“Tidak!”
“Apa kau begitu patah hati gara-gara laki-laki payah itu sampai kau rela mati demi dia?” Taehyung mengguncangnya pelan. “Dia tidak sepadan untukmu, kau idiot! Tidak bisakah kaulihat itu?”
Ya, Yoona bisa melihatnya.
Hardikan kasar Taehyung atas ketololannya tidak lebih parah dibanding hardikannya sendiri. Ia sudah menyia-nyiakan tiga tahun menangisi pria yang tampak luar biasa dalam pikirannya daripada aslinya. Ia mencintai sesosok bayangan, khayalan yang muncul dari serpihan-serpihan egonya sendiri yang luluh lantak.
Saat itulah, Yoona menyadari betapa luar biasa ketololannya dan tubuhnya pun merosot.
Taehyung menopangnya sementara matanya mengalirkan butiran air mata hitam ke kemeja putih tuksedo laki-laki itu. Lalu, sambil menekuk lutut, Taehyung mengaitkan satu lengan ke belakang kaki Yoona dan mengayunnya dalam bopongan.
Taehyung membopong Yoona ke ruang duduk dan duduk di salah satu kursi malas yang empuk.
Ia memangku Yoona, merangkulkan lengan ke sekeliling tubuh gadis itu, dan mendekapnya erat, menyandarkan kepala Yoona dengan aman di bawah dagu.
Lalu ia tidak melakukan apa pun selain membiarkan Yoona menangis. Ia mendukung tiap isakan hati yang hancur sekaligus mengangkat semua kesedihan itu. Air mata Yoona sudah habis sebelum kesabaran Taehyung sendiri habis. Bahkan saat itu pun, ia hanya duduk diam dan tak bicara ketika Yoona cegukan di dadanya.
Waktu Yoona berhenti cegukan, barulah ia menekuk jari untuk menengadahkan dagu dan mendorong kepala Yoona sedikit ke belakang supaya ia bisa melihat wajah gadis itu.
“Sudah lebih baik?” Sambil tersedu,
Yoona mengangguk.
“Dia tidak layak ditangisi, Yoona.”
Yoona mengerjapkan air mata terakhir yang menggenangi matanya hingga bisa melihat Taehyung dengan jelas.
“Aku tahu.”
“Kau tahu? Lalu—”
“Aku tidak menangisi Seokjin. Aku menangisi semua waktu yang kubuang untuk merindukannya.”
Mata Taehyung, yang menyelidiki wajah Yoona penuh simpati, berubah datar. Dengan kasar ia berkata, “Ceritakan padaku.”
Yoona, memandangi pangkal tenggorokan Taehyung, tempat ia bisa melihat nadi laki-laki itu berdenyut kuat dan teratur, dan mulai berbicara pelan.
“Selama tiga tahun aku meratapi apa yang mungkin merupakan hal terbaik yang bisa terjadi padaku. Seharusnya aku berterima kasih pada Seokjin dan Irene. Apa yang mereka lakukan mencegahku melakukan kesalahan mengerikan.”
Taehyung meletakkan sebelah tangan di paha Yoona. Tangannya yang lain mencari-cari jepit di balik rambut Yoona yang tebal. Satu demi satu dilepaskannya jepit itu dan diperhatikannya bagaimana tiap ikal lebat lepas dan jatuh ke bahu telanjang Yoona.
“Seokjin membutuhkan wanita yang bisa merawat ketidakpercayaan dirinya. Aku bisa melihat itu sekarang.” Tanpa sadar Yoona menoleh untuk memudahkan jemari Taehyung melepaskan jepit dari rambutnya. “Seokjin butuh istri yang akan membaktikan hidupnya pada Seokjin tanpa menyisakan hal lain, termasuk ambisi pribadi apa pun.”
Taehyung meletakkan jepit rambut yang berhasil dikumpulkannya di ujung meja dekat sikunya dan mulai menyisir rambut Yoona dengan jemarinya, membuat rambut ikal lebat berwarna pirang itu sedikit lebih teratur.
“Dia membutuhkan istri tradisional yang memujanya,” ucap Taehyung lembut.
Matanya menelusuri wanita sensual yang meringkuk dalam pangkuannya, berkilat-kilat melihat gelang kaki Yoona.
“Kau sama sekali tidak cocok dengan gambaran itu.”
“Mengasihinya bakal menjadi pekerjaan penuh. Aku takkan bisa memiliki karier.”
“Dan bagaimana dengan kasih sayang yang kau sendiri butuhkan?”
“Aku bisa hidup tanpa itu.”
“Kenapa?”
Yoona tahu Taehyung sengaja memancingnya lagi, memaksanya menyuarakan pikiran yang mulai menjadi jelas baginya. “Karena aku takut terluka,” ujarnya.
“Terluka?”
“Dikecewakan, mungkin.”
Taehyung tersenyum lembut. “Kurasa begitu.”
Yoona balas tersenyum dan membaringkan kepala di bahu Taehyung. Selama beberapa menit mereka tak bicara, menikmati kedamaian, kenyamanan, dan keutuhan saat itu.
“Taehyung?”
“Hmm?”
“Ini perwujudan fantasiku.”
Beberapa detik berlalu sebelum Taehyung memundurkan kepalanya dan menunduk ke arah Yoona.
“Punya fantasi yang lain?”
Bibir Taehyung tidak pernah terasa lebih hangat atau lembut lagi saat bergerak ke bibirnya. Rasanya tidak pernah seenak ini, dan Yoona memberanikan diri untuk menyelipkan lidahnya melewati bibir lembut Taehyung dan meminta lebih.
***
To be continued.
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 33
Start from the beginning
