Part 36

218 33 4
                                        

“Partnerku, yang juga sahabat baikku, dan aku ditugaskan menangani kasus yang sangat penting. Kerahasiaan dijaga ketat. Hanya segelintir orang yang tahu."

“Dari awal kami tahu ini tugas berbahaya. Kami harus membongkar kedok pemimpin jaringan narkoba, yang diduga berada di dalam departemen kami sendiri.” lanjutnya.

Yoona berusaha menenangkan dengan mengetuk-ngetukkan ujung jemarinya di paha Taehyung. Laki-laki itu masih tegang, dan Yoona tahu betapa berat bagi Taehyung untuk membicarakan kejadian menyakitkan ini dalam hidupnya. Namun ia merasa inilah katarsis yang dibutuhkan Taehyung.

“Penyelidikan kami berlangsung selama berbulan-bulan. Suatu malam partnerku meneleponku di rumah. Dia sangat bersemangat. Informan yang dibayar memberinya beberapa berita yang harus segera diceritakannya. Aku setuju menemuinya di kedai kopi. Kami berhati-hati untuk tidak membahas apa pun lewat telepon. Selalu ada kemungkinan orang yang kami incar mengintai kami.”

Taehyung terdiam. Beberapa menit berlalu, Yoona merasakan jemari Taehyung mengusap rambutnya, kalau tidak ia bakal mengira Taehyung tertidur; sediam itulah Taehyung berbaring.

“Ternyata mereka memang sudah mengintai kami,” kata Taehyung. “Partnerku memanggilku dari seberang lapangan parkir kedai kopi segera setelah aku menghentikan mobil. Aku berjalan ke arahnya.” Suara Taehyung bergetar. “Peluru pertama mengenainya tepat di antara mata. Lalu yang lainnya, secara bertubi-tubi, menghantamnya—”

“Jangan, Taehyung.” Yoona membalikkan wajah ke perut Taehyung, membenamkannya ke kulit Taehyung yang bertabur bulu. Lengannya melingkari pinggang Taehyung dan memeluk erat laki-laki itu. “Jangan memikirkannya lagi. Aku menyesal sudah bertanya.”

“Tidak. Sudah lama sekali aku butuh membicarakannya.” Taehyung menarik napas dalam-dalam. “Setelah partnerku dibunuh, aku bekerja dua kali lebih keras untuk menemukan bajingan-bajingan yang bertanggung jawab.” Ia mendenguskan tawa pahit. “Penjahat utamanya ternyata kepala departemen Vice, orang yang sama yang memerintahkan kami memecahkan kasus ini.”

Yoona mengerang bersimpati. “Apa yang terjadi?”

“Aku menangkapnya. Dia dipenjara. Mereka tidak bisa mendakwanya dengan pembunuhan partnerku, jadi dia lolos dari tuduhan itu. Mereka menawariku pekerjaannya.”

“Kenapa kau tidak menerimanya?”

“Aku tidak menginginkannya. Aku muak dengan semua itu. Muak dengan para atasan yang lebih suka mengibaskan tangan dan berkata ‘Tidak’, daripada membuka korupsi di tubuh departemen.” Taehyung menarik napas dalam-dalam. “Jadi aku pergi dan datang kemari, tempat aku masih bisa berguna.”

“Kau laki-laki yang punya integritas.”

“Atau laki-laki tolol.”

Yoona menengadah dan menatapnya dengan rasa kagum yang mantap dan penuh. “Laki-laki yang punya integritas.”

“Trims.”

Yoona mencium guratan pink di sisi tubuh Taehyung. “Mereka mencoba membunuhmu juga, ya?”

“Yeah. Pada malam yang sama mereka menembak partnerku.”

“Dan saat itulah istrimu meninggalkanmu?”

“Dia memberiku ultimatum. Kalau aku kembali mengerjakan kasus itu, dia akan meninggalkanku.”

Taehyung membelai puncak kepala Yoona.

“Aku tidak bisa pergi begitu saja dan membiarkannya tak terselesaikan. Aku harus menyelidiki sampai ke akarnya.”

“Kenapa kau tidak membawanya ke sini ketika semuanya sudah berakhir?”

Taehyung menarik salah satu ikal Yoona. “Saat itu aku menyadari kami tidak cocok satu sama lain dalam situasi apa pun” Matanya menari-nari dengan tatapan jail. “Dia tidak sepanas dirimu.”

Yoona hendak memprotes tapi berubah pikiran dan tersenyum menggoda. “Aku bahkan belum melakukan pemanasan.”

Ia menunduk dan mulai menghujani perut Taehyung dengan ciuman. Aroma kulit Taehyung begitu memabukkan dan ia sangat ingin mencicipinya. Lidahnya menyentuh Taehyung coba-coba, lalu menjadi berambisi hingga membuat bulu-bulu ikal berwarna keemasan itu lembap.

“Yoona,” ujar Taehyung parau. Tangannya menyelinap ke balik rambut Yoona dan dengan longgar mencengkeram kepala gadis itu. Ia menggerakkan tangannya dengan bebas.

Jemarinya baru agak menegang di kepala Yoona ketika gadis itu menurunkan kepalanya dan menciumnya di sana. Dan bibir Yoona bertahan sampai hasrat Taehyung memuncak.

“Tidak, Yoona,” cegah Taehyung parau ketika Yoona beranjak ke pangkuannya. “Aku akan melukaimu.”

Yoona menggeleng, dan dengan perlahan menyatukan tubuh dengan Taehyung.

Berbaring berhadap-hadapan dengan Yoona dalam keheningan menenangkan, beberapa menit kemudian, Taehyung menyingkirkan ikal-ikal lembap yang menempel di pipi gadis itu.

“Seharusnya kau tidak melakukannya,” ujarnya pelan.

“Kau tidak suka?”

“Kau tahu aku sangat menyukainya. Tapi kau bisa melukai dirimu sendiri.”

“Aku terlalu senang untuk menyadari rasa sakit.” Ia mencium bibir Taehyung lembut.

“Selagi kita berdebat, kau juga seharusnya tidak melakukan itu.”

“Memasukkan jariku ke sana?” Yoona merona,

“Aku agak liar, kan?”

“Ya, dan cantik.” Taehyung mengamati wajah Yoona serius seolah baru pertama kali melihatnya.

“Kau cantik, Yoona. Dan menawan”

“Terima kasih,”

“Aku tidak berbasa-basi. Dan aku bukan cuma bicara soal penampilanmu. Tentunya kau sudah bisa melihat bahwa aku sangat menyukai penampilanmu.” Taehyung menelusuri garis dagu Yoona dengan jarinya. “Tapi aku juga menyukai dan mengagumi siapa dirimu.”

Mata Yoona berkabut oleh air mata “Benarkah?”

“Sangat, aku jatuh padamu” bisik Taehyung. Lalu ia menelengkan kepala.

“Kau tidak akan menangis, kan?”

“Mungkin.”

“Dilarang menangis di tempat tidurku. Kurasa aku harus memikirkan cara untuk mengalihkan perhatianmu.”

"Tunjukkanlah padaku"

Taehyung tau Yoona sangat berbakat dalam membuat pengalih perhatian.

***

To be continued

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang