Part 20

158 30 1
                                        


“Tunggu! Yoona!” Yoona tidak berhenti. Ia tidak melambat. Bahkan, ia semakin mempercepat langkahnya. Taehyung menghalangi jalannya dengan memutari Yoona dan menghadang kenop pintu.

“Barusan aku sangat kasar dan itu tidak termaafkan.”

“Memang. Sekarang menyingkirlah.”

“Aku minta maaf. Sungguh. Dan kau benar, terkadang aku bertingkah seperti bajingan. Berkat latihan.”

“Kau mengakui kau bajingan?”

“Tidak, aku mengaku aku dulu bajingan. Tajam. Kasar. Tidak sensitif. Aku berubah beberapa tahun sejak tinggal di sini, tapi terkadang kebiasaan itu kambuh.” Taehyung meletakkan tangan di bahu Yoona. “Aku tidak bermaksud berkata seperti itu padamu. Itu terlontar begitu saja.”

“Kau tidak berutang apa pun padaku, Mr. Kim. Sopan santun sekalipun. Aku bukan salah satu wanita yang tergila-gila padamu.”

Bibir Taehyung berkedut karena ingin tersenyum. “Yuri mengatakan hal-hal yang luar biasa, tampaknya.”

“Begitu juga dirimu. Itu membawamu ke banyak kamar tidur.”

Sinar menggoda hilang dari mata Taehyung “Aku bukan biarawan, dan aku butuh lebih dari sekadar hiburan tak berarti dari pelacur, jadi, ya, sesekali aku berhubungan dengan beberapa wanita di kota. Tapi aku selalu jujur. Aku tidak pernah mengambil keuntungan dari wanita mana pun dengan membuat janji-janji yang aku tahu takkan bisa kutepati.”

Yoona menunduk. Itu juga yang dikatakan Yuri.

Taehyung selalu memberitahu para wanita itu sebelumnya, apa persisnya yang akan didapatkan wanita itu. Menatap langsung ke dada tegap dan berotot dengan selimut bulu ikal keemasan itu, Yoona bisa memahami mengapa beberapa wanita dengan sukarela berjalan masuk ke rumah jagal emosional.
Jari Taehyung menyentuh dagu Yoona dan mengangkat wajahnya.

“Dan aku belum melanggar tradisi itu. Sejak awal, beberapa saat setelah aku bertemu denganmu, kau sudah tahu apa yang kuinginkan.”

“Memenangkan taruhanmu.”

“Membawamu ke tempat tidur.”

“Sama dan sebangun.”

“Tentu saja tidak,” ujar Taehyung parau.

“Sebesar apa pun aku menyukai menyesap Wild Turkey, Sayang, aku lebih senang mencicipimu.”

Perut Yoona terasa jungkir-balik. “Aku sudah menjawab tidak.” kata Yoona gemetar.

“Tidakkah itu mengubah pikiranmu?”

Taehyung melangkah lebih dekat lagi. “Sentuh aku dan buktikan.”

Mendengar undangan lancang Taehyung, Yoona terkesiap tajam dan memunggungi laki-laki itu. Berusaha menghindar.

“Apakah kau menggarami popcorn-mu?”

Taehyung mengikuti langkah Yoona ke dapur. “Tentu,” jawabnya, mengucapkan kata itu dengan malas-malasan.

Suasana hati Kim Taehyung mudah berubah seperti bunglon. Yoona berharap ia bisa pulih dari komentar-komentar mereka yang menjurus secepat dan selihai laki-laki itu.

Taehyung mengambil botol garam metal—wadah jelek, produksi masal lengkap dengan gagangnya—dari lemari dapur dan mengguncangnya di atas mangkuk popcorn. Lalu ia meneteskan mentega yang mencair ke atasnya.

Yoona memperhatikan mentega cair keemasan itu menetes perlahan ke biji-biji jagung yang putih dan terlihat empuk itu. Ia memutuskan bahwa satu-satunya yang beraroma lebih enak daripada popcorn yang baru jadi dan mentega cair adalah Kim Taehyung. Cologne laki-laki itu cukup kuat untuk memikatnya, tapi cukup misterius untuk menggoda alih-alih menguasai.

Taehyung menyapu tetesan terakhir mentega cair dari tepi wajan sebelum menyingkirkannya. Dengan jarinya yang bersalut mentega cair, Taehyung mengolesi bibir Yoona hingga bibir wanita itu kelihatan licin dan berkilau.

Tampaknya semua tetangganya sudah masuk ke rumah. Tak terdengar lagi suara-suara aktivitas dari luar pintu rumah Taehyung.

Matahari tenggelam cukup jauh di bawah cakrawala untuk menyinari dapur dengan sinar jingganya. Atmosfernya begitu hangat, tenang, dan sepi. Taehyung menguarkan panas. Ujung jarinya begitu halus dan kuat saat terburu-buru meratakan mentega cair di bibir Yoona.

Jantung Yoona berdebar begitu kencang hingga membuatnya takut. Mungkin inilah sebabnya ia mengucapkan nama laki-laki itu dengan nada tinggi yang menuntut sekaligus bingung.

“Taehyung?”

“Hmm?”

Taehyung menunduk dan membuka bibirnya ke bibir Yoona. Ia nyaris menyentuh bibir Yoona, hanya bertukar napas, sampai ia merasakan tubuh Yoona yang mendamba melengkung dan mendekat padanya. Ia menyentuhkan lidahnya ke bibir Yoona yang bermentega, tenggorokannya mengeluarkan suara rendah dan lapar yang berat.

Menjilat, mencicipi, lidahnya terasa lincah, basah, dan provokatif. Bibir Yoona membuka dan mencoba meraihnya. Napas Yoona tersengal-sengal.

Ketika Yoona berpikir dirinya bakal gila karena menahan rasa mendambanya, lidah Taehyung akhirnya menyentuh bibirnya dan menggoda ujung lidahnya. Lalu, sambil mengeluarkan suara liar, laki-laki itu melumat keras bibir Yoona. Bibir Taehyung terasa licin, dan gesekan yang diakibatkan lidahnya saat menyelinap masuk terasa seksi sekaligus memabukkan.

“Kau tahu aku masih menginginkanmu,” geram Taehyung, masih menempelkan bibirnya di bibir Yoona.

“Kau tahu itu, kan?” Yoona merintih sebagai jawaban, sama sekali tidak memuaskan Taehyung.

“Kau tahu itu, kan? Hmm?”

“Ya.” kata Yoona, lalu mengerang.

Ia tidak mungkin menyangkal ketika bukti ketertarikan Taehyung menekannya secara maskulin di tempat yang begitu pribadi. Tanpa mengindahkan konsekuensinya, Yoona berjinjit dan menggesek-gesekkan tubuhnya di sana.

Taehyung melontarkan sumpah serapah di bibir Yoona, sebelum menjelajahinya dengan lidah. Tangannya yang lebar terentang di punggung Yoona dan menarik wanita itu begitu dekat hingga payudara Yoona terimpit di jantungnya yang berdebar kencang.

Tanpa memikirkan apa pun—masa lalu Taehyung yang samar, masa lalunya—Yoona menyelipkan jemarinya ke sela-sela rambut pirang gelap Taehyung dan menahan kepala laki-laki itu selagi api gairah dalam perutnya menyebar ke sekujur tubuhnya dan mengancam untuk menguasai sepenuhnya.

“Yoona, Yoona.” Sambil mengerang, Taehyung membenamkan wajah di leher Yoona. “Sudah waktunya, bukan?”

Tubuh Yoona melorot pasrah dalam pelukan Taehyung. Ketika Taehyung menjauhkannya, menyandarkannya ke meja dapur, mata Yoona nyaris tidak bisa berkonsentrasi pada wajah yang telah mengusik mimpinya dan menjadi sumber fantasi-fantasi tak tahu malu yang dialaminya beberapa hari belakangan.

“Kalau begitu sebaiknya kita pergi sekarang,” kata Taehyung. “Kalau tidak berangkat sekarang, kita tidak akan mendapat tempat yang bagus di drive-in.”

Sebenarnya apa yang dipikirkan pria ini?

***

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now