Setelah memastikan mereka hanya sendirian di ruang rias di bawah tangga, mereka mengunci pintu untuk menjamin privasi.

Yoona bersandar ke pintu dan menarik napas kesal, "Dan kau bertanya kenapa baru sekarang aku kembali setelah tiga tahun? Bisakah kau menyalahkanku karena menjauh? Satu-satunya yang tidak dia lakukan untuk memuaskan keingintahuannya tentang detail-detail seru hidupku di kota besar hanyalah meneteskan air liur dari mulutnya."

Yuri duduk di depan meja rias dan mengoleskan lipstik.

"Memangnya ada detail-detail seru tentang hidupmu di kota besar?" Dia melirik jail ke arah Yoona lewat cermin oval berpigura. Tatapan dingin Yoona malah membuatnya tertawa lagi.

"Tenanglah, Yoona. Ini kota kecil di Amerika. Apalagi yang bisa dilakukan orang-orang seperti Mrs. Park?"

"Mengawasi rumput tumbuh? Tepatnya rumput orang lain."

"Benar. Mereka harus menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Dan, jujur saja, kau memberi mereka banyak bahan gosip beberapa tahun lalu. Kau adalah artis-nya"

"Aku tidak berusaha mendapatkan perhatian mereka."

"Yah, tetap saja kau mendapatkannya. Selama bertahun-tahun mereka penasaran kenapa kau melakukan apa yang kaulakukan. Orangtuamu pindah tak lama setelahnya, jadi tidak ada yang bisa membantu mereka menjawab teka-teki itu. Sekarang kau muncul dengan penampilan seperti aktris dalam Dynasty, sama sekali tidak terpengaruh oleh insiden itu. Mereka sangat ingin tahu apa yang memicumu melakukan hal yang tak-pernah-terjadi itu. Bisakah kau menyalahkan mereka karena penasaran?"

"Ya, aku bisa. Bisa dibilang gosip-gosip itulah yang membuat orangtuaku gila, juga keingintahuan kekanak-kanakan mereka. Mom dan Dad tidak bisa pergi ke mana pun tanpa menerima lirikan sinis atau pertanyaan yang berusaha mengorek-ngorek informasi dari mereka. Bahkan yang mereka anggap teman pun mengusik mereka tentang hal itu. Mereka tidak tahan lagi pada tekanan itu dan pergi."

"Kukira mereka pergi karena ayahmu mendapat pekerjaan di Jackson."

"Itu alasan yang mereka berikan padaku, tapi aku tidak pernah memercayainya. Akulah alasan mereka pindah. Aku harus menerima hal itu, Yuri."

Yoona mengeluarkan lipstik dari tas kempit kecilnya dan mengulas bibirnya. "Tapi terima kasih atas pujian tentang penampilanku seperti salah satu aktris Dynasty tadi."

Yuri tersenyum. "Para wanita di sekitar sini memakai gaun koktail pendek atau gaun panjang formal. Mereka tidak pernah mendengar kalung mutiara. Semua baju atasan mereka rata, tidak bergerigi seperti baju atasanmu. Tak ada yang bakal berpikir untuk memadukan warna jingga terang dengan ungu, tapi warna itu tampak sensasional di tubuhmu," katanya, mengagumi gaun Yoona yang kelihatan seperti padu-an berseni akan potongan menyilang dan sampiran beberapa scarf.

"Dan, ya ampun, ya ampun," Yuri berseru, menepuk-nepuk pipinya pura-pura ngeri, "apakah kau benar-benar membuat dua tindikan di satu telinga? Kau pasti akan menjadi pendukung fanatik sayap kiri! Aku bahkan tidak akan terkejut kalau ternyata ada satu atau dua Yankee di pohon keluargamu."

Sambil tertawa, Yoona memukul udara beberapa sentimeter di depan hidung Yuri.

"Diamlah! Kau membuatku tertawa, padahal aku tidak mau tertawa."

Yuri merangkum tangan Yoona dengan hangat.

"Aku tahu kau tidak mau kembali ke sini, bahwa satu-satunya alasan kau mau adalah demi pernikahanku. Aku tahu kau berkorban banyak, dan aku menghargai-nya."

"Aku tidak akan melewatkan pernikahanmu, Yurinie. Kau tahu itu. Meskipun..."

"Meskipun kau tidak mengerti mengapa aku mau menikah lagi," Yuri menyelesaikan kalimatnya.

"Yah, begitulah."

Yoona menatap mata Yuri lurus-lurus.

Menurutnya Yuri hanya menggali lubang yang lebih dalam bagi dirinya sendiri. Dia sudah memiliki kesempatan untuk membawa kedua anaknya dan meninggalkan kota membosankan ini setelah bercerai dari suami pertamanya.

Tapi Yuri tetap tinggal, bertahan menghadapi semua gosip, dan bersiap menikah lagi.

"Yoona, aku mencintai Siwon. Aku ingin menikah dengannya, memiliki anak bersamanya" Ekspresi Yuri memohon pengertian.

"Kukira aku mencintai Yunho, tapi aku hanya melihat apa yang dilihat orang lain, pahlawan futbol yang memukau, Sayangnya, hanya itulah dirinya. Ketika dia tidak bisa menjadi itu lagi, dia hancur berantakan, berpaling ke minuman keras, ke wanita lain. Mereka masih menyorakinya alih-alih memberitahunya untuk bersikap dewasa seperti yang aku, istrinya yang cerewet, lakukan."

"Nah, Siwon setegar Batu Karang Gibraltar. Dia mencintaiku, mencintai anak-anakku. Dia tidak Setampan Yunho, tubuhnya juga tidak sekekar Yunho, tapi dia pria sejati, bukan anak kecil bertubuh besar." lanjutnya.

Yoona menepuk-nepuk tangan Yuri, "Aku ikut senang untukmu. Kau tahu itu. Aku berpikir Siwon hebat karena bisa membuatmu utuh kembali. Hanya saja aku tidak bisa membayangkan siapa pun mau memilih hidup macam itu. Aku merasa beruntung karena berhasil menghindarinya."

"Itu karena kau belum menemukan pria yang tepat." Yuri menaikkan alisnya.

"Omong-omong, kurasa kau belum bertemu dengan mantan tunanganmu."

"Belum, dan kuharap tidak." Yoona memain-mainkan rambutnya. Berusaha untuk terlihat tidak peduli. Ya. Dia memang sudah tidak peduli dan tak mau peduli.

______

Don't forget to vote and comment ✨

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now