***
“Sudah siap.”
Ia menyeringai culas ketika melihat Yoona terlonjak kaget.
“Kopinya, Yoona. Kopinya sudah siap.”
Yoona menuang kopi, berusaha untuk tidak berpikir tentang Taehyung yang mengawasi pahanya yang telanjang dari belakang, yang ia yakin sedang dilakukan laki-laki itu. “Sudah berapa lama kau menjadi sherif?” tanyanya, meletakkan secangkir penuh kopi di hadapan Taehyung.
“Sejak aku tiba di sini. Aku pindah kemari memang untuk mengisi lowongan itu.”
“Dan sebelumnya?” Yoona duduk di seberang Taehyung dan menyesap kopinya.
Untuk pertama kalinya sejak Taehyung mengajaknya berdansa kemarin malam, mata Taehyung berhenti tersenyum. Bahkan, matanya berubah keras dan dingin. Lekuk vertikal panjang di kedua sisi mulutnya tak lagi kelihatan seperti garis tawa. “Sebelum itu aku ada di tempat lain.”
“Oh.”
Yoona mengerti. Masa lalu laki-laki itu tidak untuk dibahas. Itu membuatnya iri. Ia berharap masa lalunya juga tidak untuk dibahas. Di New Orleans ia aman. Tak ada yang tahu tentang malapetakanya dengan Kim Seokjin. Teman-temannya di sana tahu ia pindah ke sana dari kota kecil, tapi tak seorang pun pernah memaksanya untuk bercerita tentang dirinya sendiri. Yoona menghargai itu.
Itulah sebabnya ia menghormati kebutuhan Kim Taehyung untuk privasi saat ini, walaupun Taehyung merupakan laki-laki paling menjengkelkan yang pernah ditemuinya. Yoona menahan diri untuk tidak mengorek-ngorek masa lalu Taehyung dan mengisi kekosongan yang membosankan itu dengan mengunyah biskuit.
Taehyung-lah yang pertama kali bicara “Apakah kau mengalami kecelakaan?”
Yoona mengikuti anggukan dagu Taehyung ke lantai, tempat serpihan laci masih berserakan. Yoona tertawa mengejek dirinya sendiri. “Aku berniat mencari nomor telepon Park Jimin dan mencari tahu tentang dirimu.”
“Dengan senang hati dia akan memberitahumu tentang hal-hal bagus. Dia bekerja untukku.”
“Jimin penegak hukum?”
“Wakilku.”
Yoona menggeleng-geleng tak percaya. “Aku ingat waktu dia mencuri semangka.”
“Kurasa dia masih suka mencuri semangka.”
Mereka tertawa bersama, dan rasanya menyenangkan. Sedikit terlalu menyenangkan bagi Yoona untuk merasa benar-benar nyaman. Ketika tawa mereka mereda, ia menyadari betapa intim situasi dan kondisi ini.
“Sudah malam.” Ia merenggut cangkir kopi Taehyung dari tangan laki-laki itu dan membawa cangkir itu dan cangkirnya sendiri ke bak cuci piring.
“Kenapa kau terpincang-pincang?”
“Tidak apa-apa,” sahut Yoona, mengangkat bahu tak acuh ketika menaruh kembali bungkusan biskuitnya di lemari.
“Pasti apa-apa.”
Yoona mengangkat kakinya dari lantai, meluruskan kakinya selebar tiga puluh derajat. “Lututku terkena kepala paku sewaktu aku bertiarap dengan kedua kaki dan tanganku. Lihat?” Ia menunjukkan tanda merah kecil di lututnya. “Aku baik-baik saja.”
“Itu saja tidak akan membuatmu terpincang-pincang.”
“Jari kakiku juga terkena kepala paku.”
“Apa lagi?”
“Tidak ada,” tandas Yoona.
“Apa?” Walaupun Taehyung mengucapkan pertanyaan itu dengan lembut, tekad kuatnya untuk mengorek yang sebenarnya dari Yoona tampak jelas.
“Aku menginjak paku sialan itu!” teriak Yoona frustrasi. “Oke?”
“Tidak oke. Duduk.” Dengan tegas Taehyung menunjuk kursi yang tadi ditinggalkan Yoona.
“Saatnya kau pergi, Sherif.”
“Kalau kau tidak membiarkanku memeriksa kakimu, aku akan merasa sudah menjadi kewajibanku sebagai sherif untuk membawamu ke rumah sakit. Dengan begitu seluruh cerita tentang rakun dan tukang intip yang menakutkan itu akan menjadi topik gosip di salon kecantikan besok dan—”
Yoona mengempaskan tubuh dengan keras dikursi.
