"Kenapa, Mel?" tanyaku bingung, sebab aku tak mengerti apa arti dari senyumannya itu.

Melissa perlahan menjawab, "Muka kamu lucu kalo gugup gitu, Ram."

"Ha? Gugup?" ucapku bingung, karena aku tak merasakan rasa gugup sama sekali.

"Tuh muka sama kuping kamu merah-merah gitu," ucap Melissa sambil tertawa kecil.

"Masa, sih?" ucapku panik lalu spontan memegangi kuping dan wajahku.

Saat kupegang, aku merasakan panas yang menyengat dan tidak wajar. Sepertinya aku sedang mengalami gejala demam.

"Kayaknya gua lagi gejala demam, Mel." Aku lalu beranjak dari kursi untuk berbaring di kasur.

Melissa langsung menyentuh dahiku dengan belakang telapak tangannya. "Kamu istirahat dulu, Ram. Kayaknya kamu kecapean, deh."

"Iya, Mel, tapi Steven nanti mau datang ke sini. Kalo aku ketiduran, jangan lupa mintain kunci kamarnya, ya."

"Oke, Ram. Tapi omong-omong, kamu ga ada obat demam, Ram?" tanya Melissa.

"Aku ga ada siapin obat-obatan di sini," jawabku.

"Ya udah, deh. Aku beliin ke apotek deket sini dulu," ucap Melissa seraya berjalan keluar kamar.

"Eh, pake uang aku aja, Mel." Aku langsung menjulurkan dompetku ke arahnya.

Melissa tak menghiraukanku, dia tetap pergi keluar dari ruangan. Aku menjadi merasa tidak enak, karena aku tahu kondisi finansialnya yang sedang tidak mendukung saat ini.

Setelah beberapa saat kemudian, Melissa pun datang membawa bungkusan obat.

"Minum obatnya dulu, Ram." Melissa menyerahkan segelas air putih lengkap dengan butiran obat kepadaku.

"Makasih, Mel."

"Habis minum obat, langsung tidur ya, Ram. Supaya demamnya gak makin parah," ucap Melissa.

Aku mengangguk lalu berbaring di kasur setelah meminum obat yang diberikannya. Aku pun memejamkan kedua mataku dan berusaha memposisikan badanku serileks mungkin agar bisa tertidur dengan cepat. Hingga menit demi menit telah berlalu, akhirnya kesadaranku pun memudar.

"Woi, Ram ... Bangun woi ...," bisik seseorang sambil menggoyangkan badanku pelan.

Selagi memejamkan mataku, aku merasa ada rasa dingin yang muncul dari dahiku. Perlahan aku pun mulai membuka kedua mataku, lalu mengusapnya pelan. Di pandangan saat itu, ternyata sudah tampak wajah Steven yang sedang menatapku.

"Romantis bener nih, pake acara dikompres segala," bisik Steven sambil tersenyum jahil.

Spontan aku memegang dahiku, ternyata ada handuk kecil yang sudah menempel di sana. Aku pun menoleh ke samping, melihat Melissa yang sedang tertidur pulas di pinggir kasurku. Tampak ekspresi wajahnya yang sangat tenang bagaikan tak memiliki beban.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung bangun dari kasur lalu mengangkat Melissa dan membaringkannya di kasur.

"Widih, laki banget deh tuan muda," ucap Steven sambil terkekeh.

"Jangan berisik woi, rntar dia kebangun," balasku dengan berbisik.

Steven mengangguk lalu menunjukkan jarinya ke arah pintu kamar, yang artinya dia mengajakku untuk berbicara di luar. Akupun membalas anggukannya lalu mengikutinya pergi keluar ruangan.

"Lo bawa kuncinya gak?" tanyaku.

"Nih ... tapi emangnya lo gak tidur barengan?" tanya Steven balik sambil menyerahkan kunci kamarnya.

Awakening - Sixth SenseHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin