Part 18

154 28 0
                                        

*****

YOONA BERKONSENTRASI KERAS hingga telepon berdering beberapa kali sebelum ia mengumpat, membanting pensilnya, dan berdiri untuk mengangkatnya.

“Halo.”

“Hai.”

Suara Kim Taehyung, ia langsung tau, tidak kehilangan nada sensualnya sekalipun lewat pesawat telepon. Yoona berani bersumpah ia bisa merasakan napas laki-laki itu di telinganya. Kulitnya meremang dingin, walaupun saat itu saat terpanas pada siang hari. Ia duduk di kursi terdekat.

“Kau sedang uring-uringan?”

Yoona menangkap senyum lebar di balik kata-kata Taehyung. “Maaf kalau aku terdengar ketus. Aku sibuk.”

“Maaf mengganggu.”

Yoona mengangkat rambut tebalnya dari leher-nya. “Kebetulan aku memang perlu istirahat.”

“Mengerjakan capung?”

“Itu sudah selesai. Sekarang aku sedang mengerjakan peri laut.”

“Peri laut, ya? Kedengarannya menjanjikan.”

“Ya, kurasa aku sudah bisa membayangkan klien yang berminat.”

“Bukan itu maksudku.”

“Aku tahu.”

Taehyung tergelak. “Apa kau menikmati makan siangmu kemarin?”

Sampai kau datang, batin Yoona.

“Cheeseburger Diary Mart nyaris selegendaris Cherry Coke Woolworth.”

“Kau dan Yuri sudah berteman lama, sepertinya.”

“Sejak SD.”

“Kau pasti senang mengobrol dengannya.”

“Sangat.”

“Punya banyak hal untuk dibicarakan?”

“Selalu.”

“Apakah kau membicarakanku?”

Intusi laki-laki itu hanya bisa dikalahkan egonya. “Dengar, Sherif,” ujar Yoona tak sabar, “apa kau tidak punya petunjuk yang perlu kau tindaklanjuti? Kasus untuk dipecahkan? Atau seorang wanita tua yang membutuhkan pertolongan? Aku sibuk.”

“Apakah ini penolakan Im Yoona yang terkenal itu?”

Yoona bahkan tidak mau repot-repot menjawab pertanyaan itu. “Kau perlu sesuatu, Mr. Kim?”

“Ada banyak hal yang kuinginkan darimu. Apakah aku perlu memberimu daftar lengkapnya?”

“Aku akan menutup telepon sekarang. Selamat—”

“Aku akan ke sana jam tujuh.”

“Ke mana?”

“Ke sana. Untuk menjemputmu.”

“Untuk apa?”

Charles Bronson.”

“Maaf?”

“Bioskop drive-in. Ada dua film Charles Bronson malam ini.”

“Tidak, trims, aku tidak suka kekerasan.”

“Aku tidak berniat bersikap kasar. Tidak pada kencan pertama kita.”

“Kekerasan di layar,” sergah Yoona.

“Siapa yang pergi ke bioskop drive-in untuk menonton?”

“Tepat. Itu sebabnya aku tidak mau pergi denganmu.”

“Kenapa? Takut aku bakal memenangkan taruhanku dua hari lebih cepat?”

Kelancangannya begitu mencengangkan hingga Yoona tak mampu berkata-kata. Ia mendengar dengungan pesawat telepon di telinganya setelah Taehyung berkata, “Jam tujuh,” dan memutuskan sambungan sebelum ia sempat menjawab.

*****

YOONA TIDAK YAKIN kenapa ia berdandan rapi, siap, dan menunggu Taehyung beberapa menit sebelum jam tujuh. Mungkin karena ia tidak bisa menolak tantangan laki-laki itu dan juga karena ia tidak suka komentar Taehyung tentang “penolakan Im Yoona”.

Taehyung mendengarkan gosip, dan, meskipun ingin berpura-pura hal itu tidak mengganggunya, Yoona terpaksa mengakui sebaliknya. la sama sekali tidak tahu kenapa ia peduli pada apa yang dipikirkan Taehyung tentang dirinya. Tapi sepertinya penting baginya bahwa Kim Taehyung tidak menganggapnya wanita plinplan, tak berperasaan, penghancur hati laki-laki seperti anggapan semua penduduk kota ini.

