Yoona menatap bagian belakang kepala Yuri, duduk diam tak bergerak dan tidak melakukan apa pun yang bisa membuat gesekan antara tubuhnya dan tubuh Taehyung. Laki-laki itu sepertinya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan lengannya dalam ruang yang begitu sempit.

Setelah mencoba berbagai posisi, ia melingkarkan lengannya ke pinggang Yoona. Ia mengaitkan tangannya dengan longgar, hanya menjalin jemarinya. Karena simpul T-shirt Yoona menghalanginya, ia melemaskan pergelangan tangannya, yang membuat tangannya menggantung rendah di pangkal paha gadis itu.

Siwon dan Yuri tengah mengobrol, jadi tidak mendengar ketika Yoona memalingkan kepalanya sedikit dan bergumam, “Aku tahu apa yang kau coba lakukan.”

“Apa?”

Yoona memelototi Taehyung.

Taehyung tertawa. “Percayalah, Yoona, kalau aku mencoba melakukan sesuatu yang tidak senonoh, kau bakal menjadi orang pertama yang tahu.” Yoona tidak bisa mendebat itu.

Tekanan yang mulai terasa di bawah pahanya membuat pernyataan laki-laki itu tak bisa disangkal.

“Jadi, bagaimana kalau kau duduk bersandar, santai, dan nikmati, eh, perjalanannya?”

Santai? Oh, tentu. Santai sementara ibu jari Taehyung bertumpu di lekukan pangkal pahanya. Bagaimana mungkin ia bersantai ketika indranya berputar-putar di luar kendali?

Demi Tuhan, ia tidak ingat kenapa terlibat dengan Kim Taehyung terasa seperti gagasan buruk.

Tapi itu memang gagasan buruk, dan alasannya belakangan muncul di benak Yoona. Saat ini, ia harus menjaga jarak di antara mereka. Kalau tidak ia takkan bisa bernapas dengan normal.

Ketika mobil Siwon akhirnya berhenti di jalan mobil rumah Yuri, Yoona berkutat dengan gagang pintu dan nyaris langsung melompat keluar ketika pintu terbuka.

Selama satu jam berikutnya ia mendapat ruang untuk bernapas yang didambakannya. Ia dan Yuri sibuk di dapur membuat sandwich dan melayani permintaan minuman sementara para orang dewasa lainnya, termasuk Taehyung, membantu menangani kedua anak Yuri, yang terlalu bersemangat karena pernikahan itu hingga banyak berulah.

Orangtua Siwon maupun Yuri berpamitan lebih awal, menyadari mereka butuh istirahat karena mereka akan bergantian mengasuh kedua anak Yuri minggu depan ketika Yuri dan Siwon berbulan madu.

“Aku harus menidurkan mereka,” kata Yuri lelah, setelah menyuruh kedua putrinya naik.

“Biar kubantu,” Siwon menawarkan, bangkit dari kursinya di meja. “Itu kalau kau tidak keberatan menunggu sedikit lebih lama, Taehyung.” katanya pada Taehyung.

“Santai saja,” jawab Taehyung sambil mengibaskan tangan dengan acuh tak acuh.
“Aku tidak terburu-buru.”

“Aku akan mengantarmu ke kota segera setelah anak-anak tidur.” Siwon meninggalkan dapur untuk bergabung dengan Yuri di atas.

“Kurasa membereskan dapur menjadi tugas kita,” ujar Yoona ceria, setelah beberapa lama terdiam sambil berpandang-pandangan dengan Taehyung dari seberang meja makan yang berantakan.

Cara laki-laki itu memandangnya jelas tidak bisa dianggap tatapan seorang teman. Taehyung bisa saja mengaku hanya ingin berteman dengan Yoona, tapi ekspresinya yang begitu intens menunjukkan hal yang sama sekali berbeda.

Yoona bertanya-tanya bagaimana suasana yang tidak romantis seperti dapur Yuri yang berantakan dengan pelapis dinding bergambar bunga daisy yang norak bisa begitu sarat sensualitas. Namun atmosfernya mendukung.

