"Tubuh mereka bahkan tidak ditemukan! Apakah kalian mau datang ke pemakaman kosong? Mereka meninggalkan anak-anak mereka sendirian! Aku yakin mereka pasti sedang senang-senang berduaan."

Mendengar Rahel mengatakan itu, Synthia dan Thomas hanya bisa diam, dan akhirnya Rahel bangun dari kursi itu dan langsung kembali ke lantai 2.

....

...

..

.

"Besok pagi langsung bangun, ... tentang Rahel.... Kita tunggu saja besok..."

"Baiklah." Sahut Thomas.

* * *

Pada saat malam, Thomas dan Synthia sudah tidur. Sedangkan Rahel masih terbangun dan melihat ke arah langit-langit kamarnya.

"Orang tua? Jangan bercanda. Mereka meninggalkan kita.. Dan kalian masih mau mengunjungi makam kosong mereka..." Gumam Rahel sambil memukuli bantal kecilnya.

Rahel mengambil selimutnya dan menariknya hingga menutupi seluruh tubuhnya,

"Tch siapa juga yang merindukan mereka..."

Setelah itu Rahel hanya diam saja, dan menyetel video-video lama tentang keadaan dimana orang tuanya dan mereka masih bersama-sama.

[LIHAT LIHAT! SAYANG!!! Rahel barusan jalan lho pake kakinya!]

[YANG BENER??? MANA MANA LIATTT!!! Synthia mamah pinjem dulu ya hpnya.]

[Iya mahh]

[Emang Rahel napa mah kalo bisa jalan???]

Ibu dan ayah mereka hanya menatap satu sama lain dan tertawa mendengar pertanyaan dari Thomas.

Ibunya mencium pipi Thomas dan menggendongnya sambil menunjukkan jarinya ke atas.

[Kalau bisa berdiri seperti itu, nanti dia bakal bisa jadi tinggiiiii banget, melebihi kamu]

[Lhoo tapi kata mamah Thomas bakal jadi yang paling tinggi di duniaaa]

Ibu mereka pun tertawa dan mengusapkan kepalanya ke kepala Thomas sambil mengatakan,

[Kamu dan Rahel bakal jadi yang paling tinggi deh.. Ibu janji.]

[Aku mah???] tanya Synthia sambil menunjuk dirinya yang sedang menggunakan tiara dari plastik yang mereka beli di depan sekolah.

[Huppp!]

[Uwaghh]

Ayahnya mengangkat Synthia dan menggendongnya sama seperti Thomas.

[Sayang! Hati-hati jangan angkat Synthia kayak gitu!]

[Oiya sayang maaf ya]

Bzzztt...

Video itupun akhirnya berakhir dan Rahel hanya bisa diam sambil memegang hpnya di landscape mode.

Mereka.. tampak sangat harmonis bukan..? Iya kan..? Tanya Rahel kepada dirinya sendiri.

Tes..

"Huh."

Sebuah butiran air tiba-tiba menetes ke pipinya dan dia langsung mengusapnya.

"Apa-apaan?! Aku menangisi mereka? Jangan bercanda... Ngapain juga aku menangis-..."

Tes...

Tes..

Butiran yang menetes tadi tiba-tiba berubah dan mengalir hingga mencapai ke mulutnya.

'Rasanya asin..'

Rahel menutup matanya dan berkata,

"... Aku merindukan mereka."

Setelah dia menutup matanya, dia teringat dengan kata-kata ayah dan ibunya sebelum dia pergi ke sekolah dan kata-kata itu masih dia ingat hingga sekarang.

'Jaga dirimu baik-baik Rahel.'

Dia menutup matanya untuk tidur dan tiba-tiba, dia mendengar suara seseorang yang berkata 'Rahel.. Aku minta maaf.'

'Huh..?'

'Ibu.. Ayah..? Apakah itu kalian..?'

Suara itu tidak menjawabnya dan akhirnya Rahel langsung tertidur dengan pulas.

* * *


"Pangeran Randall perlengkapan mandi anda sudah siap."

Rahel yang masih tertidur pun tidak menjawab perkataan orang itu dan hanya bergumam ke dirinya sendiri.

"Ya.. Mm.. sebentar..."

Pelayan tersebut langsung kaget karena Pangeran Randall yang jarang sekali berbicara tiba-tiba menjawabnya, tetapi pelayan tersebut merasa senang karena Randall, akhirnya mau berbicara kepadanya, lalu dia berkata,

"Baiklah Pangeran, saya akan keluar sekarang."

Mendengar respon pelayan tersebut, Rahel langsung menjadi tidak nyaman, lalu dia bangun dan membuka selimut yang menutupinya semalam itu.

'Eurgh.. Kepalaku.. Apakah ini gara-gara aku menangis semalaman?'

Saat dia bangun, dia melihat sebuah ruangan yang sangat mewah dilapisi dengan bahan-bahan berkualitas tinggi seperti... sebuah istana, lalu dia berpikir apakah ini hanya sebuah mimpi dan dia mencoba untuk mencubit pipinya,

"Aduh aduh."

'Huh?'

'Kenapa rasanya sakit..?'

'Apa-apaan.. Apa aku coba sekali lagi...'

Rahel mencoba untuk mencubit pipinya lagi dan akhirnya dia langsung sadar dan berlari menuju ke cermin besar yang ada di samping lemari itu.

"Apa.. Apaan?"

Pantulan dari cermin itu adalah, seorang anak laki-laki yang memiliki rambut hitam kebiruan dengan mata hijau seperti sebuah permata topaz.

Mata tersebut sangatlah indah, bahkan Rahel yang melihatnya pun langsung terkesima melihatnya.

Setelah itu, kakinya lemas dan dia akhirnya sadar.. Bahwa saat ini, dia sedang tidak berada di tubuh aslinya. Dia  memegang pipinya dan hanya bisa berkata.

"Apa.. Apaan ini?"

The Beginning Of The Journey

Living In Another World As The Useless PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang