Kerutan khawatir yang dalam dan tulus terbentuk di antara kedua alis Taehyung.
“Kalau begitu sebaiknya kuperiksa. Kau tunggu di sini.”
Yoona melanggar perintah tersebut dan mengikuti Taehyung ke dapur sambil berjingkat-jingkat. Ia mengawasi Taehyung membuka pintu belakang, membuka kunci pintu kasa, dan melangkah ke luar.
Kali ini, Sinar bulan cukup terang untuk menciptakan siluet tinggi Taehyung saat laki-laki itu melintasi halaman. Taehyung membawa senter dan menyalakannya, mengarahkannya ke hutan lebat yang mengelilingi kabin. Ketika ayah Yoona membeli tempat ini, dia hanya membuka sedikit lahan, cukup untuk membangun kabin ini.
Mereka sengaja sebisa mungkin tidak menyentuh hutan.
Dari balik pintu kasa, Yoona memperhatikan Taehyung menghilang mengitari sisi jauh gudang. Ia dapat melihat lengkungan sinar lampu senter di atas dermaga dan menembus pepohonan. Rasanya lama sekali baru Taehyung kelihatan lagi. Laki-laki itu mematikan lampu senternya sebelum kembali ke dapur.
Yoona menepi, menahan pintu kasa untuk Taehyung.
“Jadi?”
“Kau memang kedatangan penyusup-penyusup”
“Penyusup-penyusup—maksudmu lebih dari satu?”
“Empat,” jawab Taehyung serius.
Wajah Yoona memucat, “Empat?"
“Yap, mama rakun dan ketiga bayinya.”
Yoona membuka mulut untuk bicara, memutuskan bahwa apa pun yang dikatakannya hanya akan membuatnya kelihatan lebih konyol, ia buru-buru menutup mulutnya kembali. Giginya mengertak dalam keheningan tiba-tiba itu.
“Mereka mengaduk-aduk sisa makanan di belakang deretan ember,” Taehyung memberitahunya. Yoona tetap menunduk dan satu-satunya yang bisa ia rasakan hanyalah mata biru terkutuk itu menatap kepalanya dengan tajam. Membayangkan laki-laki itu menertawakannya benar-benar tak tertahankan.
Ia merasa tolol.
Sangat-sangat tolol.
Mendadak Yoona menengadah. “Ini sebagian salahmu,” tudingnya lantang. “Semua omongan tentang orang sinting dan tukang intip membuatku sedikit parno.”
“Kau yang membawa-bawa soal tukang intip, bukan aku.” Taehyung dengan santai meletakkan lampu senternya di meja dapur.
“Kau punya kopi?”
“Tidak.”
Yoona bisa melihat seringai lebar Taehyung dalam kegelapan.
“Bahkan untuk petugas hukum yang sudah menyelamatkanmu dari keluarga rakun yang brutal?”
Yoona berkacak pinggang. “Kau menikmati semua ini, bukan?”
Taehyung mendirikan kursi yang ditabrak Yoona hingga terguling tadi dan duduk di atasnya, lebih tegak daripada santai. Ia tersenyum lebar pada Yoona.
“Yah, kau harus mengakui bahwa pemandangannya benar-benar menakjubkan.”
Ketika Yoona menyadari dirinya hanya memakai gaun tidur minim dan cara berdirinya membuat bahan tembus pandang itu menempel erat di payudaranya, ia langsung menjatuhkan lengan ke sisi tubuhnya. Ia berbalik dan berderap keluar dapur.
Barang-barang dan laci yang jatuh terserak tepat di jalannya. Yoona mematahkan pensil-pensil di bawah kakinya, sementara tumitnya yang lain tertusuk kepala paku. Mengumpat dengan gaya seperti wanita tak berpendidikan, ia tertatih-tatih keluar dapur.
Beberapa menit kemudian ia kembali mengena-kan kaus tanpa lengan dan celana pendek. Lampu dapur sudah dinyalakan dan Taehyung tengah memasak sepoci kopi di kompor gas.
“Anggap saja rumah sendiri.”
Mengabaikan sindiran itu, Taehyung menjawab “Trims, aku baru saja melakukannya.”
Yoona berjalan ke lemari dan menurunkan dua cangkir dan lepek. “Krim dan gula?”
“Tidak usah. Punya biskuit?”
Yoona memutar bola matanya ke atas dan mengeluarkan bungkusan biskuit dari lemari dapur, yang disimpannya untuk persediaan selama seminggu tinggal di sini.
“Asal kau tahu saja,” gumam Taehyung di sela-sela gigitan biskuit berlapis cokelat beku, “aku lebih suka pakaianmu yang tadi.”
“Pasti.”
“Walaupun yang ini memiliki kemungkinan-kemungkinan yang lebih jelas.”
Saat mengucapkan kata “jelas” mata Taehyung meluncur menuruni payudara Yoona. Kelihatan jelas wanita itu tidak mengenakan bra di balik bahan rajutan lembut yang membalut erat tubuhnya. Semakin lama Taehyung menatapnya, hal itu semakin jelas.
Yoona mencoba menutupi rasa malu dan jengahnya dengan pertanyaan sinis. “Apakah para pembayar pajak di Latham Green tahu bahwa sherif mereka adalah setan seks?”
Taehyung terkekeh. “Aku sedang bertugas.”
“Entah kenapa hal itu tetap tidak membuatku tenang.”
“Yah, seharusnya kau tenang. Kalau aku tidak sedang bertugas, aku pasti sudah menidurimu.”
“Itu mustahil, Mr. Kim.”
Seringai Taehyung memancarkan rasa percaya diri.
***
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 10
Start from the beginning
