“Aku mendesain dan membuat kostum Mardi Gras.”

Taehyung menatap Yoona beberapa lama. Lalu, di luar dugaan dan yang membangkitkan kemarahan Yoona, laki-laki itu tertawa. Yoona merenggut tas tangan dan kacamatanya, lalu beranjak turun dari kursi tingginya. Taehyung menangkap lengannya.

“Tunggu. Jangan pergi dulu. Aku menertawakan Jimin, bukan kau.”

“Jimin?”

“Dia memberitahuku kau penjahit. Aku tidak bisa membayangkan kau membungkuk di depan mesin jahit di pabrik baju.”

Yoona duduk kembali. “Yah, aku menghabiskan berjam-jam membungkuk di depan mesin jahit, tapi aku hanya mengerjakan desainnya, lalu bekerja berdampingan dengan para penjahit yang membuat bahan itu. Mereka menjahit; aku membuat konsep.”

“Menurutku sepertinya kau sudah berbisnis sendiri.”

“Tidak, aku bekerja pada perusahaan keluarga yang sudah menjalankan bisnis ini selama bertahun-tahun. Bidangnya sangat terbatas. Aku ingin melebarkannya sendiri.”

“Kenapa?” Taehyung meletakkan siku di atas meja berlapis Formica pink dan bertopang dagu, memberi kesan ia benar-benar tertarik.

“Kreativitasku terhambat. Pasangan yang menjadi bosku sudah lelah. Gagasan-gagasan mereka sudah kuno. Kurangnya energi mereka tampak dalam hasil karya mereka. Desain-desain inovatif yang kami produksi dua tahun terakhir dibuat olehku. Tapi aku cuma dibayar dengan gaji standar.”

“Itu bisa cenderung mengurangi motivasimu.”

“Satu-satunya yang mengurangi motivasiku adalah jika aku tetap bersama mereka. Aku punya terlalu banyak gagasan yang memohon diwujudkan. Saat aku pergi, aku akan mendapatkan banyak klien langganan mereka yang kecewa, dan lebih banyak klien lewat promosi dari mulut ke mulut. Aku yakin tak butuh waktu lama sampai aku benar-benar mapan.”

“Tapi saat ini kau butuh modal operasional.”

“Betul. Untuk seribu satu pengeluaran yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan memulai bisnis apa pun. Terutama, aku harus membuat beberapa sampel kostum. Harapannya, aku bisa menjual sampel-sampel itu nantinya, tapi untuk saat ini, sampel-sampel itu akan membuktikan bakatku pada para konsumen yang tidak tahu kemampuanku.”

Taehyung tersenyum mendengar kesombongan Yoona, tapi gadis itu terlalu terpusat pada subjek pembicaraan untuk menyadari hal itu.

“Kostum pesta dansa sangat mewah,” lanjut Yoona. “Bahan-bahannya sendiri untuk sepotong gaun saja bisa mencapai ribuan dolar. Aku tidak bisa membuat gaun-gaun itu tanpa tujuan.”

“Coba kita lihat apa aku mengerti dengan benar,” kata Taehyung. “Kau mengajukan sebuah atau beberapa usulan pada klien. Dia memilih desain yang diinginkannya dan kau membuatkan kostum itu untuknya.”

Yoona berterima kasih kepada Taehyung karena sangat perseptif. “Seandainya saja kau petugas bank. Sepertinya aku tidak bisa menanamkan konsep itu di kepala Mr. Hwang.”

“Bankir hanya melihat intinya.”

“Yang kubutuhkan hanyalah setumpuk pesanan tahun pertama ini untuk meraup keuntungan. Tidak banyak bisnis baru yang bisa menjanjikan hal itu. Dan aku tahu di dalam sini,” ujar Yoona, menekankan tangannya yang terkepal di atas jantungnya, “bahwa kostum-kostum rancanganku akan sangat spektakuler hingga pada tahun berikutnya aku akan mendapatkan pesanan yang jauh lebih banyak daripada yang bisa kupenuhi.”

Taehyung menunduk, menatap wajah Yoona yang penuh tekad, “Kau sudah meyakinkanku.”

Tatapan mereka terkunci beberapa saat.

“Siap?” tanyanya akhirnya, mengangguk ke arah gelas Yoona yang sudah kosong.

“Ya,” gumam Yoona, kembali memusatkan perhatian ke saat sekarang. “Terima kasih.”

Taehyung membayar bonnya. “Lorong mana yang akan kita ambil? Mainan dan buku atau pembalut Wanita?”

Yoona, yang sangat berterima kasih karena Taehyung meredakan ketegangan yang di luar dugaan muncul di antara mereka, melemparkan tatapan masam dan mulai berjalan di antara lorong yang dipenuhi ember pasir dan boneka Rambo.

“Aku punya satu pertanyaan untukmu,” kata Taehyung. “Apa hubungan semua itu dengan membuat sketsa serangga yang jelek?”

“Seharusnya aku tahu untuk tidak percaya kau benar-benar menganggapku serius.”

“Aku menganggapmu serius.” Taehyung terdengar tersinggung.

“Mungkin. Tapi tetap saja, sejauh menyangkut bisnis dan wanita, kau tidak ada bedanya dengan para bankir. Ketika kau melihat wanita, satu-satunya yang kaulihat hanyalah sepasang—” Yoona menahan lidahnya mengucapkan kata-kata terakhir, memarahi diri sendiri karena seceroboh itu.

“Oh, aku memang melihatnya. Tapi, meskipun punyamu indah, bukan berarti aku tidak bisa melihat lebih jauh daripada itu.”

Yoona tidak tahu apakah di luar cuaca memang lebih panas ataukah komentar Taehyung tentang payudaranya yang membuat cuaca terasa panas.

Segera setelah ia keluar ke trotoar, ia berbalik menuju mobilnya.

Taehyung benar-benar menjengkelkan, tapi, harus diakui, laki-laki itu pendengar yang baik.

***

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now