Taehyung membuka kancing lain blus Yoona dan menunduk menatap gadis itu.
“Aku bahkan belum menyentuhnya. Suaraku saja sudah melakukannya.” Ia mengipaskan ujung-ujung jemarinya ke puncak payudara Yoona yang mencuat.
“Hmm, cantik.”
Gairah melengking dalam diri Yoona seperti tiupan nyaring seruling.
“Kita melewatkan filmnya.”
“Biarlah, lagi pula cuma kita satu-satunya yang menontonnya. Semua orang lain sudah bergerak lebih jauh dibanding kita.”
“Tapi mereka anak-anak, sedangkan kita sudah dewasa.”
“Yeah, dan kau tahu apa kata orang tentang orang dewasa yang saling menyukai.”
Tangan Taehyung menangkup tengkuk Yoona, meraihnya ke dalam pelukan untuk mencium gadis itu. Bibir Yoona pasrah di bawah bibirnya. Antusiasme laki-laki itu menumbuhkan antusiasme Yoona, dan reaksi kimia spontan yang terjadi di antara mereka sangat luar biasa. Yoona meleleh dalam pelukan Taehyung, mengalungkan lengan di sekeliling leher laki-laki itu, menyukai rasa rambut Taehyung di bagian dalam sikunya.
Taehyung menunduk dan menyurukkan kepala di belahan dada Yoona. “Kau menyemprotkan parfum di sini malam ini.”
“Ya.”
“Bagus.”
Taehyung mencium bagian atas payudara Yoona. Dengan manis, Yoona menahan napas. Ia mendekap erat kepala Taehyung, menenggelamkan jemarinya di rambut tebal Taehyung, ingin merasakan mulut hangat dan lembap laki-laki itu di puncak payudaranya yang menegang.
Sebaliknya, Taehyung menjepit puncak payudara Yoona di antara jemari, mencubitnya ringan, membuatnya mencuat lebih tinggi, menggosok bagian paling puncaknya dengan ibu jari.
“Aku ingin menciummu tepat di situ.”
Yoona mengerang mendengar ucapan erotis Taehyung.
“Aku yakin rendanya akan terasa kasar di lidahku.”
Yoona menengadahkan kepalanya ke belakang dalam permohonan tanpa suara supaya Taehyung mempraktikkan kata-katanya.
“Aku ingin membuatmu bergairah.” Taehyung meremas paha Yoona yang terbalut rok.
Terkejut sekaligus terangsang, Yoona menatap wajah Taehyung. Tangannya kini berada di bahu laki-laki itu. Ia bisa merasakan getaran-getaran menjalari tubuh Taehyung.
Getaran sama yang menjalari tubuhnya sendiri. Tak mampu berkata-kata, Yoona mengangguk.
Sambil mengerang keras, Taehyung membenamkan wajah di lekukan leher Yoona.
“Aku begitu bergairah sampai sakit rasanya. Aku sudah bergairah sejak pertama kali melihatmu melahap stroberi bersalut cokelat waktu itu.”
Dengan gerakan mendadak yang nyaris kasar, Taehyung menengadah lagi dan menangkup wajah Yoona dengan kedua tangan. Ia menggerakkan ibu jarinya, menggosok-gosokkannya ke bibir Yoona yang lembap.
“Mulutmu sangat menggoda. Aku mengaguminya waktu melihat bibirmu mengatup di sekeliling stroberi itu. Dan aku ingin kau…” Taehyung menggeleng seolah ingin menjernihkan pikirannya dan tertawa datar.
“Apa yang aku ingin kaulakukan, akan membuatku harus menangkapmu. Di sini tindakan itu masih dianggap ilegal.” Ekspresi takjub di wajah Yoona diganjar seringai jail dari Taehyung.
“Untuk saat ini, biarlah bibir luar biasa ini kita sibukkan dengan hal lain.”
Ia menunduk untuk mencium Yoona lagi. Tapi mereka disela.
“Sherif Kim? Eh, Sheriff? Permisi, Sir.”
Taehyung menoleh cepat ke arah kaca pengemudi, tempat seseorang tengah mengintip dari baliknya. Pria itu meringis dan menjauh dari tatapan garang Taehyung. Dia sadar telah mengganggu hal yang seharusnya tidak diganggu.
“Aku, eh, maafkan aku karena mengganggumu seperti ini, Sherif.”
“Aku sedang tidak bertugas, Wade.”
“Aku tahu itu, Sir, dan aku benar-benar tidak enak karena mengganggumu, apalagi saat kau bersama pacarmu…” Wade menunduk supaya bisa melihat Yoona.
“Beribu-ribu maaf, Ma’am.”
Yoona, yang dengan kalut buru-buru mengancingkan kembali blusnya, sangat bersyukur kegelapan menyembunyikan rambutnya yang berantakan, pipinya yang merona merah, dan roknya yang kusut.
“Apa yang kauinginkan, Wade?”
“Yah, Sir, ini bisa dibilang keadaan darurat, kurasa. Kalau tidak, berani sumpah, aku tidak akan mengganggumu.”
“Langsung saja pada intinya!” bentak Taehyung tegas.
“Ini soal Sally, Sherif. Dia, eh, yah, dia…”
“Apa?” bentaknya.
“Dia hampir melahirkan.”
“Melahirkan?” teriak Taehyung dan Yoona berbarengan.
“He-eh, Sir. Waktu aku pulang kerja dia bilang dia merasa tidak enak seharian ini. Kupikir menonton bisa menghiburnya. Jadi kami—”
Taehyung sudah bergerak dengan sigap. Ia meraih ke bawah kursi dan mengeluarkan lampu merah berputar yang bermagnet dan dioperasikan dengan baterai, yang langsung ia letakkan di atap mobilnya. Tangannya terulur melewati Wade, meletakkan kembali speaker drive-in di tiangnya, dan berkata pada pemuda itu,
“Temui aku di gerbang keluar. Aku akan mengawalmu ke rumah sakit.”
“Aku sangat berterima kasih. Sekali lagi maaf karena—”
“Cepat bergerak!” teriak Taehyung.
Wade memiringkan ujung topi bisbolnya sedikit dan langsung melesat pergi. Taehyung, menggumamkan umpatan, menyalakan mobil dan menyetirnya ke gerbang keluar.
Kekesalan laki-laki itu sangat lucu, Yoona menahan tawa sebisa mungkin.
Taehyung memelototinya waktu mendengar Yoona mulai cekikikan.
Yang benar saja?
***
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
