Prangg!!
“Yoona, Sayang, Kalau kau berniat membangunkanku seperti ini setiap pagi, kita memulai hubungan ini dengan berat.”
Yoona berbalik cepat mendengar suara itu. Taehyung bersandar di kusen pintu, pergelangan kakinya disilangkan, sebelah bahu disandarkan ke kayu tak berpelitur itu.
Ia hanya mengenakan celana dalam yang menggantung rendah di pinggangnya yang ramping. Rambutnya berantakan menggemaskan. Dagunya mulai ditumbuhi bakal janggut. Yoona nyaris tidak bisa melihat mata Taehyung karena laki-laki itu menyipitkan mata melawan sinar matahari yang menyilaukan dan alis Taehyung berkerut dalam.
“Berani-beraninya kau menunjukkan muka di hadapanku,” desis Yoona.
“Kenapa?” Tanya Taehyung tak mengerti.
Yoona merentangkan tangan lebar-lebar untuk menekankan sekardus wiski dan kekacauan harum yang dibuatnya.
“Semua ini satu-satunya yang berarti tentang semalam untukmu, bukan?”
Kerutan di dahi Taehyung semakin dalam. Ia menggeleng, tampak muak, mengabaikan itu, lalu berkata,
“Aku akan membuat kopi.”
Detik berikutnya Yoona menatap pintu depan yang terbuka.
Amarahnya meledak. Berani-beraninya Taehyung berbalik dan pergi ketika aku bahkan belum mengatakan betapa menjijikannya dia menurutku! Yoona berderap ke dapur.
Taehyung tengah menakar kopi ke wadah logam teko kopi. Selagi Yoona berdiri di sana dengan darah mendidih, menatapnya dengan tatapan mematikan, Taehyung memenuhi teko dengan air, lalu menyalakan korek api, dan mengarahkannya ke kompor gas. Hanya ketika Taehyung merasa apinya sudah pas, barulah dia berbalik dan menatap Yoona penuh tanya.
"Jadi, apa yang terjadi?" Tanyanya.
“Keluar dari rumahku.”
“Yoona.” ujar Taehyung dengan desahan napas panjang-dan-menderita seraya bersandar ke papan pengentas dan melipat tangan di depan dada telanjangnya,
“Biar kuberi kau pelajaran tentang etiket pagi-sesudah-bercinta. Hal paling minimal yang dapat kaulakukan untuk membalas pria yang telah memberimu tujuh orgasme—atau delapan, ya? Sulit membedakannya dengan wanita berhasrat tinggi seperti dirimu—yah, itu tidak penting, hal paling minimal yang bisa kaulakukan untuk membalasku pagi ini adalah menyiapkan secangkir kopi. Atau, senyuman dan ucapan 'selamat pagi' dari bibir indahmu pun cukup.”
“Kau menjijikkan. Keluar dari rumahku"
“Kau tidak berpikir begitu semalam,” sergah Taehyung tanpa tedeng aling-aling. “Dan harap dicatat, semalam berhubungan erat dengan kau dan aku dan tidak ada hubungannya dengan taruhanku dengan Jimin.”
“Bukankah itu alasan kau tidur denganku?”
“Bukan.”
“Kalau begitu bagaimana kau menjelaskan kardus Wild Turkey di teras depanku?” Yoona menuding tajam ke arah depan rumah.
“Aku tidak bisa. Aku tidak tahu bagaimana Jimin tahu aku ada di sini. Mungkin dia melihatku meninggalkan gereja naik mobil seperti kesetanan, mengikutimu ke sini, dan menarik kesimpulan sendiri.”
“Atau mungkin setelah kau berhasil, kau mengendap-endap turun dari tempat tidur dan pergi ke sini untuk meneleponnya.”
Taehyung menatap Yoona dengan tatapan mengancam selama beberapa detik, lalu berbalik untuk mengambil mug kopi dari lemari. Akhirnya, kopi sudah siap. Baru setelah ia menuang dan menyesap kopi panas yang membakar lidahnya beberapa kali, Taehyung menatap Yoona kembali, “Aku tidak melakukannya.”
“Mana aku tahu.”
“Yah, seharusnya kau tahu. Tanganmu bisa dibilang menggerayangiku sepanjang malam”
Taehyung setengah memejamkan mata dengan seksi.
“Dan apa yang biasanya kau pegang takkan bisa tanpa sepengetahuan kita berdua.”
Pipi Yoona merona karena malu dan panas. Ia mengarahkan tatapannya ke bawah, mencari-cari sesuatu untuk dikatakan. Ia bisa merasakan dirinya dengan cepat kehilangan kendali dan tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya kembali.
“Yah, semuanya toh sudah terjadi. Kau memenangkan taruhanmu. Mingguku di sini sudah berakhir. Segera setelah tamuku,” Yoona menekankan dengan sinis, “menghabiskan kopinya, aku akan pulang.”
“Ke New Orleans?”
“Ke mana lagi?”
“Dan kembali pada mereka?”
“Apa maksudmu?” Yoona sontak kembali defensif.
“Kembali ke semua kekasih yang tak pernah ada itu?”
Yoona tidak bisa membalas, jadi ia menghindar membahas hal itu.
“Kembali ke karierku. Tepatnya”
“Karier yang dengan mudahnya bisa kau tangani dari sini.” Taehyung meletakkan mugnya yang sudah kosong.
“Kau hanya akan kembali ke kesendirian yang kautimbulkan sendiri. Kau mengasingkan diri dari semua yang kauakrabi dan kausayangi karena kau tidak punya nyali untuk tetap tinggal dan menghadapi apa yang sudah begitu jelas.”
“Bahwa tunanganku lebih memilih bridesmaid-ku daripada aku!”
“Tidak, bahwa kau memilih pria yang salah, itu awalnya. Kau tidak mau mengakui kepada semua orang bahwa penilaianmu meleset jauh.”
“Setelah apa yang terjadi, aku tidak punya pilihan selain pergi.”
“Kau punya banyak piihan!” bentak Taehyung!
“Salah satunya, kau bisa tetap tinggal dan menikah dengan Seokjin. Pilihan lainnya, kau bisa saja mengungkap hubungannya dengan Gretchen dan bukannya menanggung kesalahan sendiri.”
“Aku terlalu mencintainya untuk melakukan itu!” balas Yoona tak kalah sengit.
Ia tahu itu bohong; Taehyung tahu itu bohong. Tapi ia ingin memancing kemarahan Taehyung.
"Dan itu bukan urusanmu!"
"Itu menjadi urusanku Yoona. Ingat itu!
Usahanya tidak berhasil, “Itu omong kosong, Yoona.” ujar Taehyung lembut. “Sama seperti omong kosong tentang orangtuamu meninggalkan kota ini karena aib yang kautimbulkan.”
“Apa yang kau tahu soal itu?”
“Aku berbicara pada Yuri. Dia bilang ayahmu di tawari pekerjaan hebat di Jackson. Kepergian mereka tidak ada hubungannya denganmu. Tapi kau memilih untuk memercayainya untuk membenarkan kepergianmu sendiri. Demi semua orang di Latham Green, kau menciptakan citramu sebagai wanita karier independen dengan sederet kekasih dan sikap serampangan. Kau lalu mulai memercayai citra palsu dirimu itu." Jelasnya panjang lebar.
****
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
