69. Perpisahan <END>

Mulai dari awal
                                    

"Bagaimana? Apa kau jadi menyesal memintaku untuk menghukummu?" tanya Mahendra sembari tersenyum.

"Tidak tuan, aku memang pantas mendapatkannya," jawab Jatuhu dengan suara gemetar.

"Baguslah, sebenarnya tadi itu cuma permulaan. Harusnya masih banyak lagi hukuman yang akan kau jalani. Tapi apa boleh buat, bos besar masih punya urusan denganmu," ucap Mahendra.

Muncul rasa takut di batinku saat melihat ekspresi wajahnya. Ekspresinya yang tersenyum menyeringai itu layaknya seorang psikopat. Saat mempermainkan dan menyiksa Jatuhu, dia tampak sangat menikmatinya.

"Kenapa kamu melihat saya dengan ekspresi begitu?" tanya Mahendra sembari menatapku.

"Jangan takut, saya gak galak, kok. Kayak dia!" ucapnya sembari menunjuk pria yang ada di sebelahnya.

"Cukup main-mainnya. Biar Pak Gumelar yang berbicara," balas pria yang bernama Dirga itu dengan ekspresi kaku.

Saat Mahendra ingin membuka mulutnya untuk membalas ucapan Dirga, dia menatap Mbah Gumelar sesaat. Mbah Gumelar menatapnya balik lalu mengangguk pelan dan Mahendra pun seketika diam sembari menggelengkan kepalanya. Raut wajahnya tampak enggan. Di mataku, sudah jelas siapa yang berada di hirarki paling atas dari mereka.

"Dia tidak akan ikut campur, di sini dia hanya hadir sebagai saksi saja," ucap Mbah Gumelar dengan santai. Dia yang dimaksud itu adalah diriku.

Jatuhu tak membalas ucapan Mbah Gumelar, dia hanya menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Jadi sekarang, ceritakan semua kebenarannya. Jika kamu berbohong, aku akan membiarkan dia menghukummu," perintah Mbah Gumelar sembari menunjuk Mahendra.

Jatuhu mengangguk, tetapi dia diam sembari melirik Mahendra. Sepertinya dia tak ingin berbicara, apabila tak diizinkan olehnya.

"Kalau disuruh bos cerita, ya cerita saja," ucap Mahendra sambil tersenyum menyeringai.

"Perlu saya ceritakan dari mana?" tanya Jatuhu sembari berlutut.

"Dari awal pertemuan kamu dengan wanita yang menjebak teman saya," jawab Mbah Gumelar.

Aku bingung mendengar pertanyaan itu. Menjebak? Aku tak tahu maksud dari arah pembicaraan ini.

"Dari mana tuan bisa tahu tentang itu?" tanya Jatuhu terkejut.

"Hahahaha!" Mahendra tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Jatuhu.

Mbah Gumelar tidak memperdulikan tawa Mahendra, dia dengan santai menjawab, "Apa perlu aku menjelaskannya?"

Jatuhu seketika ketakutan lalu dengan cepat menjawab. "Pada awalnya wanita yang bernama Nirma itu berniat untuk meminta kekayaan kepadaku dengan melakukan pesugihan."

Seluruh badanku bergetar seketika. Rasanya aku ingin langsung menghabisi kelelawar yang ada di depanku. Begitu juga dengan wanita jalang yang bernama Nirma itu. Gara-gara dia, nyawa Putra kini menghilang.

Belum saja aku bergerak, pria yang bernama Dirga sudah menatapku dengan tajam layaknya sedang memperingatkanku, agar jangan bertindak gegabah.

"Apa yang dilakukannya selama melakukan perjanjian pesugihan?" tanya Mbah Gumelar.

"Sebenarnya dia sudah lama melakukan perjanjian denganku. Pertama kali pesugihan, dia terlebih dahulu mengorbankan suaminya yang suka menyiksanya. Dia sengaja menyuruhku menawan sukma dari suaminya, tetapi dia meminta agar anak-anaknya tidak kusentuh, sebagai gantinya dia harus mencari orang lain yang bisa dikorbankan," jelas Jatuhu.

"Setelah itu, dia menawarkan teman-temannya yang sedang kesusahan agar melakukan perjanjian denganku. Hingga lama kelamaan, akhirnya dia kehabisan teman yang bisa diajak melakukan pesugihan. Jadi dia mulai beralih berpura-pura sebagai korban pesugihan. Dia mulai menjebak para paranormal yang di datanginya. Baik itu paranormal palsu ataupun paranormal yang memang benar-benar ingin membantunya," jelasnya.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang