Taehyung menggesekkan tangannya di punggung Yoona. Secara refleks punggung Yoona melengkung. Gerakan salah. Karena itu membuat payudaranya menempel erat di dada Taehyung yang keras. Mata biru itu berubah gelap dan tajam. Yoona terkesiap.

“Apa pekerjaanmu?” tanya Yoona lirih.

“Taruhan, kau pasti memakai pakaian dalam sutra juga.”

Tiba-tiba Taehyung hanya memegang udara kosong.

Yoona menyelinap pergi darinya, meminta maaf dengan pelan dan tidak kentara pada orang-orang yang dilewatinya saat menuju pintu.

Karena tubuhnya lebih besar, Taehyung lebih sulit untuk menyelip di antara pasangan-pasangan yang tengah berdansa, Yoona sudah mencapai tangga depan bangunan country club bergaya kolonial tersebut sebelum Taehyung berhasil menyusulnya.

“Apa omonganku salah?”

Yoona menghadapinya seperti kucing yang men desis marah. “Semua omonganmu, tingkah lakumu. Aku muak dengan gaya superioritas maskulin konyol yang kau kuarkan seperti bau busuk. Bahkan, aku benci sepenuhnya pada semua hal seksis dalam dirimu, Mr. Kim. Sekarang, jangan ganggu aku.”

“Baiklah, dengar, aku minta maaf, mungkin cara pendekatanku agak keterlaluan.”

“Agak keterlaluan?”

“Aku melihatmu dan ingin menidurimu. Tidak. Maksudku ingin mengenalmu. Jadi—”
Ia berbicara pada punggung wanita itu lagi.

Taehyung berlari menuruni tangga menuju jalur masuk mobil beralas batu kerikil yang membuat sepatu kulit berhak tinggi warna pastel yang dikenakan Yoona rusak berat.

Taehyung menangkap lengannya, Yoona mengempaskan tangan Taehyung.

“Kalau kau merasakan kesenangan tersendiri saat berbicara kotor, Mr. Kim, kusarankan kau pergi ke Bourbon Street. Di sana ada banyak perempuan yang bisa kau bayar per menit untuk mendengarkan sampah itu. Tapi tolong, jangan buat aku mendengarkannya.”

“Jimin memberi kesan bahwa kau tidak seperti wanita lain di sekitar sini.”

“Syukurlah.”

“Kau menjalani hidup lajang di kota.”

“Benar.”

“Jadi aku akan langsung saja pada pokok masalahnya. Kita cuma punya waktu seminggu.”

“Tentu saja. Buat apa buang-buang waktu?” sahut Yoona, tiap patah katanya terdengar sinis.

“Wanita modern seperti dirimu pasti tahu permainan ini. Aku melihatmu, menginginkanmu, aku mendekatimu. Kalau aku salah membaca dirimu, aku minta maaf setulusnya. Aku tidak bermaksud menyinggungmu.”

“Aku tidak bisa mengatakan betapa aku sangat menghargai itu.”

“Jadi, apa kita bakal bergulingan di ranjang minggu ini atau tidak?”

Yoona menatap Taehyung, sesaat tak mampu berkata-kata. Tapi laki-laki itu kelihatannya benar-benar mengharapkan jawaban.

Akhirnya ia berkata, “Tidak, Mr. Kim. Kita tidak akan melakukannya. Tidak akan pernah.”

Taehyung menyeringai berbahaya. “Kau yakin?”

Yoona melipat lengan di perut dan mengambil posisi maupun ekspresi marah yang telah meledakkan begitu banyak ego maskulin.

“Yakin, kecuali neraka membeku, Mr. Kim.”

Sedikit pun Taehyung tidak takut. Malah, ia bergerak mendekat, begitu dekat hingga Yoona harus menengadah supaya bisa melihat wajahnya. “Kalau begitu kau tidak bermain dengan adil. Seharusnya kau langsung saja mengatakannya padaku, Yoona,” katanya dengan suara dalam, “dan bukannya menjadi terangsang saat kita berdansa tadi.”

Yoona menatapnya dengan ngeri, bukan saja kerena kata-kata Taehyung begitu provokatif, tapi juga karena begitu tepat.

“Aku… kau… aku tidak… aku tidak… terangsang.”

Mata Taehyung menatapnya dari bawah lindungan alis pirang gelap.

“Kau sudah berbohong sekali, Yoona. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan memaksakan keberuntunganku.”

“Aku tidak berbohong!”

Mata Taehyung meluncur ke perut Yoona.

“Perlu kubuktikan?”

Yoona berbalik dengan sepatu hak tingginya, yang tidak mudah dilakukan di atas jalanan berkerikil, dan bergegas menuju mobilnya.

Taehyung, menyeringai lebar memperhatikan gadis itu memasuki mobil sport Amerika dan mengebut seolah dikejar setan. Bisa dibilang memang setan yang mengejar Yoona, pikir Taehyung dengan seringai culas.

“Sudah kubilang kau tidak bakal berhasil,” kata Jimin, bergabung dengan Taehyung di bawah awning yang membentang dari pintu masuk ke jalur mobil.

“Ini baru permulaannya, Jimin. Jangan mulai menyiapkan tempat di atas perapian untuk semua piala lomba memancing yang bakal kaumenangkan dengan alat pancing baru itu,” sahut Taehyung percaya diri.

“Banyak yang bisa terjadi dalam seminggu.”

Jimin tampak sama percaya dirinya dengan kegagalan Taehyung. “Seminggu bukan waktu yang lama.”

Di mobilnya, Yoona mengebut di sepanjang jalan tol.

“Seminggu!” teriaknya.

Rasanya bakal seperti selamanya.

***

To be continued.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now