Tanpa membangunkan Taehyung, Yoona meluncur turun dari tempat tidur dan mengendap-endap melintasi ruangan. Ia memakai celana pendek dan atasan katun longgar dengan cepat dan tanpa suara, lalu perlahan-lahan keluar kamar.

Taehyung masih tidur.

Seraya berjalan ke ruang duduk yang terang benderang, Yoona memeluk diri, nyaris tak mampu menahan kebahagiaan yang menggelembung seperti sampanye dalam dirinya.

Ia jatuh cinta!

Setelah bertahun-tahun dalam kesendirian dan kepahitan, ia merasa sangat hidup, penuh energi dan semangat.

Tapi apa yang akan dilakukannya dengan cinta yang baru ditemukannya ini? Mengemasnya beserta barang-barang lainnya dan kembali ke New Orleans? Hari ini hari Minggu. Minggunya di Latham Green secara resmi sudah berakhir.

Ia bebas dari semua kewajiban untuk tetap tinggal.

Tapi sekarang, alih-alih tak sabar untuk segera angkat kaki, ia malah enggan. Tidakkah perasaannya yang tidak jelas terhadap Kim Taehyung perlu diuji setidaknya seminggu lagi?

Tentu saja. Tapi aku sudah berulang-ulang menyatakan aku akan pergi hari Minggu, dan Taehyung pasti akan heran jika aku tiba-tiba berubah pikiran, batin Yoona. Dan karena kekeraskepalaan semata, ia takkan menjadi orang pertama yang menyinggung-nyinggung soal cinta.

"Haruskah aku mulai berkemas?" Tanyanya pada diri sendiri.

Tenggelam dalam pikiran akan alasan apa yang bisa digunakannya untuk tetap tinggal, Yoona berjalan ke teras depan. Mungkin aku bisa bilang orangtuaku memintaku mengawasi renovasi kabin. Atau mungkin—

.

.

.

Sekardus Wild Turkey berada di tangga kedua.

Meskipun pagi itu hangat, tubuh Yoona langsung dingin begitu melihat benda itu.

Ia menunduk menatap kardus bourbon itu seolah benda itu merupakan hal paling memuakkan yang pernah ia lihat. Sesuatu yang mengerikan. Busuk. Terlalu menjijikkan untuk dilihat.

Kim Taehyung!

Bajingan itu!

Pada suatu waktu entah kapan, ia menyimpulkan bahwa tidak pernah ada pertaruhan antara Taehyung dan Park Jimin. Ia memutuskan bahwa pertaruhan itu hanyalah alasan culas Taehyung untuk terus-menerus mengganggunya sampai Taehyung benar-benar berhasil menidurinya.

Mendapati ternyata pertaruhan itu memang ada, dan memang dianggap serius oleh kedua belah pihak, rasanya nyaris meluluhlantahkan seperti menemukan Seokjin di tempat tidur bersama Irene.

Kapan Taehyung meminta hadiah kemenangannya? Ketika dia akhirnya pergi menutup pintu depan yang dengan cerobohnya telah mereka biarkan menganga? Apakah Taehyung diam-diam menelepon Jimin untuk membualkan kemenangannya saat itu? Selagi aku berbaring di tempat tidur, meregangkan tubuh dalam kenikmatan memabukkan setelah apa yang terjadi dan mengantisipasi apa yang bakal terjadi, apakah Taehyung menelepon Jimin dan mengejek pria itu karena menjadi pecundang?

Hati Yoona robek rasanya, tapi ia dengan tegas menolak membiarkan air mata karena rasa terhina dan tertipu itu jatuh. Sambil bertelanjang kaki, ia bergegas kembali ke dalam rumah dan memasuki dapur yang remang-remang.

Ia menyentak laci peralatan hingga terbuka, dengan berisik mengaduk-aduk isinya lalu membantingnya kembali hingga menutup ketika ia tidak menemukan apa yang dicarinya.

Ketika akhirnya berhasil menemukan benda yang dicarinya, Yoona kembali berjalan ke luar, ke teras, dan membungkuk di atas kardus karton yang berat itu. Ia memutar obeng dengan serampangan, membuka staples besinya, lalu merobek kardus tersebut.

Prangg!!!

Botol wiski pertama yang dilempar ke dinding rumah membuat kegaduhan sekeras ledakan dinamit dalam kedamaian pagi yang tenang.

Pecahan kaca beterbangan ke mana-mana.

Wiskinya memuncrat ke segala arah. Aromanya sangat tajam.

Yoona, sama sekali belum puas, tidak berhenti dengan botol pertama.

Berturut-turut ia memecahkan tiga botol lagi.

Prang!!

Prang!!

Prang!!

Ia sangat marah karena merasa ditipu lagi, dan lebih marah lagi atas kenaifannya sendiri. Setelah menghancurkan empat botol, ia berhenti untuk menarik napas, dadanya naik-turun karena kehabisan napas sekaligus amarah.

***

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionOnde histórias criam vida. Descubra agora