Yoona nyaris tidak bisa menunggu sampai Taehyung membukakan pintu mobil untuknya. Ketika Taehyung akhirnya melakukan itu, Yoona langsung menjatuhkan diri ke tempat duduknya sebelum lututnya lemas. Taehyung mengambil jalan menuju danau ke arah luar kota, menyetir dalam batas kecepatan. Yoona menyandarkan kepala ke punggung kursi dan membiarkan angin lembap meniupnya.
Tak satu kata pun terucap di antara mereka di sepanjang perjalanan.
Taehyung mengerem Datsun-nya di depan kabin. Yoona ingin pergi secepatnya.
“Trims atas malam ini, Taehyung. Aku sangat senang.”
Dalam sekejap ia langsung keluar dari mobil dan berlari menaiki tangga teras. Ia berkutat dengan kuncinya di pintu, merutuki kecerobohannya ketika ia menjatuhkan benda itu.
Kelihatannya kabur dengan cepat memang tidak mungkin. Taehyung menyikunya ke samping, memungut kunci, dan membuka pintu.
Ia tidak menunggu Yoona untuk masuk, tapi mendorong gadis itu di depannya dan menyalakan lampu. Ketika mata Yoona sudah terbiasa dengan ruangan yang mendadak terang benderang, Taehyung mencengkeram bahunya.
“Lepaskan aku! Ada apa sih denganmu?” seru Yoona, berusaha menggeliat melepaskan diri.
“Seharusnya aku yang menanyakan itu, Yoona. Ada apa denganmu?”
“Tidak ada!”
“Kalau begitu kenapa kau bersikap seperti itu di depan Seokjin?”
“Seperti apa?”
Taehyung mengguncang Yoona pelan. “Jangan pura-pura tolol. Mulailah bicara.”
“Tentang apa?”
“Aku ingin tahu kenapa kau membatalkan pernikahanmu.”
***
YOONA LANGSUNG BERHENTI memberontak, “Kenapa kaupikir aku akan memberitahumu?”
Taehyung mendekatkan wajah ke Yoona hingga berjarak beberapa sentimeter saja. “Karena baik kau mau mengakuinya atau tidak, Yoona, ada sesuatu di sini,”
“Sesuatu?”
“Sesuatu di antara kita.”
Yoona tertawa mengejek. “Taruhanmu. Kalau itu memang ada.”
“Lebih daripada itu.”
“Hanya itu yang ada di antara kita.”
“Tidak,” tukas Taehyung lembut. “Sejak aku memelukmu untuk berdansa, kita saling menguarkan aliran listrik. Kau mungkin tidak mau mengakuinya. Kau mungkin tidak menyukainya. Tapi kau jelas tidak bisa menyangkalnya.”
Dagu Yoona yang terangkat keras kepala mengatakan sebaliknya. “Kenapa kau tidak mau berhenti menggangguku?”
“Karena, sialan, aku menginginkanmu. Di ranjang.”
Ucapan Taehyung yang blakblakan membuat Yoona terdiam, tapi tidak lama, “Kau tidak pernah kehilangan kata-kata, ya?”
“Tidak pernah. Begitu juga kau, kecuali kalau topik tentang pernikahanmu diungkit-ungkit. Saat itu kau akan diam seribu bahasa. Kenapa?”
“Karena itu bukan urusanmu.”
“Ya, itu urusanku.”
“Apa hakmu?”
Mendadak Taehyung meraih tangan Yoona dan menyentaknya ke depan, menekankannya ke ritsleting celana jinsnya. “Itu yang memberiku hak. Sebagai kekasihmu berikutnya, aku berhak tahu apa yang kaupikirkan.”
Yoona menarik tangannya dan menggesekkan telapaknya seolah tangannya baru saja terbakar, Taehyung memanfaatkan keterkejutan Yoona. “Kenapa kau bersandiwara seperti cewek-manis-dari-Selatan waktu Kim masuk?”
