Part 12

183 30 4
                                        

Hal berikutnya yang ia tahu adalah ia menahan tubuhnya agar tidak terus-menerus tergelincir dari kursinya.

Taehyung dengan tegas telah menurunkan kakinya kembali ke lantai dan membersihkan tangannya seolah baru saja menyelesaikan pekerjaan rutin.

“Tapi jilatan tarifnya lebih mahal dan aku hanya prajurit miskin yang tidak punya banyak uang, jadi aku tidak bisa mengaku pernah merasakan sendiri kenikmatan itu. Bagaimana denganmu?” tanya Taehyung polos.

Jengkel karena kekonyolannya sendiri, Yoona melompat dari kursinya dan berujar dingin, “Waktunya kau pergi.”

Seharusnya kau sudah pergi. Dari tadi, pikir Yoona. Apa aku sudah gila, membiarkannya menyentuhku seperti itu? Berbicara padaku selancang itu? Yoona berderap keluar dapur, menyalakan lampu-lampu seraya berjalan. Ia ingin memenuhi kabin ini dengan cahaya, bunyi, apa pun untuk membuyarkan aura intim yang memenuhi udara.

“Terima kasih sudah datang.”

Begitu Taehyung mengikutinya ke ruang tamu, Yoona sudah berdiri di depan pintu, menahan pintu terbuka untuknya.

“Untuk itulah mereka membayarku.”

“Bagaimana kau bisa datang secepat itu, omong-omong?”

“Aku sudah ada di sini.”

“Sudah di sini?”

Taehyung mengangguk. “Aku berkendara ke sini untuk memeriksa keadaanmu.”

“Untuk apa, demi Tuhan?”

“Aku juga mencemaskan orang-orang sinting itu.”

“Tidak ada orang sinting di sini.”

“Kita tidak tahu pasti soal itu. Dan kalau kau tidak bisa menangani keluarga rakun, bagaimana kau bisa membela diri terhadap orang sinting?”

“Selamat malam, Mr. Kim.”

“Aku sudah hampir tiba di sini ketika mereka mengirim berita lewat radio mobil patroliku bahwa kau curiga ada penyusup dan butuh bantuan. Apa kau tidak melihat lampu sireneku?”

Merasa lebih tolol lagi, Yoona mengalihkan mata dari tatapan Taehyung yang mengejek.

“Tidak, aku tidak melihatnya. Aku sedang berada di dapur. Sekarang aku merasa aman, setelah tahu kau berpatroli di danau.”

“Mengapa kau panik waktu mendengar suara-suara itu? Kenapa kau tidak langsung mengambil senapanmu saja?”

“Senapan?”

“Tadi siang kau mengancam akan menembakku dengan senapan kalau aku tidak segera pergi dari dermagamu.”

“Aku tidak—ayahku mungkin mengambilnya ketika… Aku tidak tahu di mana… Senapan itu tidak diisi.”
“Apa ini, pilihan ganda?” Yoona memelototinya.

“Apa kau yakin senapan itu pernah ada?”

“Selamat malam, Mr. Kim.” desis Yoona di sela-sela giginya yang terkatup rapat.

“Apa ini?”

Perhatian Taehyung teralihkan ke meja, tempat beberapa kertas sketsa tersebar. Sebagian besar sketsa pensil itu belum selesai.

Yoona mendesah berat, tidak repot-repot menutupi kekesalannya. Ia membanting pintu depan yang terbuka hingga menutup karena kalau tidak nyamuk-nyamuk akan masuk.

“Gambar-gambar.”

“Serangga” tanya Taehyung, mengambil salah satu sketsa Yoona dan mengamatinya lekat-lekat.

“Itu capung.”

“Capung lagi. Apakah ini bagian dari hobimu?
Kau bukan pelukis yang hebat,” komentar Taehyung blak-blakan.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora