Sebelum imajinasinya membawanya lebih jauh, buru-buru ia berkata, “Sepertinya kau tidak juga mengerti maksudku, Mr. Kim. Aku tidak berminat terlibat… hubungan fisik denganmu. Aku hanya akan berada di sini selama seminggu.”
“Justru tenggat waktu itulah yang membatasi gayaku.”
“Demi memenangkan taruhanmu dengan Jimin?”
Yoona hanya mendapatkan seulas senyum pelan dan malas sebagai jawaban. “Anggap saja ini perbuatan baikmu minggu ini. Bantu aku.”
“Ajak saja maniak seks untuk makan siang bersamamu.”
Taehyung tertawa mendengar lelucon Yoona yang lucu. “Kujamin kau akan bersenang-senang. Aku ingin memenangkan taruhan itu. Jangan membuatnya begitu sulit,”
Yoona mengamati wajah Taehyung dengan saksama, bertanya-tanya apakah pilihan kata laki-laki itu memiliki makna ganda, tapi memutuskan lebih aman untuk tidak membahasnya lebih lanjut.
“Bukan saja membuatnya sulit, Mr. Kim, tapi aku juga akan membuatnya mustahil.”
Taehyung mengulurkan tangan dan menelusuri deretan kancing di depan baju Yoona hingga ke bawah. Ia menusuk Yoona ringan ketika tangannya berhenti, sekitar lima sentimeter di bawah pusar gadis itu.
“Tak ada yang mustahil.”
Taehyung membukakan pintu mobil Yoona. Begitu Yoona duduk di dalam, Taehyung menutup pintu. Lalu, sambil melemparkan senyum aku-akan-segera-menelanjangi-mu, ia berbalik dan berjalan santai menyusuri trotoar.
***
“SIALAN KAU, YOONA!”
Hardikan itu mengagetkan Yoona. Ia menengadah dan melihat Yuri dengan bingung lewat cermin.
“Kenapa?”
“Karena berpenampilan seperti itu.” Yuri mengibaskan tangannya ke arah bayangan di cermin. Mereka berada di kamar tidur rumah Yuri. Yoona, semoga untuk terakhir kalinya, sedang mencoba gaun bridesmaid yang akan dikenakannya pada pernikahan Yuri.
“Tak ada orang yang bakal melihatku kalau kau berdiri di sampingku.”
“Jangan konyol.”
“Seharusnya kepalaku diperiksa karena memilih warna salem-emas itu untuk gaunmu.” Yuri duduk di pinggir tempat tidur.
“Ingat sundae peach segar dan menggiurkan yang sering kita buat dulu? Seperti itulah kau terlihat.”
“Peach dan krim?” Yoona tertawa mengejek.
“Yang benar saja, Yuri. Kau bisa menemukan hal yang lebih baik daripada kata-kata klise seperti itu.”
“Klise atau tidak, kau kelihatan luar biasa cantik. Gaun itu sempurna sekali, sialan. Tolong lepaskan.”
Yoona membuka ritsleting gaun sutra itu dan meluncurkannya melewati pinggang, melangkah keluar dengan hati-hati.
“Dipikir-pikir lagi,” erang Yuri, “pakai lagi saja. Melihat tubuhmu yang seperti tubuh model itu mengingatkanku bahwa aku sudah punya dua anak dan kebanyakan sundae peach lezat.”
Yoona menggantung kembali gaun itu pada gantungannya yang berbantalan dan memasukkan gaun itu kembali ke kantong plastiknya. Ia menggerakkan tubuh, menanggalkan gaun dalam yang didesain untuk dijadikan pelapis gaun bridesmaid yang tipis itu dan, berdiri santai hanya mengenakan celana dalam, meraih celana dan atasan kasual yang dipakainya untuk acara pengepasan baju di rumah Yuri ini.
“Kau terdengar melankolis hari ini. Kegugupan sebelum pernikahan?”
“Kurasa begitu.”
Ketika sudah berpakaian, Yoona duduk di tempat tidur di samping sahabatnya dan meraih tangan Yuri. “Ada apa, Yuri?”
Yuri tersenyum malu, “Aku tidak bisa membodohi diri, Yoona. Lima tahun pernikahanku dengan Yunho sangat berdampak bagiku, bukan hanya secara emosional, tapi juga fisik.” Air mata menggenangi mata Yuri.
“Aku wanita gemuk dan kendor yang berantakan. Bagaimana kalau Siwon tidak menyukaiku?”
“Oh, Yuri!” Yoona memeluk sahabatnya erat-erat. “Kau bersikap konyol. Siwon mencintaimu.”
“Aku tahu.” Yuri, tampak malu-malu, melepaskan pelukan Yoona. “Kami pernah tidur bersama. Kali ini aku ingin memastikan hal itu. Tubuh Yunho yang indah cuma buat dipamerkan. Dia payah di tempat tidur.” Ia menyusuri pinggiran seprai dengan kuku jarinya. “Tapi ketika Siwon dan aku bersama, suasananya gelap dan romantis. Aku memastikan dia tidak melihat terlalu banyak. Tapi aku cemas membayangkan saat kami hidup bersama, ketika semua lampu menyala dan dia melihat betapa kendornya payudaraku, betapa bergelambir dan penuh selulit—”
“Demi Tuhan!” Yoona meraih pundak Yuri dengan kedua tangan. “Kau tidak pernah memiliki citra diri yang begitu menyedihkan. Kenapa sekarang?” Yoona menatap tajam sahabatnya. “Sebenarnya bukan itu, kan?”
“Kau terlalu mengenalku,” gerutu Yuri.
“Ayo, ceritakan.”
“Mungkin aku ragu.”
“Tentang Siwon?” tanya Yoona pelan.
“Bukan. Aku tergila-gila pada Siwon. Tapi aku ragu tentang memasuki pernikahan lagi. Di satu sisi aku iri padamu. Kau berkencan dengan banyak pria. Aku tidak pernah benar-benar berkencan dengan pria lain selain Yunho. Dia satu-satunya pria yang bisa kulihat. Lalu Siwon datang tak lama setelah perceraianku. Mungkin seharusnya aku pergi menjauh beberapa waktu. Pergi ke kota. Membuka diri pada gaya hidup yang berbeda. Hidup bersenang-senang ala wanita lajang.”
“Itu tidak seperti kelihatannya, Yuri. Orang bisa merasa sangat kesepian.”
Perhatian Yuri seketika beralih dari dirinya sendiri kepada Yoona. “Apakah kau berharap kau tinggal di sini dan menikah dengan Seokjin?”
“Tidak, aku tidak pernah menyesali keputusanku untuk tidak menikah dengannya.”
“Yoona—”
“Jangan tanya, Yurinie,” sela Yoona buru-buru, meremas tangan Yuri seolah untuk mencegah kata-katanya keluar. “Kalau ingin memberitahukan alasanku untuk meninggalkannya, aku akan memberitahumu. Kau tahu itu.” Ia melirik ke bawah, ke tangan mereka yang terjalin, tapi tidak benar-benar melihatnya. Alih-alih, ia melihat keterkejutan di wajah orangtuanya ketika ia berbalik dari altar dan menghadap mereka dengan pemberitahuan mencengangkan itu.
“Itu sesuatu yang harus kulakukan. Aku tahu orang-orang menganggapku plinplan, tapi mereka salah. Itu bukan keputusan yang kuambil sembarangan. Aku tidak akan pernah membiarkan orangtuaku mengalami peristiwa yang begitu memalukan kecuali aku punya alasan yang amat sangat bagus dan merasa bahwa itu pilihan yang paling bijaksana, meski tidak mudah. Percayalah padaku.”
“Kau tidak perlu menjelaskan dirimu padaku, Yoona. Aku tidak akan pernah mengungkit-ungkit hal itu, hanya saja kupikir kau butuh membicarakannya.”
“Aku tidak bisa, Yuri, Mungkin kapan-kapan. Tapi tidak sekarang.”
“Oke. Omong-omong, ini jam makan siang, dan aku sudah menjanjikan burger di Dairy Mart pada anak-anak. Kau mau ikut?”
Yoona menepuk bibirnya sambil melompat bangkit dari tempat tidur. “Pasti. Aku tidak makan burger Dairy Mart sudah lebih dari tiga tahun.”
“Kira-kira mereka masih membuat sundae peach yang menggiurkan itu tidak ya?”
“Apa yang terjadi dengan semua kemuraman tentang kendor dan selulit tadi?”
Yuri memanggil kedua putrinya, yang sedang bermain skateboard di luar, untuk naik ke mobil.
“Krisisnya sudah berlalu. Salahkan sikap mengasihani-diri tadi pada bioritme, kadar gula yang rendah, atau kegugupan calon pengantin. Siwon tergila-gila padaku. Segalanya tentang diriku. Dengan semua keglamoran dalam hidupmu, Yoona, aku tetap tidak mau bertukar tempat denganmu.”
Yoona bertanya-tanya apakah Yuri menyadari bahwa segalanya tidak selalu seindah kelihatannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomansaRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 16
Mulai dari awal
