Part 28

165 31 3
                                        

***

TAEHYUNG TELAH MELAKUKAN kesalahan fatal dan ia tahu itu.

Merutuki salah perhitungan yang dibuatnya, ia menandaskan isi cangkir kopi kesekian yang telah diminumnya sejak pulang dari kabin Yoona.

Ia bahkan tidak berusaha tidur, tahu itu sia-sia belaka. Ia tidak akan bisa tidur. Antara gairah dan menghukum diri, ia pasti akan terjaga sepanjang malam.

Jadi ia memilih untuk menjerang sepoci kopi dan melewatkan malam dengan menenggaknya.

Sekarang, saat matahari merangkak naik dari ufuk timur, ia masih memarahi diri sendiri karena telah mengacaukan segalanya semalam.
Ketika disudutkan, binatang terluka mana pun bakal menyerang.

Ketika ia mengatakan pada Yoona bahwa wanita itu dulu tidak, tidak mungkin, mencintai Seokjin Kim, jelas wanita itu akan bersumpah sebaliknya di depan setumpuk Kitab Suci.

Kenapa ia terlambat menyadarinya?

“Karena aku bodoh, itu sebabnya,” gumam Taehyung saat meninggalkan kursinya.

Ia mencuci cangkirnya di bak cuci piring, mencabut steker mesin pembuat kopi, dan berjalan di sepanjang lorong rumahnya yang gelap menuju kamar tidur. Ia sempat melihat sekilas bayangannya di cermin di atas mejanya.

Matanya merah dan tidak fokus seperti mata pemabuk setelah minum-minum selama tiga hari penuh. Cambangnya lebih gelap daripada warna rambutnya dan memenuhi separo bawah wajahnya. Kancing kemejanya terbuka semua, ujungnya menggantung lemah di atas pahanya. Tampangnya betul-betul berantakan dan sama sekali tidak pantas bagi kepala penegak hukum di Latham Parish.

Ia mencuci mukanya di wastafel kamar mandi, dan sekali lagi mengulas kejadian-kejadian tadi malam. Yoona wanita seutuhnya, tidak diragukan lagi. Wanita sensual dan penuh hasrat.

Yoona sangat marah ketika Taehyung memotong foreplay mereka dan buru-buru pergi ke drive-in.

Seandainya saat itu aku membawanya dari dapur ke kamar tidur, dia tidak akan melawan, pikir Taehyung. Oh, Yoona mungkin menunjukkan sedikit perlawanan, mengingat sudah pembawaannya untuk melawan, tapi tidak benar-benar melawan.

Taehyung sudah memutuskan sejak pertemuan pertama mereka bahwa satu-satunya cara ia bisa merayu Im Yoona adalah dengan tidak melakukan apa pun.

Ia langsung menyadari bahwa Yoona tidak bisa dipuji; dia kebal terhadap pujian. Yoona tidak bisa dibujuk; dia terlalu pintar. Taehyung tidak bisa memancing Yoona mengasihaninya; Yoona takkan memercayainya.

Secara naluriah Taehyung tahu bahwa satu-satunya cara ia bisa berhasil membawa Yoona ke ranjangnya adalah dengan memberitahu wanita itu secara blak-blakan tentang apa yang akan ia lakukan, kemudian tidak berusaha keras untuk melakukannya. Menyerang dengan keras, lalu mundur.

Kebingungan adalah kuncinya. Begitu Taehyung melaksanakan langkah terakhirnya, gadis malang itu akan terlalu kebingungan dengan taktik lihai Taehyung hingga gadis itu akan merasa lega bisa jatuh ke tempat tidur Taehyung.

Semuanya berjalan lancar dan sesuai rencana. Tapi Taehyung tidak memperhitungkan hambatan terbesar bahwa Yoona menganggap diri masih mencintai Seokjin Kim.

Dagunya tergores. Taehyung menyumpahi pisau cukurnya yang tumpul dan dengan marah melempar pisau cukur itu ke keranjang sampah. Ia menanggalkan pakaiannya, melangkah ke bawah shower, dan memutar keran sampai habis. Mungkin semburan air yang ke-ras bisa membuat otaknya berpikir jernih.

Mencintai Seokjin! Ha!

Omong kosong besar.

Taehyung menyabuni diri, mengerutkan dahi saat membayangkan Yoona masih tergila-gila pada pecundang itu.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now