Part 19

164 29 0
                                        

“Kukira kau akan memakai mobil patroli,”
komentar Yoona saat mereka melaju.

“Aku tidak bertugas malam ini. Jimin yang bertugas, kecuali ada kasus darurat.”

“Apakah kau keberatan menutup jendelanya?”

“Ya. Aku suka anginnya.”

Yoona tidak meragukan itu. Angin sangat menguntungkan laki-laki itu dengan membuat blus Yoona menempel erat di bagian depan tubuh. Lekuk payudaranya tercetak jelas untuk ditatap Taehyung tiap kali laki-laki itu menoleh padanya, yang cukup sering dilakukan Taehyung.

Yoona membisu. Seandainya Taehyung tidak akan menganggapnya pengecut, Yoona sudah bakal menuntut laki-laki itu mengantarnya pulang. Namun, Yoona dengan enggan menerima menghabiskan beberapa jam untuk bertengkar. Itu bisa dihadapinya dengan tangkas. Yang tidak yakin bisa ditanganinya adalah serangan laki-laki itu terhadap indranya.

Taehyung tampak sensual saat memindahkan persneling. Otot-ototnya yang kuat bergerak dengan ketepatan otomatis, berkontraksi dan rileks dengan keluwesan yang menghipnotis.

Mobil merespons laki-laki itu seperti hewan yang sudah dijinakkan. Hanya dengan sedikit gerakan pergelangan tangannya, pijakan luwes kakinya, mobil itu pun meluncur.

“Drive-in-nya ada di sisi lain kota ini,” kata Yoona, mengalihkan tatapan dari pangkuan Taehyung saat laki-laki itu menurunkan persneling.

“Kita perlu mampir ke tempatku dulu.”

“Buat apa?”

Senyum Taehyung bakal bisa membuat playboy paling tersohor pun malu. “Aku tidak pernah pergi ke drive-in tanpa persiapan.”

Yoona menatapnya kaget, lalu jijik, sebelum memalingkan wajah. Ia menatap kaca depan lurus-lurus sampai mereka berhenti di jalur masuk mobil rumah yang walaupun kecil tampak terawat di jalanan yang sisi-sisinya ditumbuhi pohon rindang. Ini bukan tempat yang Yoona duga bakal ditinggali Taehyung.

Tempat ini cocok untuk keluarga. Anak-anak bermain di pekarangan-pekarangan yang luas. Beberapa anak laki-laki yang bersepeda melewati mereka melambai pada Taehyung.

Dua wanita mengobrol dari balik sesemakan myrtle pendek yang tengah mekar-mekarnya. Laki-laki di seberang jalan memotong rumput St. Augustine-nya.

Taehyung memutari mobil dan membukakan pintu Yoona. “Ayo masuk.”

“Aku tunggu di sini saja.”

“Ada yang perlu kausembunyikan?”

“Ya.”

“Apa?”

“Diriku sendiri.”

“Merunduk di mobil hanya akan menambah keingintahuan mereka.”

Taehyung benar. Sekarang saja sebagian besar tetangga laki-laki itu sudah melihat bahwa sherif mereka tidak sendirian. Mereka menghentikan berbagai kegiatan pengisi waktu mereka untuk mengawasi secara terang-terangan. Yoona mendorong pintu mobil hingga terbuka. Ia menampik tawaran Taehyung untuk membantunya dan turun sendiri. Ia juga menyentak lepas tangan Taehyung yang memegangi sikunya untuk membantunya saat mereka menaiki tangga batu bata lebar menuju teras, tempat Taehyung membukakan pintu depan rumahnya.

Ruang duduknya terang dan sejuk. Yoona menyangka rumah Taehyung bakal remang-remang dan mesum. Tempat itu bukannya sama sekali bersih, tapi rapi, seolah semua barang berantakan disingkirkan dalam sekali raup dan perabot modern itu demi menyambut kedatangannya. Kemoceng laki-laki itu belum bekerja sempurna. Dan tanaman laki-laki itu perlu disiram.

Tapi ruangan itu nyaman, sepertinya dimanfaatkan sebaik-baiknya dan bersahabat, ruangan tempat buku-buku dibaca sesering TV ditonton. Yoona pasti akan merasa nyaman melepaskan sepatu saat melinta si lantai kayunya. Ruangan ini menguarkan kenyamanan semacam itu.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora