Penampilan mereka juga tidak buruk, pikir Yoona.

Matanya bersitatap dengan mata pemimpin band yang sedang menjelajah dan tersenyum padanya ketika mereka mulai memainkan lagu balada Kenny Rogers.

Pria itu mengedipkan mata padanya.

Yoona balas mengedipkan mata, tersenyum singkat, lalu buru-buru mengalihkan perhatian ke buffet.

Sambil menunduk, dia berkonsentrasi mengisi piringnya.

"Im Yoona!"

Sial. Mengerang dalam hati, Yoona menyunggingkan senyum palsu dan membalikkan badan.

"Wah, halo, Mrs. Park."

"Lama tak bertemu, girl."

Kau juga, sobat tua. "Ya, memang sudah lama."

"Berapa lama?"

"Tiga tahun." Tiga tahun, dua bulan, enam hari. Jelas tidak cukup lama bagi orang-orang untuk melupakannya.

"Apa kau masih di New Orleans?"

"Masih." Dan sangat menyukainya. Menyukai tempat mana pun asal bukan Latham Green.

"Kau kelihatan luar biasa."

"Terima kasih."

"Sangat kota."

Komentar itu dimaksudkan sebagai sindiran.

Yoona menganggapnya pujian tertinggi.

Mrs. Park menyuapkan jamur isi kepiting pedas ke mulutnya dan mengunyah penuh semangat. Lalu, seolah takut Yoona bakal kabur sebelum dia bisa menginterogasi Yoona lebih jauh dengan pertanyaan-pertanyaan usilnya, dia buru-buru bertanya,

"Dan orangtuamu? Bagaimana kabar mereka?"

"Baik, mereka baik-baik saja." Yoona memunggungi wanita itu dan mengambil tiram mentah dengan cangkang separo-sesuatu yang takkan pernah dimakannya sampai kapan pun juga walaupun sekarang dia sudah menjadi penduduk New Orleans- dan meletakkannya di piringnya.

Sayangnya, Mrs. Park tidak menyadari situasi dan belum pernah mendengar istilah bahasa tubuh. Dia terus bertanya, tanpa gentar.

"Apa mereka masih di Jackson?"

"He-em." balasnya malas.

"Mereka jarang pulang. Lalu setelah... yah, kau tahu maksudku. Pasti masih berat bagi mereka, aku yakin."

Yoona ingin menaruh piringnya, meninggalkan ruangan, kota, dan wilayah ini persis seperti yang dilakukannya tiga tahun lalu. Satu-satunya yang membuatnya bertahan di depan mangkuk berisi melon saat ini adalah tekad kuat untuk tidak memberi kepuasan pada siapa pun karena telah berhasil membuatnya takut.

"Apa kalian masih memiliki kabin di danau itu?" tanyanya lagi, tanpa sadar. Entah karena tak mau sadar. Lawan bicaranya tidak ingin ditanya.

Sebelum Yoona sempat menjawab, tokoh utama dalam pesta itu mendatanginya.

"Yoona, bisakah kau membantuku dengan rambutku? Aku merasa ada jepit penting yang longgar. Tolong, ya? Permisi, Mrs. Park."

"Permisi" pamit Yoona undur diri.

Yoona meninggalkan piringnya yang sudah setengah penuh. Dia tidak ingin makan, dia hanya butuh menyibukkan tangannya.

"Trims," katanya pelan saat sahabatnya mengaitkan lengan pada lengannya dan membimbingnya keluar dari ruang duduk formal tersebut, menyusuri lorong, menuju ruang rias.

Yuri tertawa, "Kau kelihatan perlu diselamatkan. Atau mungkin Mrs. Park-lah yang terancam bahaya. Aku sudah cemas kau bakal memakan bakso Swedia lalu menusuk wanita itu dengan tusuk gigi."

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionWhere stories live. Discover now