

“Kalau tidak untuk apa aku menelepon?” teriak Yoona.

Taehyung mengaitkan kedua ibu jarinya di bawah ikat pinggang jins ketatnya dan menelengkan kepala ke satu sisi. “Kukira kau menciptakan ‘penyusup’ ini hanya untuk memancingku kemari.”

“Kau bajingan sombong.” Amarah berkobar seperti lidah api di mata Yoona. “Aku mendengar sesuatu di gudang luar sana,” katanya, menunjuk ke arah dapur.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now