“Dan kabarnya tidak bagus.”

Bibir Yoona mengerucut kecewa. “Tidak. Kabarnya tidak bagus. Di tengah-tengah banyaknya permintaan maaf dan doa untuk kesuksesanku, dia menolak permohonanku.”

“Brengsek!”

Yoona tersenyum getir. “Itulah yang kukatakan.”

“Jadi apa yang akan kaulakukan?”

“Aku belum memutuskannya,” Kerutan kecemasan terbentuk di antara alis Yoona.

Posturnya, bibirnya yang sedikit mencebik, merupakan bukti kekecewaannya.

Taehyung menumpangkan siku ke meja di belakang mereka dan bersandar.

“Buat apa memikirkannya? Buat apa membiarkan dirimu mengalami penghinaan karena meminta-minta uang? Menyerah sajalah dan anggap dirimu beruntung bahwa kau tidak akan bertanggung jawab untuk menjalankan bisnis. Mungkin bisnis itu bakal sangat merepotkan. Kau bakal—”

“Aku tidak mungkin menyerah!” sergah Yoona marah, “Apa yang sedang kaubicarakan? Anggap diriku beruntung,” dengus Yoona.
“Aku ingin bertanggung jawab. Aku ingin—” Yoona terdiam saat melihat senyum lebar Taehyung. “Kau sengaja memancingku, ya?”

“Berhasil, kan?”

Yoona menunduk malu. “Kurasa aku baru saja memutuskan.”

“Tidak, kau sudah memutuskannya sedari dulu. Kau tidak akan berhenti sampai kau berhasil. Satu-satunya yang kulakukan hanyalah mengingatkanmu akan hal tersebut.”

“Aku tidak bisa menyerah sekarang, Taehyung, aku tidak bisa,” ujar Yoona berapi-api. Ketika ia menyadari tangannya berada di paha laki-laki itu, meremasnya untuk menekankan tekadnya, ia buru-buru menarik tangannya.

Setelah keheningan selama beberapa saat, Taehyung berkata, “Pasti menyenangkan.”

“Apa?”

Yoona menengadah untuk melihat pada Taehyung, lalu mengikuti tatapan lekat laki-laki itu ke dapur, tempat Yuri dan Siwon masih berangkulan dan berayun perlahan maju-mundur, saling berbisik.

“Oh. Ya.” Yoona dengan tidak nyaman merasakan Taehyung mengetuk-ngetukkan jemari dengan santai di punggungnya.

“Di satu sisi aku iri pada mereka,” kata Taehyung. “Hubungan cinta mereka. Pernikahan mereka.”

“Yeah, pasti berat sekali, menjadi pejantan kota”

“Itukah aku?”

“Memangnya bukan?”

“Aku hanya meminta jatahku.”

“Aku tidak meragukannya semenit pun.”

Seraya terus memandangi pasangan yang tengah berpelukan di balik pintu kasa,

Taehyung berkata setengah menerawang, “Terkadang kupikir mungkin menyenangkan juga tidur bersama wanita yang sama tiap malam. Tapi kurasa lama-lama itu bakal membosankan.”

“Tidak perlu seperti itu.” Yoona terperangah mendengar pendapat sinis Taehyung tentang pernikahan.

“Begitukah menurutmu?” Taehyung seolah memikirkan hal tersebut selama beberapa waktu, “Mungkin kau benar, tapi kau bakal menukar hal menyenangkan dan unik untuk hal yang familier.”

“Secara pribadi kurasa ada sesuatu yang lebih dari keintiman yang lahir karena rasa familier.” ujar Yoona defensif.

“Mungkin. Kenyamanan satu sama lain macam itu jelas tidak ada dalam afair-afair singkat. Kalau kau menikah, saat menanggalkan pakaian tentunya tidak akan terasa canggung. Pria yang menikah bisa langsung menghampiri istrinya dan menelanjanginya tanpa salah satu dari mereka merasa salah tingkah. Bahkan, kalau mereka serasi dalam hal percintaan, mereka mungkin akan mendapatkan banyak kepuasan hanya dengan melakukan ritual saling melepaskan baju itu.”

“Kurasa begitu.”

“Dia bisa mengangkat tangan istrinya, mencium telapaknya, lalu menekankannya ke…” Taehyung menunduk menatap Yoona.