“Aku akan mencuci,” kata Yoona, beranjak dari kursinya seolah dipentalkan oleh pegas mekanis. Di bak cuci piring ia mulai membilas piring-piring kotor dan menempatkannya di mesin pencuci piring.

“Bolehkah aku memberitahumu sesuatu, teman kepada teman?” tanya Taehyung saat membawakan senampan penuh piring kotor dari meja.

“Tentu.”

“Bokongmu menakjubkan.”

Yoona tengah membungkuk di atas mesin pencuci piring. Ia sontak berdiri tegak dan berbalik menghadap Taehyung, mencipratkan air bersabun ke bagian depan kemeja Taehyung.

“Aku tidak percaya kau mengatakan itu.”

“Kau tidak percaya bokongmu menakjubkan? Percayalah kata-kataku.”

“Maksudku,” tukas Yoona tak sabar, “bahwa kau menyebut dirimu teman tapi mengatakan hal yang begitu… begitu…”

“Seksis?”

“Ya!”

“Yah, hei, aku baru belajar jadi teman malam ini. Kau tidak bisa berharap aku berubah dari chauvinist yang suka merendahkan perempuan menjadi teman baik dalam rentang waktu beberapa jam saja.”

“Itu mengingatkanku pada peribahasa, sesuatu tentang macan dan belangnya.”

“Ini tidak seperti aku berusaha merayumu di bar untuk kaum lajang,” ujar Taehyung enteng.

“Kalau memang begitu, aku bisa mengerti kau menolak aku mengatakan sesuatu seperti, ‘Bokongmu menakjubkan.’ Tapi aku hanya bersikap jujur, teman kepada teman.”

“Yah, kalau begitu, teman kepada teman, terima kasih.”

“Kalau kau tidak mau orang melihat bokongmu, seharusnya kau tidak memakai celana jins putih ketat yang menangkup—”

“Cukup! Terima kasih untuk nasihatnya. Aku akan mengingatnya. Sekarang, bisakah kita membicarakan hal lain?”

“Oke. Bagaimana dengan payudaramu?”

Yoona bergerak mendekati Taehyung, siap bertarung. Alih-alih, ketika menatap ke mata Taehyung yang penuh canda ia mulai tertawa.

“Begitu lebih baik,” kata Taehyung. “Aku mulai mencemaskanmu.”

“Kenapa?”

“Jangan salah paham. Kau kelihatan cantik seperti biasa. Tapi waktu kau datang ke gereja malam ini, kau tampak lelah.” Dengan ujung jarinya, Taehyung menelusuri bayangan keunguan di bawah mata Yoona.

“Aku menjalani hari yang buruk,” aku Yoona.

“Dan malam juga?”

“Dan malam juga.”

“Apakah kau menyesal kita tidak jadi bercinta?”

“Tidak!” Yoona melangkah mundur.

“Kau yakin?” ujar Taehyung lambat-lambat.
“Aku tahu suasana hatiku bakal sangat bagus kalau kita melakukannya. Udara sangat panas. Tanpa adanya hujan lebat dan deras, kurasa seks gila-gilaan akan membantu menjernihkan udara.”

“Itukah obatmu untuk segalanya?”

“Tidak untuk segalanya.” Taehyung menutup jarak di antara mereka “Tapi sial, itu jelas akan mengobati apa yang kuderita.”

Yoona melawan daya magnetis tatapan Taehyung yang menariknya, dan berpaling.

“Ada hal lain yang kupikir kan hari ini.”

“Apakah kau bertemu Seokjin?”

Yoona kaget mendengar pertanyaan kasar Taehyung.

“Tentu saja tidak. Buat apa?”

“Kukira mungkin setelah bertemu kemarin malam, kalian berdua akan menjalin hubungan lagi.”

“Dia sudah menikah!”

“Sepertinya itu tidak terlalu masalah zaman sekarang.”

“Buatku itu masalah.”

“Menurut kabar angin, status Seokjin bakal berubah,” kata Taehyung.

“Dia mungkin akan bebas tak lama lagi. Bercerai”

***

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