“Ya, begitu lebih baik,” kata Taehyung, lalu tersenyum. “Angkat kakimu kemari.”
Yoona tidak benar-benar menjulurkan kakinya untuk diperiksa Taehyung. Laki-laki itu membungkuk dan meraih kaki Yoona dari lantai, membuatnya kehilangan keseimbangan hingga bokong Yoona meluncur nyaris terjatuh dari kursinya. Yoona menahan tubuh dengan lengan dan tangannya, dengan kaku mencengkeram erat pinggiran kursi, seraya memperhatikan tangan Taehyung yang besar dan kecokelatan membungkus kakinya.
Taehyung membalik kaki Yoona dan memeriksa telapaknya.
“Di sini?” Ia menyentuh luka berbentuk bulan sabit di tumit Yoona. Gadis itu meringis.
“Sakit?”
“Kalau kau menekannya seperti itu, ya.”
“Memar yang hebat. Kau beruntung paku itu tidak menembus kulit. Hampir, tapi belum. Kau tidak butuh suntikan antitetanus, tapi kau mungkin perlu berhati-hati selama beberapa hari ke depan.”
“Akan kulakukan. Trims.” Yoona berusaha menarik kakinya, tapi gagal. Taehyung mengatupkan tangan di sekeliling kaki Yoona, memegangnya dengan kuat dan nyaman di telapak tangan laki-laki itu.
“Apakah ini termasuk tugas resmimu, Sherif Kim?”
“Tugasku adalah membantu dan menolong warga Latham Parish. Saat ini, kurasa warga yang ini membutuhkan pijatan kaki.”
Yoona menggeliat di kursinya ketika ibu jari Taehyung menyapukan satu garis membakar di tengah telapak kakinya. Sentuhan itu terasa aneh dan membuat Yoona menggelenyar, menggelitiknya hingga ke tengkuk.
“Aku pernah pergi ke Jepang.” Taehyung mengusapkan ibu jarinya ke jari-jari kaki Yoona dan mengamati tiap kuku yang dikuteks mengilat. “Pijatan kaki mereka luar biasa. Seorang geisha—”
“Aku benar-benar tidak tertarik.”
“—membubuhkan banyak losion di tangannya. Kau punya?”
“Tidak perlu losion.”
“Terserah. Nah, geisha ini sangat pintar memijat masing-masing jari kaki dengan jemarinya. Keras, tapi tidak membuat sakit. Rasanya seperti memerah susu.”
Taehyung menerjemahkan kata-katanya ke dalam tindakan dengan memelintir jari tengah Yoona di antara jemarinya yang kuat. Yoona merasakan sentuhan itu di setiap bagian tubuhnya lain, terutama yang sensitif. Sentuhan itu bahkan terlihat erotis. Punggung tangan Taehyung dipenuhi bulu-bulu pirang. Tangan laki-laki itu kelihatan gelap, jantan, dan sangat piawai di kaki Yoona yang ramping.
Susul-menyusul, sensasi terlarang bergulung di perut Yoona. Ketika Taehyung memijit masing-masing telapak jari, Yoona nyaris terlompat dari kursinya.
“Kurasa ini tidak pantas.”
Taehyung tersenyum tanpa rasa bersalah. “Kurasa begitu. Tapi rasanya luar biasa menyenangkan, bukan? Ayo, kita nikmati saja. Bagaimanapun juga, kau barusan ketakutan dan aku menyelamatkan hidupmu. Kurasa kita sama-sama layak mendapat istirahat. Aku tidak akan bilang siapa-siapa kalau kau juga tidak.”
Yoona mendapati suara membujuk dan ekspresi sayu Taehyung nyaris sama menghipnotisnya seperti pijatan laki-laki itu. Ia tidak melawan ketika Taehyung menekankan tumitnya ke celah di antara paha laki-laki itu.
“Lalu si geisha ini, setelah memijit setiap otot dan tulang kakiku, memijit hanya sekilas ujung-ujung jemariku. Seperti ini. Gerakan melingkar kecil. Terkadang sentuhannya begitu ringan hingga kupikir aku cuma mengkhayalkannya.”
Yoona terkesiap ketika sensasi mengejutkan itu melesat secepat kilat ke kakinya. Secara otomatis, kaki nya bergerak, mendesakkan diri ke ritsleting celana Taehyung. Ia bahkan tidak berani memikirkan apa yang tersentuh olehnya.
“Tentu saja, orang bilang,” lanjut Taehyung, masih dengan suara menghanyutkan itu, “bahwa sensasi yang paling nikmat adalah menjilatnya.”
Mata Yoona terpejam rapat.
***
ESTÁS LEYENDO
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
