“Anak-anak SMP?”
“Aku bersumpah untuk menegakkan hukum. Narkoba melanggar hukum; aku tidak peduli siapa penggunanya.”
Ini adalah sisi Kim Taehyungyang tidak pernah dilihat Yoona. Hilang sudah sinar canda di mata biru Taehyung. Seringai kurang ajarnya telah menguap menjadi kerutan penuh tekad, indikasi jelas bahwa ia memandang beberapa hal, terutama pekerjaannya, dengan serius. Kim Taehyung bisa bersikap tak kenal kompromi. Pikiran itu meresahkan Yoona.
“Tapi itu bukan ganja, jadi kita bisa santai.”
Taehyung tersenyum pada Yoona, suasana hatinya yang tadi sudah kembali, “Siap untuk popcorn?”
Mulut Yoona kering dan perutnya jungkir-balik, tapi ia mengangguk dan menjawab ya.
Untuk sesaat, mereka menonton filmnya, tapi mereka berdua tidak tertarik pada alur cerita yang hanya berkisar seputar pembunuhan mengerikan. Yoona yang tidak bisa berkonsentrasi ke layar mengalihkan matanya ke laki-laki yang membuatnya penasaran, meski ia berusaha menahan diri. Tiap kali ia diam-diam melirik Taehyung, laki-laki itu tengah memperhatikannya. Tatapan Taehyung membuatnya gugup.
Begitu gugup hingga ketika Taehyung berbicara pada-ya, Yoona terlonjak kaget.
“Apa?”
“Aku bertanya bagaimana kau menjalani seminggu di kampung halamanmu ini.”
“Baik-baik saja. Aku enggan pulang kemari, tapi sejauh ini tidak terlalu buruk. Tinggal tiga hari lagi dan aku bisa kembali.”
“Bertemu banyak orang?”
Yoona menggeleng dan menepuk-nepuk pangkuannya, membersihkan garam yang berjatuhan dari popcorn.
“Hanya Yurinie dan anak-anak. Sebisa mungkin aku lebih suka menyendiri. Tentu saja, kau menyebarkan gosip hebat dengan memamerkanku ke seluruh penjuru drive-in malam ini.”
Senyum Taehyung tampak cemerlang bahkan dalam gelap sekalipun.
“Aku punya reputasi yang harus kupertahankan. Begitu juga kau.”
Yoona berpaling dan menyesap Coke yang dibukakan Taehyung untuknya. Minuman dingin Taehyung sendiri dijepit di antara paha kokoh laki-laki itu. Yoona berusaha tidak mengarahkan matanya ke sana.
“Sudah mendengar kabar dari bank?”
Yoona mendesah penuh sesal, “Belum.”
Ribuan kali hari itu, ia memandangi teleponnya supaya mau berdering, tapi gagal. Tenggat waktu yang telah ditetapkannya pada Mr. Hwang semakin dekat.
“Tidak ada kabar berarti kabar baik.”
“Komentarmu seklise skenario film.” cetus Yoona.
“Tapi aku bermaksud baik. Aku hanya mencoba membuatmu merasa lebih baik.”
“Terimakasih. Tapi Aku tidak mau merasa lebih baik,” tukas Yoona kesal,
“Aku menginginkan pinjaman itu. Aku kesal setengah mati membayangkan Mr. Hwang dan teman-temannya membaca rekening-rekening pribadiku, mendiskusikanku, menilai karakterku hanya berdasarkan satu hari dalam hidupku. Apa hubungan semua itu dengan kemampuanku untuk membayar pinjaman? Apa kaitan hal yang satu dengan yang lainnya? Tapi berani bertaruh, ketika mereka menganalisis aplikasiku, hanya itu yang ada di dalam pikiran mereka yang picik.”
Ia berhenti untuk mengambil napas dalam-dalam dan, tanpa menyadari apa yang dilakukannya, ia lebih membalikkan tubuh ke arah Taehyung dan menaikkan sebelah lutut, menyelipkan satu kaki di bawah kaki lainnya.
“Apakah mereka ingat aku ketua OSIS di SMA selama tiga tahun berturut-turut? Tidak. Bahwa aku lulus dari Latham High School dengan penghargaan? Tidak. Bahwa aku termasuk mahasiswa berprestasi tiap semester saat aku kuliah di LSU? Tidak. Mereka melupakan semua itu. Satu-satunya yang mereka ingat tentang Im Yoona hanyalah hari pernikahannya yang kacau.”
“Yah, kau harus mengakui hari itu memang tak mudah dilupakan.”
Yoona menengadah dan melihat seringai lebar Taehyung.
“Lupakan.”
Dengan marah, ia menurunkan kedua kakinya ke lantai mobil dan menghadap ke depan.
“Aku heran kenapa aku membicarakan bisnisku denganmu. Kau menertawakanku.”
“Aku tersenyum!” seru Taehyung, jelas-jelas tersinggung. “Kau tahu apa masalahmu? Kau terlalu gampang marah. Selalu saja bersikap defensif.”
“Aku tidak begitu!”
“Terbukti, kan?” Taehyung menudingkan telunjuknya pada Yoona.
“Itu maksudku. Pantas saja kau sering gonta-ganti pacar di sini. Aku yakin kalau ada laki-laki yang berani menentangmu soal harga telur, misalnya, kau bakal langsung memutuskan hubungan dengan laki-laki malang itu. Dia ditendang karena dia tidak bisa memenuhi keinginanmu, menyembah-nyembahmu.”
“Itu tidak benar.”
“Oh ya Kau tidak tahan ada orang di atasmu.”
Tangan Taehyung terulur untuk meraih sejumput rambut Yoona, menariknya hingga Yoona menyeberangi kursi mobil Datsun sampai wajahnya tepat berada di bawah wajah Taehyung.
***
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 21
Start from the beginning