“Kau tahu maksudku.”

“Ya, aku tahu.”

“Bagus. Sudah kuduga kau tahu,” ujar Taehyung, tersenyum. “Dia akan menunjukkan pada istrinya bagaimana cara mencumbunya untuk mencapai kepuasan maksimum, karena dia ingin membuat istrinya tahu seberapa terangsang dirinya, seberapa besar dia menginginkan istrinya. Dia akan membungkukkan badan dan mencium payudara istrinya, membelai dengan bibir dan lidahnya, tanpa perlu menduga-duga apakah istrinya bakal menyukai itu. Dia bakal langsung tahu bahwa itu adalah salah satu foreplay yang disukai istri nya. Betul?”

Yoona membuka bibirnya untuk menjawab, tapi tak ada kata yang keluar. Ia hanya mengangguk, lalu berhasil berkata dengan parau, “Betul.”

Sejumput rambut melenceng dan menempel di pipi Yoona. Taehyung mencondongkan tubuh ke depan dan meniupnya pelan sampai rambut itu kembali berada di depan telinga gadis itu, telinga yang ditindik dengan dua batu berlian.

Taehyung sepertinya terkesima pada bagaimana kedua berlian tersebut berkilauan di balik helaian rambut Yoona.

“Yeah, aku mengerti maksudmu, Yoona. Pernikahan memiliki keuntungannya sendiri,” kata Taehyung. “Tapi setelah beberapa saat, hal usang yang sama malam demi malam sudah pasti melelahkan.”

“Aku tidak sependapat.”

“Oh?” Taehyung menelengkan kepalanya ke belakang supaya bisa melihat Yoona lebih jelas.
Yoona membasahi bibirnya.

“Tidak jika mereka ingin memuaskan satu sama lain.”

“Hmm, dan tidak jika mereka berdua memiliki semangat petualangan.”

“Ya, dan… dan kalau mereka cukup peduli untuk membuat satu sama lain bahagia di dalam maupun di luar kamar tidur.”

“Itu kedengarannya nyaris seperti cinta, Yoona.” Taehyung menjepit cuping telinga Yoona dengan ibu jari dan telunjuknya, memainkan kedua anting-anting berlian itu.
“Apakah kau sedang membicarakan cinta?”

“Aku… kurasa ya.”

“Kalau begitu tidak jadi masalah bagaimana mereka melakukannya, bukan?” Tatapan mereka bersirobok. Panas tubuh mereka berbaur dengan tatapan mereka, “Apa pun yang mereka lakukan akan menjadi percintaan. Ketika dia menyatukan tubuh dengan istri nya, itu akan berarti lebih dari sekadar seks. Walaupun, itu juga akan menyenangkan. Tapi percintaan itu akan mengandung rasa cinta, kepercayaan, dan komitmen, hal-hal semacam itu.” Taehyung mereguk wajah Yoona sepuasnya. “Dan tidak ada alasan baginya untuk terburu-buru. Dia akan terus berada di dalam tubuh istrinya selama waktu yang sangat lama, selama yang dia inginkan. Bahkan setelah mereka tertidur, berbaring berhadap-hadapan.” Taehyung menyandarkan kening di kening Yoona dan memejamkan matanya rapat-rapat.

“Sial, Yoona, membicarakannya saja sudah membuatku sangat menginginkannya.”

Yoona tahu perasaan itu. Tak ada yang lebih diinginkannya saat itu selain mengalami keintiman persis seperti yang telah dilukiskan Taehyung dengan kata-kata. Ia ingin menengadahkan wajah ke wajah Taehyung, menyentuh bibir laki-laki itu, mengundang lidah Taehyung ke dalam mulutnya. Ia bahkan mengeluarkan suara mendamba dan menjadi orang pertama untuk mewujudkan hal tersebut.

Tapi Taehyung menarik mundur kepalanya dan sambil tersenyum miring berkata,

“Tapi itu bukan untuk kita. Kau bahagia hidup mandiri di New Orleans. Dan, seperti yang kaubilang, aku pejantan kota.” Ia beranjak bangkit.

“Yah, Siwon datang. Selamat malam, Yoona. Sampai bertemu di pernikahan.”

***

To be continued

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now