Part 34

204 33 3
                                        

Heloowww readers..

Happy Ied Mubarok✨✨

Masih adakah yang menunggu story ini??
alasan aku up next chapter setelah lebaran adalah ... Rating chap berikut nya akan 21+ 😌🤭

Dan teruntuk para reader-nim yang kurang nyaman dengan adegan 21+ yang berbau intim ini & yang masih dibawah umur boleh untuk chapter ini di skip aja ya..

So, happy reading and don't forget to vote and comment 😊✨

***

Matahari terbenam, cahayanya menembus jendela-jendela berkerai dan melimpah melewati pintu, yang masih menggantung terbuka, terlupakan dan tidak dianggap penting, membuat seisi ruangan bermandikan cahaya keunguan. Bayangan-bayangan gelap mulai muncul, tapi tidak mengancam. Udara malam terasa berat dan manis dengan keharuman honeysuckle, magnolia, dan gardenia pada musim panas.

Suara yang terdengar hanyalah suara-suara binatang malam yang keluar dari persembunyian mereka pada siang hari, burung-burung malam yang saling memanggil di pepohonan, serta suara sepasang kekasih yang mendesah di bibir mereka yang bertautan ketika akhirnya mereka saling menarik diri, juga suara stoking Yoona yang bergesekan saat ia menggerakkan kakinya dan berusaha menjadi lebih kecil dan semakin mendamba dalam pelukan Taehyung.

“Yoona, Yoona.” Nama itu terucap dalam erangan pelan dari bibir lembap Taehyung.

Dengan bantuan Yoona, Taehyung mulai melepaskan manset kemeja dari lubangnya sampai manset-manset itu tergeletak di samping jepit jepit rambut di meja sudut dan tangan Yoona menyusup ke balik kemeja dikanji itu dan menyentuh kehangatan dada berbulu Taehyung.

Saat ciuman mereka semakin dalam, tangan Taehyung menangkup leher Yoona. Ujung jemarinya membelai leher Yoona seolah terkesima pada kelembutannya. Di balik kemejanya, jemari Yoona perlahan menjelajah, mengait sejumput bulu-bulu kasar, menguji kekuatan orot-otot, menemukan dan mempermainkan putingnya yang keras.

Taehyung mengumpat dalam bisikan parau dan menjatuhkan tangannya di atas payudara Yoona, merangkum bobot penuh di balik pakaian dalam Yoona. Sutra itu bergerak-gerak di bawah cumbuan lembut tangan Taehyung, dengan nikmat menggesek kulit Yoona. Bahkan suara desiran kain itu terdengar erotis. Napas Yoona tak lebih dari suara tercekat di tenggorokannya ketika Taehyung dengan ringan mencubit puncak payudaranya hingga mengeras.

***

“Taehyung?”

“Apa, Sayang?”

“Jangan berhenti menyentuhku seperti ini.”

“Tidak akan.”

Yoona menciumi leher Taehyung yang kokoh dan kecokelatan hingga ke dada. Ia membuka kemeja laki-laki itu makin lebar dan menekankan bibirnya ke lekuk keras dada Taehyung tempat ia bisa merasakan jantung laki-laki itu berdebar makin kencang.

Taehyung memijit payudara Yoona, bolak-balik mengusapkan ibu jarinya di atas puncaknya, sebelum tangan nya meluncur turun ke pinggang gadis itu, yang diremasnya pelan.

Lalu ia meletakkan tangan di lutut Yoona. Pakaian dalam Yoona tersingkap dan sekarang menumpuk di sekitar panggul gadis itu.
Taehyung mengangkat kepalanya dari ceruk di bahu Yoona, yang sedari tadi dihujaninya dengan ciuman, dan mencuri-curi pandang ke bawah. Kaki Yoona terbalut stoking pucat. Gadis itu mengenakan kait penahan stoking.

Taehyung bisa melihat suspender berenda itu terpentang hingga ke stoking di tengah-tengah paha. Pemandangan itu begitu seksi, Taehyung bisa merasakan gairahnya melesat tinggi hingga ia bertanya-tanya bisakah ia bertahan lebih lama.

Ia menyelipkan tangan ke balik suspender dan meremas paha Yoona yang selembut sutra. Sensasi panas dan membutakan menjalari Yoona dan gadis itu meneriakkan nama Taehyung. Yoona melempar kepalanya ke belakang; bibirnya membuka tanpa suara tapi intens, memohon ciuman. Dengan senang hati Taehyung memenuhi permintaannya.

Ciuman mereka luar biasa erotis. Seraya menjulurkan lidahnya dalam-dalam di mulut Yoona, ibu jari Taehyung meluncur menaiki paha Yoona dan membelai gadis itu. Sekali. Dua kali. Yoona melengkungkan punggung. Tangan gadis itu, terbenam dalam rambut Taehyung, mencengkeram dan mengancam untuk mencabut tiap helainya.

“Bercintalah denganku, Yoona.”

Yoona mencoba mengangguk, tapi lehernya terasa lemas dan tak berdaya sementara bagian lain tubuhnya tak pernah merasa lebih hidup dibanding saat ini.

Taehyung berdiri, dengan mudah membopong Yoona ke kamar, lalu mendirikan Yoona di samping tempat tidur.

Mata Taehyung menjelajah rakus sekujur tubuh Yoona, mengamati mata keemasan Yoona, yang kini berkilat-kilat oleh hasrat, bibirnya yang lembap dan berwarna perpaduan pink dan jingga, rambutnya yang berantakan namun bersinar laksana halo dalam cahaya yang makin temaram. Terbuat dari sutra, pakaian dalam Yoona menempel erat pada tubuh yang ingin Taehyung miliki sejak pertama kali melihatnya.

Bahu Yoona lebar tapi memiliki lekuk feminin. Kulit leher dan dada Yoona tampak mulus, lembut, dan sedikit berwarna kecokelatan hasil berjemur. Payudaranya tampak tinggi, bulat, dan kencang. Puncaknya menegang dengan jelas dari balik pakaian dalam sutra itu.

Yoona meraih tali bahunya yang tipis dan mulai menurunkannya. “Jangan,” cegah Taehyung, menahan tangan Yoona. “Biarkan di situ.”

Sebelum Yoona sempat bertanya-tanya kenapa Taehyung melarangnya menanggalkan baju, laki-laki itu merengkuhnya ke dalam pelukan. Ciuman Taehyung merenggut semua pikiran lain selain bagaimana ia menginginkan laki-laki ini, memenuhinya, mengenyahkan semua kehampaan yang telah dijalaninya begitu lama, mengembalikan kepercayaannya pada cinta, meyakinkannya bahwa ia diinginkan.

Tangan Taehyung meluncur ke atas, ke belakang paha Yoona. Ia meremas bokong Yoona yang kencang. Ia mendekap Yoona ke bukti gairahnya, membuat napas mereka berubah kasar dan tersengal-sengal hingga mereka tak bisa lagi berciuman.

Taehyung mendorong tangannya ke karet celana dalam Yoona dan menggesekkan telapak tangannya ke kulit Yoona yang telanjang. Yoona tidak melawan ketika Taehyung menurunkan celana dalamnya.

“Berbaringlah.”

Dengan patuh Yoona melakukan apa yang Taehyung perintahkan dan mengamati saat laki-laki itu merenggut lepas cummerbund, ikat pinggang tuksedo, dan membiarkannya jatuh.

Taehyung membuka celana panjangnya dan menariknya turun, melepas sepatu dan kaus kakinya. Ia mengalami kesulitan melepaskan celana dalamnya, dan penyebabnya jelas. Ia sangat bergairah saat menghampiri Yoona, masih mengenakan kemeja tuksedo-nya yang tak dikancing. Dasi kupu-kupu hitamnya masih menggantung janggal di balik kerahnya.

Taehyung berbaring bersama Yoona, memosisikan tubuhnya sedemikian rupa dan mendorong paha Yoona membuka. Ia menangkup kepala Yoona, melumat bibir gadis itu. Ketika lidahnya tak bisa masuk lebih jauh lagi daripada yang sudah dilakukannya, ia menjilat bibir Yoona untuk menghapus jejak asin air mata gadis itu.

“Mulai saat ini, detik ini, kau sudah melupakan Seokjin Kim,” ujar Taehyung parau. “Dia tidak ada lagi untukmu. Mengerti?” Sebagai jawaban, Yoona menaikkan panggulnya.

Taehyung mungkin tersenyum, tapi sulit melihat senyum itu pada wajah yang begitu intens. “Cuma ada kau dan aku sekarang, Yoona. Dan aku akan membuat semua penderitaanmu lenyap.”

Taehyung mengangkat tubuhnya dan menyingkap gaun dalam Yoona. Matanya terpejam beberapa saat dan tikaman rasa mendamba melintasi wajah Taehyung saat menunduk memandangi Yoona. Ia berlutut di antara paha Yoona yang terbuka. Ia memain-mainkan kait penahan stoking berenda itu, membelai tubuh Yoona di baliknya, mencumbu perut mulus di atasnya.

Taehyung menurunkan kembali tubuhnya, kali ini memosisikan diri dengan nyaman di depan tubuh gadis itu. Tangannya menyapu payudara Yoona. Puncaknya yang mengeras itu menarik jemarinya bagaikan magnet. Taehyung mengecupnya dari balik gaun dalam itu, menjulurkan lidah ke puncak kaku itu seolah ingin menembus gaun.

Akhirnya ketidaksabaran menguasainya. Taehyung mencoba melepaskan tali gaun dalam dari bahu Yoona. Tali itu putus. Baik Yoona maupun Taehyung tak peduli pada kerusakan yang terjadi karena payudara Yoona mendadak bebas dan puncaknya berada di dalam mulut Taehyung, yang mengisapnya rakus seraya mulai memijit hingga bibir dan dagunya dikelilingi payudara Yoona yang empuk dan kencang.

***

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now