“Apa kata temanmu itu?” Yoona berharap suaranya terdengar cukup santai.
“Yah,” kata Yuri, memasukkan kentang goreng bersalut saus tomat ke mulutnya, “kesimpulannya adalah”—ia menjilat garam dari jemarinya—“laki-laki itu adalah yang terhebat yang pernah ditemuinya.” Ia menelan.
Yoona, yang tidak mengunyah apa pun di mulutnya, menelan dengan sama susah payahnya. Tak menyadari ketidaknyamanan temannya, Yuri menyedot minuman cokelatnya.
“Laki-laki itu membuat hati semua orang di kota melayang-layang waktu dia tiba. Sampai sekarang pun masih begitu.”
“Dari mana asalnya?”
“Florida, kurasa. Situasi yang amat sangat rahasia. Tidak pernah ada yang menyebut-nyebut soal Mrs. Kim. Para janda mati dan cerai berusaha keras mengisi peran itu. Mereka mengerumuni Taehyung.” Yuri tertawa. “Kurasa dia tidak pernah memasak makan malam lebih dari tiga kali sejak dia datang ke kota ini.”
“Berarti dia terlibat dengan banyak wanita?”
“Tidak, justru itu masalahnya. Dia tidak suka terlibat.”
“Oh,” cetus Yoona mengejek, “salah satu jenis itu.”
“Tidak juga.” Sambil merenung Yuri mengaduk minuman cokelatnya. “Temanku bilang Taehyung berterus terang sebelum mereka berhubungan lebih jauh. Dia bilang pada temanku bahwa dia tidak mencari hubungan jangka panjang dan tidak mengharapkannya.”
“Tapi temanmu tidak memercayainya.”
“Kurasa tidak. Setelah beberapa minggu makan malam bersama dan bercinta, Taehyung berhenti meneleponnya. Temanku patah hati.”
Yuri menghentikan ceritanya untuk berteriak ke luar lewat jendela ke salah satu putrinya untuk berhenti meluncur di depan yang lainnya.
“Begitulah polanya dengan semua wanita yang ditemuinya,” lanjut Yuri. “Tapi dari yang kudengar, dia cukup sportif. Dia selalu memberitahu para wanita itu bahwa hubungan mereka hanya sementara.”
“Dan mereka masih bersedia mengambil risiko terluka? Dia tidak mungkin sehebat itu.”
Yuri tersenyum nakal. “Tapi pasti bakal seru untuk mencari tahu, ya kan?” Yoona mengerutkan kening, Yuri tertawa. “Kau tahu, Siwon dan aku sempat mencemaskanmu malam itu, ketika kami melihat kalian berdansa. Aku belum sempat memperingatkanmu tentang Taehyung sebelum kau meninggalkan pesta. Tapi lalu kupikir kau bisa menanganinya. Kalian berdua begitu mirip.”
“Kim dan aku?” pekik Yoona. “Mirip apanya?”
“Kalian berdua tipe cintai-mereka-lalu-tinggal-kan mereka.”
Yoona melesak kembali di kursinya.
“Oh.”
Mereka mengawasi Taehyung menerima kantong dari si pelayan dan menyentuh ujung topinya sebagai salam perpisahan pada gadis itu sebelum menurunkannya kembali hingga menutupi alis. Pinggang rampingnya berayun, dipertegas dengan sabuk senjata dari kulit hitam, memesona Yuri dan Yoona saat Taehyung berjalan menuju mobil patrolinya.
Tepat ketika Taehyung hampir tiba di mobilnya, salah satu putri Yuri melesat dengan skateboard di depannya, diikuti adiknya.
“O-oh,” kata Yuri,
Taehyung menghentikan kedua anak itu dan berjongkok untuk menguliahi mereka tentang ber-skateboard yang aman. Mereka menyimak dengan penuh hormat dan mengikuti dengan patuh ketika sang sherif membimbing mereka kembali ke mobil.
“Apakah kami akan ditangkap?” tanya Yuri saat Taehyung membungkuk untuk berbicara dengannya lewat jendela.
“Tidak.” Taehyung menyunggingkan senyum yang melelehkan itu. “Meski penjara pasti bakal kelihatan indah kalau kalian berdua dimasukkan ke baliknya.”
“Lepaskan kami, Sherif. Please,” goda Yuri nakal.
“Kali ini aku hanya menasihati anak-anak untuk lebih berhati-hati.”
“Aku sudah bilang begitu pada mereka,” kata Yuri, memelototi anak-anaknya di kursi belakang. “Mungkin mereka akan lebih mendengarkanmu.”
“Sudah siap untuk pernikahannya?”
“Sesiap yang aku bisa.”
“Siwon menyelesaikan detailnya.”
Selagi mereka berdua bicara, Yoona duduk dengan tenang dan tanpa suara seperti tikus sawah ketika kucing lumbung tengah mengintai. Ia terlonjak ketika Taehyung menyebut namanya.
“Apa kabar?”
“Baik.”
“Ada penyusup lagi?”
“Penyusup?” seru Yuri.
“Tidak.” Yoona menengok dan menatap tajam sang sherif, yang sepertinya sangat dinikmati laki-laki itu, menilik dari senyum lebarnya.
“Bagaimana perkembangan capungnya?”
“Capung?” Pertanyaan Yuri mulai seperti pengulangan.
“Aku masih mengerjakannya,” kata Yoona pada Taehyung.
Taehyung mengangguk. “Kabari aku perkembangannya. Yah, aku harus pergi, kalau tidak cheeseburger-ku akan dingin. Kalian ingat baik-baik apa yang kukatakan tadi,” kata Taehyung, melirik pada putri-putri Yuri, “Sampai jumpa di pernikahan.”
“Kalau segalanya selesai tepat waktu.” jawab Yuri, dan menambahkan tawa singkat.
“Pernikahan masih tiga hari lagi. Aku percaya semua yang harus dicapai pasti akan tercapai.”
Mengacu pada taruhannya dengan Jimin, Taehyung berbicara langsung pada Yoona. Pipi Yoona merona. Dan masih terasa panas setelah Taehyung masuk ke mobil patrolinya dan berkendara pergi.
Yuri menatap Yoona, yang membungkus kembali sisa makan siangnya. Berkat Taehyung Kim, ia kehilangan selera.
“Well?” tuntut Yuri.
Yoona berdeham tak nyaman. “Apa?”
“Kau belum menceritakan soal penyusup tadi padaku.”
“Rakun.”
Yuri terus menatapnya seolah menunggu pencerahan. “Rakun?”
“Kau tidak perlu megulang-ulangnya terus, oke?” sergah Yoona ketus.
“Dan kurasa capung adalah capung? Atau itu semacam kode?”
“Yuri-nie.”
“Oke, oke,” ujar Yuri, menyalakan mesin mobil.
“Tapi kalau kau bisa langsung tahu dari pengalaman sendiri tentang apa yang kita bicarakan tadi, sudah menjadi tugasmu sebagai sahabat untuk menceritakan semuanya padaku.”
*****
Don't forget to vote and comment ☺️✨
To be continued
ESTÁS LEYENDO
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 17
Comenzar desde el principio