“Sandiwara apa?”
“Sayang, Vivien Leigh pun kalah jauh dibanding dirimu.”
“Aku tidak mengerti apa yang kaubicarakan.”
“Kalau begitu biar kuperjelas. Mengedip-ngedipkan bulu mata. Senyum palsu. Perbendaharaan kata konyol. ‘Aku memujanya.’”
Taehyung membuat gerakan tak sabar. “Dari mana semua omong kosong itu muncul? Apakah Seokjin memang mengharapkan tindakan berlebihan macam itu darimu? Pantas saja hubunganmu dengannya hancur berantakan.”
Kata-kata Taehyung menusuk. Tapi daripada membahas topik yang bisa jadi takkan dimenanginya, Yoona menyerang dari sudut lain,
“Hubungan! Sungguh lucu mendengarmu mengucapkannya. Memangnya apa yang kau tahu tentang hubungam? Dari apa yang kudengar, hubungan yang kaupunyai dengan lawan jenis nyaris tidak bertahan lebih dari semalam, kalau sampai sejauh itu.”
“Kita sedang berbicara tentang kau, bukan aku.”
“Kau yang sedang berbicara tentang aku.”
“Pernikahanmulah yang dibatalkan.”
“Yah, setidaknya aku pernah melangkah sejauh itu!” teriak Yoona.
“Aku melangkah lebih jauh!” Taehyung balas berteriak, “Aku menikah!”
Dalam sekejap, Taehyung membeku. Lalu ia buru-buru membalikkan badan, memunggungi Yoona. Yoona memperhatikan jemari Taehyung menyisir rambutnya dengan tak sabar sambil mengumpat pelan.
Jantung Yoona seolah berhenti berdetak. “Kau sudah menikah?”
“Bercerai.”
“Kapan?”
“Sudah lama.”
“Apa yang terjadi?”
“Aku tertembak,”
“Tertembak?” Yoona terduduk di lengan sofa.
Perlahan-lahan, Taehyung berbalik untuk menghadap Yoona lagi. Ia menatap Yoona selama waktu yang panjang dan hening, lalu mulai bicara pendek-pendek.
“Kami menikah. Aku dipromosikan menjadi detektif. Aku menyukainya. Dia membencinya. Kami bertengkar tiap kali aku berangkat kerja. Dia tidak mengerti kenapa—”
Mendadak Taehyung terdiam, menyisir rambut dengan tangan lagi, lalu melanjutkan. “Suatu malam mereka meneleponnya dari rumah sakit. Luka tembakannya tidak parah. Pelurunya menembusku.” Tanpa sadar, ia menyentuh sisi tubuhnya. “Tapi itu sudah cukup membuatnya ketakutan. Begitu aku pulih, dia bilang dia tidak tahan lagi, bahwa dia tidak bisa hidup bersamaku, menyadari bahwa tiap kali aku pergi bisa jadi itu menjadi kali terakhir. Kami bercerai.”
Yoona mengamati pola garis-garis di sofanya.
“Itukah sebabnya kau pindah kemari?”
“Tidak. Itu lain cerita.” Bibir Taehyung mengatup keras hingga membentuk garis tipis kepahitan yang lama-lama dikenal Yoona. Ekspresi itu selalu muncul tiap kali alasan kepindahan Taehyung ke Latham Green diungkit-ungkit.
Taehyung berjalan ke jendela, membuka kerai, dan memandang ke kegelapan yang mengelilingi kabin di luar. Kelihatannya ia tenggelam dalam perenungan muram. Yoona bertanya-tanya, dengan tikaman rasa cemburu yang tak diketahuinya, apakah Taehyung masih mencintai wanita yang telah meninggalkan laki-laki itu. Ia lebih terkejut dibanding Taehyung ketika menyadari dirinya mengucapkan pertanyaan itu dengan lantang.
***
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 25
Start from the beginning
