“Memang. Semua orang tahu dia menikahi Irene karena batal menikah denganmu.”
Ketika Yoona tidak menyahut, Yuri berkata, “Nah, kalau Seokjin penyebab sakit kepalamu, aku menduga Taehyung-lah yang membuatmu tidak bisa tidur semalam. Bolehkah aku menduga kau tidak bisa tidur karena kau sibuk semalam?”
“Tidak, kau tidak boleh,” sergah Yoona.
“Apakah sikap uring-uringanmu ini bersumber dari kekecewaan atau rasa lega?”
“Lega. Untunglah aku tidak perlu bertemu dia lagi untuk seterusnya.”
“Tidak bertemu dia lagi? Maaf, Sayang, tapi kau akan bertemu dengannya malam ini.”
“Aku akan menghabiskan malam ini denganmu.”
“Betul. Setelah gladi resik pernikahan.”
“Taehyung akan ada di gladi resik? Kenapa? Sebagai apa?”
“Best man. Kau tidak tahu?”
*****
“AKU MUNGKIN SALAH, tapi bukankah kau seharusnya tersenyum?”
Ekspresi Yoona sama sekali jauh dari tersenyum. Ia berjalan cepat di lorong gereja, mengabaikan pendampingnya sebisa mungkin. Yang nyaris mustahil.
Dengan tubuh sebesar dan sekuat itu, Taehyung jelas tidak mudah untuk diabaikan. Laki-laki itu memperlambat langkah panjangnya untuk menyamai langkah Yoona, hingga paha mereka seolah bergerak dalam irama sempurna sementara mereka berjalan sesuai tempo iringan organ. Cologne laki-laki itu begitu familier bagi Yoona hingga Yoona memimpikannya.
Mereka mencapai ujung lorong. Di selasar gereja, Yoona menarik tangannya dari lekuk lengan Taehyung dan berbalik menghadap laki-laki itu, setelah menundanya sedari tadi. Ia malas menghadapi gladi resik ini, dan terbukti situasinya memang sesulit yang diduganya.
Karena gladi resiknya bersifat kasual, Yoona mengenakan jins putih belel dan kaus gombrong warna biru gelap, yang ujungnya ia simpul di pinggang. Rambutnya dibuntut kuda.
Penampilan tomboinya itu disengaja. Ia ingin mengenyahkan semua gagasan romantis yang mungkin masih dikhayalkan Taehyung.
Namun, ketika ia berlari masuk ke gereja dengan napas terengah-engah, terlambat, Taehyung menatapnya dengan rasa geli yang tidak ditutup-tutupi yang memberitahu Yoona bahwa laki-laki itu sudah menebak rencana Yoona, bahwa rencana itu tidak berhasil.
“Kau tidak pernah bilang kau bakal menjadi best man Siwon,” tuding Yoona kaku.
“Kaget?”
“Sangat, dan aku sama sekali tidak menyukainya.”
“Apa bedanya kalau kau tahu?”
Yang pasti, aku akan mempersiapkan diri untuk berjalan menuju altar bersamamu pada akhir upacara, batin Yoona. Sudah cukup sulit melakukan hal itu besok, mengingat bagaimana aku berderap keluar dari lorong di gereja yang sama. Melakukannya dengan Kim Taehyungdi sisiku hanya akan semakin membuatku gugup.
“Aku mungkin mengundurkan diri sebagai maid of honor,” jawab Yoona ketus.
Taehyung tertawa. “Tapi kau tidak melakukannya.”
Untuk menghindari senyum mengejek laki-laki itu, Yoona mengalihkan tatapan ke depan, ke tengah-tengah lorong gereja. Yuri dan Siwon tertahan di altar. Wanita pengarah acara tengah memberikan instruksi pada kedua putri Yuri, memastikan mereka mengerti di mana mereka harus berdiri selama upacara dan petunjuk apa yang harus mereka ikuti untuk mulai berjalan kembali di lorong.
Yoona berharap mereka bisa segera bergegas. Untuk semua alasan praktis, ia berduaan dengan Taehyung dalam atmosfer keheningan tempat ibadah ini. Mengingat alasan laki-laki itu meninggalkan kabin Yoona dalam angkara murka semalam, berduaan dengan laki-laki itu terasa canggung.
“Aku tidak mungkin mengundurkan diri,” tukas Yoona, “jadi satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum dan menegarkan diri.”
“Tapi kau tidak tersenyum. Kita kembali ke titik awal. Bukankah itu titik awal pembicaraan kita?”
“Aku sedang tidak ingin tersenyum.”
Taehyung membungkuk dan berbisik, “Karena kita ‘pasangan?’”
“Ya,” sergah Yoona gusar.
“Dan itu tidak mengherankan, mengingat caramu memamerkan kebersamaan kita ke seluruh penjuru drive-in semalam.”
Taehyung mengangkat bahu dengan santai, “Bagian dari pekerjaanku.”
“Kau sedang bebas tugas!” teriak Yoona.
Beberapa kepala di bagian depan gereja berpaling ke arah mereka dan instruksi-instruksi selama beberapa saat terhenti. Dari belakang gereja, Yoona tersenyum lemah, meminta maaf.
Taehyung berbicara dari sudut mulutnya.
“Adegan di Busy Bee sudah menciptakan drama yang cukup membuat gosip-gosip bertebaran selama tiga tahun ke depan. Apa kau berencana memberi mereka sesuatu untuk dibicarakan sehari-hari?”
“Oh!” Dengan tangan terkepal di samping tubuh, Yoona mengertakkan gigi. “Kau—”
“Tunggu,” ujar Taehyung, mengacungkan tangan tanda menyerah. “Sebelum kau mulai menyerangku, biar kuberitahu kau apa yang kubeli hari ini.”
“Peduli se—”
“Alat pancing baru.”
Yoona menelan kembali kata terakhirnya dan menatap Taehyung kaget.
“Alat pancing baru?”
Taehyung mengangguk mengiyakan.
“Kau tahu apa artinya itu, kan?” Yoona menatapnya waspada, ekspresi gadis itu penuh kecurigaan. “Itu berarti aku membatal kan taruhanku dengan Jimin.”
“Kenapa?”
“Karena aku takkan mungkin bisa menang, kan?”
Dagu Yoona terangkat sedikit. “Dari dulu juga kau tidak mungkin menang. Aku sudah katakan itu”
Taehyung menggosok-gosok tengkuknya dan menggeleng-geleng malu. Yoona suka bagaimana rambut ikal Taehyung mencuat di puncak kepalanya, tapi membenci dirinya sendiri karena memperhatikan itu, dan lebih benci lagi karena keinginannya untuk menyentuh ikal-ikal itu.
***
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 29
Start from the beginning
