55. Pesan Singkat

Start from the beginning
                                    

Suasana hening, begitu juga dengan kami berdua yang hanya menatap satu sama lainnya dengan tatapan mata yang tajam.

"Jadi sebenarnya lo gangguin kita gara-gara mau nyelametin si Rara, ya?" tanya Yudha dengan datar.

"Menurut lo?" tanyaku balik dengan ekspresi datar.

"Gua bakal hapus semua video Rara, tapi lo jangan coba ganggu keluarga gua lagi," ucap Yudha tiba-tiba.

"Terus gara-gara lo ngehapus video Rara, lo udah ngerasa udah cukup gitu?" tanyaku sambil tersenyum. "Gimana sama cewek-cewek lain, yang udah jadi korban lo sama Dipa."

Yudha pun terdiam, tak bisa menjawab pertanyaanku.

"Gimana kalo Nadia tau, semua hal bejat yang udah lo lakuin," ancamku.

Yudha langsung menatapku dengan penuh amarah. "Gua bakal bunuh lo! kalo lo coba-coba ngasih tau!"

"Emangnya sampe kapan lo bisa sembunyiin ini semua?" tanyaku dengan lantang, tak memperdulikan ancamannya.

Yudha pun lagi-lagi terdiam setelah mendengar pertanyaanku.

"Padahal tadi sedikit lagi, adek lo bakal bernasib sama kayak cewek-cewek yang udah lo rusak," ucapku memborbardirnya dengan kata-kata tajam.

"Diam lo!" teriak Yudha karena sudah tak tahan lagi mendengarkan kata-kata tajam dari mulutku.

"Mending sekarang lo serahin semua bukti dan diri lo," ucapku terus terang.

"Terus biar gua dipenjara dan ninggalin adek gua sendirian gitu?" balas Yudha dengan senyuman sinis. "Lo kira gua sinting, apa?"

"Mungkin lebih baik lo jadi sinting, supaya semua ini berakhir lebih cepat. Supaya lo sadar dan punya waktu berbenah diri kedepannya," ucapku layaknya menceramahinya.

"Hahahaha ...." Yudha hanya tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya dia tak mau menyerahkan bukti dan mengaku akan kesalahannya.

Aku pun menghela nafas lalu membuka layar ponselku. Setelah membuka galeri dan foto yang kuambil di mobil Dipa, aku pun langsung menunjukkannya ke depan mata Yudha.

"Anjing lo!" teriaknya sambil berusaha mengambil ponselku.

Tapi aku langsung menarik tanganku, dan memasukkan ponselku ke kantung celana. Yudha pun tidak tinggal diam, dia langsung meninju wajahku bertubi-tubi.

Aku pun tak mau diam saja, pria berjubah merah yang sudah berdiri dibelakangku pun langsung memasuki tubuhku. Tapi aku tak membiarkan pria berjubah merah itu mengendalikan tubuhku sepenuhnya.

Semua pukulan yang dilayangkan oleh Yudha pun tak kuhiraukan. Aku hanya membalasnya dengan sebuah pukulan telak di tengah wajahnya. Hingga dia pun tercampak kebelakang seketika.

"Argghhhh!" teriak Yudha kesakitan.

Namun Yudha tak mau menyerah, dia perlahan-lahan berdiri lalu berusaha meraihku. Karena tak mau membuang waktu lebih lama lagi, aku pun langsung mencekik lehernya, lalu membantingnya ke lantai.

"Masih belom puas? Perlu gua lanjutin lagi?" tanyaku dengan dingin.

Yudha tak meresponku, dia hanya berguling-guling kesakitan di lantai. Aku pun hanya bisa diam menatapnya sambil menunggu sakit yang ada di badannya mereda. Mungkin aku terlalu berlebihan saat membantingnya tadi, pikirku. Beberapa saat kemudian, Yudha mulai bangkit sambil menatapku dengan was-was.

"Mending sekarang lo nyerah. Demi kebaikan keluarga lo," ucapku lalu menghela nafas dalam-dalam.

"Emangnya lo tau apa tentang keluarga gua!" balas Yudha membentakku.

Awakening - Sixth SenseWhere stories live. Discover now