Part 15

155 29 0
                                        

Memasuki toko itu rasanya seperti kembali ke masa lalu. Kipas angin yang sama berputar-putar di langit-langit walaupun toko ini sudah memasang AC bertahun-tahun lalu. Lantai kayunya masih berderit di tempat-tempat yang sama dan beraroma minyak lemon yang menyenangkan, yang mereka pakai untuk menggosok lantai.

Rak-raknya dipenuhi benda yang tidak bisa dibeli di tempat lain, misalnya cat kuku Tangee dan parfum Evening in Paris dalam kemasan khasnya, botol kaca biru buram dengan tutup perak. Yoona dan teman-temannya dulu sering menghabiskan waktu berjam-jam “berbelanja” di toko ini, menghabiskan uang hasil kerja mereka sebagai babysitter.

Air mancur soda di belakang juga masih terlihat sama. Mulut Yoona berliur saat menantikan Cherry Coke yang dipesankan Taehyung untuknya.

“Minum di sini atau bungkus?” tanya si pelayan soda yang menyebalkan.

“Minum di sini.”

“Bungkus.”

Mereka menjawab berbarengan. Taehyung melepas topi dan kacamata hitamnya, lalu menunduk menatap Yoona. “Kalau kau membawanya keluar, esnya bakal cair. Kita akan meminumnya di sini.”

Yoona duduk di kursi tinggi yang ditunjuk Taehyung dan melepaskan kacamatanya sendiri.

“Kau sangat suka memerintah-merintah orang ya, Sherif?”

“Aku suka menjadi pengambil keputusan, yeah.”

“Ya Tuhan, jauhkan aku dari dominasi laki-laki.”

Si pelayan soda yang menyebalkan meletakkan dua gelas berisi es di hadapan mereka dan kembali membaca majalah pornonya. Setelah menyesap minu-mannya lewat sedotan, Taehyung bertanya, “Sepertinya aku menangkap sekilas nada pahit dalam doamu?”

“Lebih dari sekadar sekilas.”

Taehyung berputar di kursi tingginya untuk mengha-ap Yoona.

“Apa yang membuatmu begitu kesal pada laki-laki?”

“Secara umum atau khusus?” tanya Yoona manis.

 “Kita mulai dengan yang umum-umum dulu.”

“Umumnya laki-laki ingin membuat wanita tetap berada ‘di tempatnya’.”

“Hmm, aku mungkin akan mendebat hal itu, setidaknya sampai kita memastikan tepatnya tempat apa yang dimaksud. Sekarang alasan khususnya.”

“Khususnya,” ujar Yoona, berbicara lambat-lambat, “surat permohonan pinjamanku untuk bisnis di Bank akan dipertimbangkan menurut standar yang berbeda dengan standar yang akan dipakai andaikata aku memakai celana panjang dan bukannya stoking.”

Taehyung menunduk menatap kaki jenjang Yoona, tapi, menyadari suasana hati Yoona, menahan diri untuk tidak berkomentar.

“Mereka menolakmu, ya?”

“Belum, tapi hampir bisa dipastikan.”

“Kenapa kau membutuhkan pinjaman itu?”

Yoona menatap Taehyung, berpikir kira-kira adakah keuntungan yang bisa diambil laki-laki itu jika dia menceritakan masalahnya.

Tidak ada.

Mungkin itu sebabnya ia tergoda untuk menceritakan semua rencananya pada Taehyung. Mungkin ia bisa memetik hal baru dari pendapat seseorang yang bisa melihat masalah ini dari sudut pandang yang benar-benar objektif, seseorang yang tidak memiliki prasangka terhadapnya ataupun pekerjaannya.

“Aku ingin memulai bisnis sendiri,” ujar Yoona pendek.

“Bisnis apa?” Taehyung sudah menghabiskan minumannya dan menyingkirkan gelasnya, memusatkan perhatian hanya pada Yoona.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang