“Oh, banyak yang dia beritahukan, tapi aku membentuk opiniku sendiri.”

“Dalam sepuluh menit kita bersama?”

“Bahkan sebelum kita bertemu,” sahut Taehyung enteng. “Apakah kau sadar kau menyanyikan—tanpa suara—setiap lagu yang dimainkan band semalam?”

Yoona sudah mau berdebat ketika memutuskan hal itu tidak ada gunanya. Ikut menyanyikan lagu di radio adalah kebiasaannya. “Aku suka musik.”

“Dan makanan. Aku sudah memberitahumu bahwa mulutmu melakukan lebih pada stroberi dibanding pada spongecake dan krim kocok.”

“Kau membuat makan stroberi terdengar mesum.”

“Bisa dibilang begitu.” sahut Taehyung pelan.

Yoona tidak siap memberikan bantahan yang efektif dan memutuskan lebih bijaksana untuk diam saja. Bahkan saat lidahnya sangat tajam sekalipun, Taehyung sepertinya selalu siap menyahut dengan licin.

“Kau memilih makanan dari buffet dengan sangat hati-hati. Makanan yang memikat mata. Semua yang kautaruh di piringmu tampak… cantik.” Taehyung tersenyum seolah “cantik” adalah kata yang jarang digunakannya.

“Kecuali kerangnya, tentu saja, dan kau hanya mengambil makanan itu karena Mrs. Park membuatmu jengkel.”

Bibir Yoona membentuk huruf O kecil.

Sebenarnya sudah berapa lama laki-laki itu mengamatinya? Tapi yang lebih mengejutkan dibanding hal tersebut adalah betapa tepatnya pengamatan laki-laki itu tentang dirinya. Ia merasa terpapar dan rapuh. “Seharusnya kau menjadi tukang intip.”

“Dari mana kau tahu aku bukan tukang intip?”
Melihat ekspresi tercengang di wajah Yoona, Taehyung tertawa. “Tenang. Aku tidak seculas itu. Aku juga bukan masokis. Kalau aku tertarik pada wanita, aku ingin melakukan lebih dari sekadar mengintipnya dari balik sesemakan. Aku ingin menyentuhnya dan menidurinya.”

Ia meraih botol plastik tabir surya Yoona dan menuangkan setetes ke telapak tangannya. Ia mengendusnya.

“Baunya seperti minuman dari Bar Trader Vic’s.”

“Itulah sebabnya aku membelinya.”

“Aku tidak heran. Semalam beberapa kali aku melihatmu menghidung bunga-bunga.”

Taehyung menggosokkan losion tersebut di tangannya. Tangan besar Taehyung yang bergerak perlahan dalam gerakan memutar mulai memengaruhi Yoona. Ia mengerjap-ngerjap untuk menghalau keadaan kerasukan yang ia rasakan mulai merayapinya seperti halimun.

“Aku suka wewangian.”
Mendadak ia merasa sangat haus. Lidahnya menyentuh langit-langit mulutnya. “Aku suka apa pun yang wangi. Bunga, tabir surya, apa pun.”

“Apa kau pernah pergi ke tempat pembuatan parfum di New Orleans?”

“Yang di daerah Royal?”

“Aku lupa persisnya di mana. Suatu tempat di French Quarter.” Taehyung menggosokkan ibu jari ke ujung-ujung jemarinya, menyelimuti jemarinya dengan losion licin itu. “Aku menghabiskan satu jam yang menyenangkan di sana suatu kali, memilih parfum.”

“Untuk siapa?” Yoona memperhatikan gerakan jemari laki-laki itu terlalu lama. Kesenangan memabukkan yang dialami jemari Taehyung dengan tabir surya itu membuatnya pening.

Pertanyaan tersebut terlontar sebelum Yoona sadar telah mengutarakannya. Saat sadar, ia langsung kembali berkonsentrasi.

“Ibuku,”

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now