“Seharusnya aku sudah menduganya.”
Senyum Taehyung tampak malas-malasan “Sebelum itu aku tidak sadar bahwa wewangian merupakan sains tersendiri.”
“Formulanya disimpan dengan hati-hati.”
“Maksudku bukan cara pembuatannya.” Ia terduduk tegak dan menconSeokjingkan tubuh mendekat. “Aku sedang membicarakan tentang sains memakai parfum.”
Tadi Yoona berharap Taehyung mau menanggalkan kacamata hitamnya. Rasanya mengganggu sekali berbicara pada bayangan dirinya sendiri yang terpantul di lensa-lensanya. Namun sekarang, ketika laki-laki itu mengabulkan permintaannya yang tak terucapkan dan menanggalkan kacamatanya, Yoona ingin Taehyung segera memakai kacamatanya lagi.
Mata laki-laki itu ternyata jauh lebih meresahkan dibanding kacamata hitam yang tidak tembus pandang.
“Aku selalu mengira yang dilakukan wanita, membubuhkan parfum di belakang telinga dan di pergelangan tangannya, sudah tepat.”
“Memang,” ujar Yoona ketus.
“Ya, tapi di situ parfum menguap lebih cepat. Parfum seharusnya dibubuhkan pakai kapas atau disemprotkan. Waktu mengunjungi toko itu, aku baru tahu bahwa membubuhkan parfum dengan menggunakan jemari akan mencemari seluruh isi botol,”
“Kurasa itu ada hubungannya dengan keasaman tubuh seseorang.”
“Lalu wanita ini menjelaskan padaku bahwa untuk mendapatkan manfaat maksimal dari wewangian apa pun, tempat wewangian itu akan bercampur dengan panas tubuh wanita dan menguarkan keharuman tiap kali dia bergerak, dia harus membubuhkannya di—”
“Aku benar-benar harus masuk.”
“—rambutnya… payudaranya… perutnya… di… pahanya.”
Mata Taehyung menyentuh tiap tempat yang disebutkannya. Pada kata terakhir, matanya bertengger di pangkuan Yoona.
“Beritahu aku, Yoona, mengingat kau wanita sensual, apakah kau pernah membubuhkan parfum di—” matanya bergerak naik dengan begitu perlahan hingga terasa menyiksa “—rambutmu?”
Sesaat Yoona tak mampu berkata-kata. Butiran keringat meluncur turun di antara payudaranya. Pada saat yang sama butiran keringat juga menuruni leher Taehyung.
Dengungan serangga terasa melenakan. Angin sepoi-sepoi berbisik di sela-sela ranting cypress yang lembut, tapi semua hal lainnya mematung, terutama tatapan Yoona yang bersirobok dengan tatapan Taehyung Kim.
“Kurasa sebaiknya aku masuk sekarang.” ujar Yoona akhirnya. “Kalau tidak aku akan terbakar.” Ia tidak bermaksud lain dan berharap laki-laki itu tidak menganggapnya tengah bersilat kata. Sulit rasanya menebak secara pasti apa arti senyum simpul laki-laki itu.
“Jimin menceritakan kisah yang sangat menarik tentang dirimu.”
Yoona membenci Taehyung karena membawa-bawa masa lalunya ke dalam percakapan mereka. Pada saat yang sama, ia bersyukur. Topik tersebut menariknya dari keadaan setengah sadar yang dialaminya gara-gara larut dalam suara berat laki-laki itu yang bercerita tentang parfum dan cara penggunaannya.
Apa aku sudah gila? pikir Yoona. Kenapa aku tidak berdiri dan masuk. Mungkin aku benar-benar terlalu lama berjemur.
“Apakah itu benar, Yoona?”
“Itu tergantung pada apa yang diceritakannya padamu, kan?” sergah Yoona tajam.
“Dia bilang kau salah satu anak perempuan tercantik di sekolah,”
Yoona memalingkan wajah. “Kurasa aku banyak disukai.”
“Itukah sebabnya kau kembali ke Latham Green setelah empat tahun kuliah?”
“Orangtuaku masih tinggal di sini.”
“Dulu. Tapi sekarang sudah tidak lagi.”
“Tidak, sekarang tidak.”
“Tidak sejak kau bergegas keluar dari Gereja Baptis dan meninggalkan pengantin priamu berdiri di depan altar.”
Yoona melotot padanya. “Yah, itu menjawab semua pertanyaanku. Kulihat Jimin cukup banyak bicara.”
“Bisakah kau menyalahkannya? Kisah itu benar-benar menarik. Aku tidak ingat pernah mendengar tentang pengantin wanita lain yang, ketika ditanya, ‘Bersediakah kau…’ dan seterusnya, berkata, ‘Tidak, kurasa aku tidak bersedia’, lalu berbalik dan bergegas menyusuri lorong dan keluar dari gereja, meninggalkan semua orang, termasuk sang pengantin pria, terperangah.”
Pipi Yoona terasa panas dan itu tidak ada hubungannya dengan kulitnya yang agak terpanggang. Kenangan-kenangan menghantamnya. Seperti pasir isap di rawa-rawa tak jauh dari sana, kenangan-kenangan itu tersimpan rapi, menunggunya terpeleset dan terjerumus ke dalamnya supaya bisa menelan dan mencekiknya.
“Butuh nyali yang besar untuk melakukannya,” ujar Taehyung, mengamatinya lekat-lekat.
To be continued.
YOU ARE READING
Yoona's Return - Taehyung Yoona Version
RomanceRemake Story Taehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote and comment✨
Part 6
Start from the beginning