Ia mendengar mobil Taehyung di jalur masuknya dan mengintip lewat kerai. Ia terkejut mendapati Taehyung tidak mengendarai mobil patroli, melainkan Datsun 280Z perak. Omongan Yuri tentang fantasi sehat kembali memenuhi benak Yoona ketika laki-laki bertubuh tinggi itu keluar dari mobil sports yang kuat itu dan berjalan menuju pintunya. Yoona bersyukur atas kesempatan memperhatikan Taehyung tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Dengan begitu ia bisa mempersiapkan diri menghadapi celana jins ketat dan kemeja katun tipis Taehyung yang di baliknya memperlihatkan bayangan bulu-bulu dada menyebar dan tampak memikat.

Namun ia perlu mendebat tentang fantasi yang tidak berbahaya. Walaupun sudah mempersiapkan diri, telapak tangannya terasa lembap karena tegang saat ia membuka pintu dan dengan berani menatap mata biru dan deretan gigi putih itu.

“Hai. Siap?”

“Hampir. Masuklah.”

Segera setelah Yoona menutup pintu di belakang laki-laki itu, Taehyung menariknya ke dalam pelukan.

Yoona begitu terkejut hingga tidak melawan. Ciuman Taehyung panjang dan saksama, lidahnya mencari-cari. Ia menaikkan lengan Yoona ke lehernya dan menepuk-nepuk tangan Yoona di sana. Ia menekankan ibu jarinya ke ketiak Yoona yang rapuh, lalu meluncurkan jemarinya yang terentang hingga ke pinggang Yoona.

Taehyung memiringkan bibirnya di atas bibir Yoona pada sudut yang lebih menguntungkan, menarik tubuh Yoona lebih rapat. Kembali menjelajah, tangan Taehyung berhenti di sisi payudara Yoona. Pangkal telapak tangannya memijat lembut payudara kencang itu sementara lidahnya menjelajahi mulut Yoona.

Ketika Taehyung melepaskannya, Yoona menarik napas pendek-pendek ke dalam paru-parunya yang sesak dan menatap Taehyung. Menghardik laki-laki itu karena bersikap begitu kurang ajar sama saja mengakui bahwa pelukan itu memengaruhinya.

Karena itulah Yoona hanya bergumam, “Aku akan segera kembali.”

Entah bagaimana ia bisa menemukan jalan menuju kamar tidurnya, walaupun ia bergerak dengan linglung. Penampilan berantakan yang terpantul di cermin membangunkannya dari keadaan terhipnotis itu. Matanya di cermin berpendar, balas menatapnya dengan tatapan lebar dan hampa, seperti yang dimiliki wanita yang sepenuhnya terangsang. Bibirnya merah, bengkak, dan lembap. Ia menyentuh bibirnya. Masih berdenyut.

Dan rambutnya!

Yoona menghabiskan setengah jam menata rambutnya menjadi kucir kuda “santai”.

Rambutnya kini terurai di sekeliling bahunya.

Taehyung telah melepas kucirnya bahkan tanpa ia sadari!

Kesal pada dirinya sendiri, Yoona buru-buru bubuhkan kembali lip gloss dan meraih botol parfumnya. Dipikir-pikir lagi, ia membanting benda itu ke meja rias. Lalu, bersikukuh bahwa tidak ada salahnya menyemproti dirinya dengan parfum, karena tidak ada yang bakal terjadi di dalam Datsun itu di drive-in, ia menyemprotkan parfum banyak-banyak, bahkan sengaja menyemprotkannya di antara payudaranya.

“Sudah siap?” tanya Taehyung sopan saat Yoona kembali memasuki ruang tamu.

“Ya.”

Sambil membukakan pintu untuk Yoona, tangan Taehyung terulur. Jepit-jepit rambut Yoona ada di telapak tangannya. Taehyung tidak mengatakan apa pun. Tidak perlu. Senyum puasnya mengungkapkan semuanya.

***

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora