45. Cerita Dibalik Rara

Start from the beginning
                                    

"Rama bisa dipercaya kok, Ra," ucap Melissa. "Buktinya dia nyelamatin gue kemarin malam."

Rara pun mengangguk pelan, lalu perlahan mulai berbicara. "Mereka dua ngejebak gue sama kayak kejadian yang lo alami kemarin, Mel. Awalnya, gue kenal mereka dari temen kampus. Waktu itu sebenarnya kita lagi ngerjain tugas di cafe. Terus kebetulan mereka berdua lagi ada di cafe itu dan ketemu sama temen gue yang kenal sama mereka."

"Dari situ, kita mulai kenalan dan ngomong-ngomong dikit, terus mereka nanya apa boleh duduk satu meja sama kita berdua. Sebenarnya saat itu gue kurang nyaman, tapi karena ga enak sama temen, gue cuma bisa bilang iya aja."

"Setelah ngomong banyak sama mereka, gue ngerasa kalau mereka itu ramah dan sopan. Jadi kecurigaan gue berkurang dan berusaha sebisa mungkin untuk bersikap friendly ke mereka."

"Tapi ujungnya yang terjadi sama kayak malam kemarin, Mel. Waktu gue lagi ke kamar mandi, ternyata mereka diam-diam ngecekokin obat ke minuman gue."

"Habis minum, gue mulai ngerasa pusing dan pamit buat pulang duluan ke mereka. Terus mereka nawarin buat nganterin gue pulang ke rumah. Di situ gue sebenarnya udah mulai curiga. Gue langsung nolak dan cepet-cepet buat langsung pulang. Tapi temen gw itu berusaha buat nahan gue, dan nyari banyak alasan supaya gue bisa bareng mereka.

"Makin lama badan gue makin lemes, pandangan juga pelan-pelan mulai kabur. Gue mau berusaha ngomong, tapi suara gue ga bisa keluar. Sampe akhirnya gue ga sadarkan diri."

"Ga tau udah berapa lama, bangun-bangun gue ngeliat dua cowok itu lagi telanjang bulat di sebelah gue. Gue akhirnya sadar, kalau gue lagi ada di hotel bareng mereka berdua, dengan posisi gue yang telanjang sama kayak mereka."

"Gue berusaha melarikan diri dan mau laporin mereka. Tapi dari situ mereka mulai ngancam. Mereka bakal nyebarin foto dan video itu kalo ga mau nurutin apa yang mereka mau. Dari sejak itu gue dipakai jadi bahan pemuas nafsu mereka."

Melissa seketika marah lalu berkata, "Lo ga mau ngelaporin mereka ke polisi, Ra? Gue gak terima lo diginiin, Ra."

"Gue ga mau ini sampai kesebar kemana-mana, Mel. Mending gue bawa mati aja ketimbang aib gue harus kesebar," balas Rara.

Air mata Melissa pun mulai menetes lagi, "Gue ga terima Ra ... gue ga terima lo diginiin ...." ucap Melissa sembari terisak.

"Maaf banget sama yang gue lakuin kemarin, Mel. Gue gak pantes jadi temen lo lagi," ucap Rara lemas.

Tiba-tiba, terdengar suara handphone Rara yang berbunyi. Tanda adanya seseorang yang sedang menghubungi. Rara pun langsung mengambil handphone tersebut lalu menatapnya sesaat. Setelah menatap layar ponselnya, Rara tampak menjadi panik dan ketakutan.

"Mel, kamu jangan kemana-mana ya. Tetap di sini, jangan keluar-keluar," ucap Rara dengan panik dan terburu-buru.

"Kenapa, Ra?" tanya Melissa dengan heran.

"Mereka dua mau datang ke sini," jawab Rara.

"Aku siap-siap dulu," ucap Rara sambil bergegas mengambil baju yang ada di lemarinya.

Aku dan Melissa hanya bisa terdiam, sebab aku tahu, Rara akan semakin menderita jika kami berdua mengusik kedua pria itu secara blak-blakan. Jadi lebih baik keberadaan kami tidak diketahui oleh mereka.

Rara langsung berlari ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah keluar dari kamar mandi, dia melirik kami sesaat lalu pergi ke keluar kamar.

Melissa memandangku dengan wajah yang lesu, lalu berkata, "Ram ... aku harus gimana lagi?"

"Aku ngerasa hidup aku udah hancur. Tapi nyatanya hidup temenku ternyata lebih parah," ucap Melisssa pelan.

Aku mulai mendekat ke Melissa, lalu menepuk pelan pundaknya, berusaha untuk menenangkan perasaannya.

"Semua masalah ada solusinya, Mel. Nanti kita cari solusinya bareng-bareng, ya. Yang penting saat ini kamu sama Rara harus tenangin diri dulu," balasku pelan.

"Solusi gimana lagi, Ram. Soalnya aku ga kepikiran cara buat selesaiin masalah ini. Yang ada semuanya jadi serba salah," ucap Melissa lemas.

Aku terdiam mendengar perkataan Melissa, karena aku sadar bahwa apa yang dikatakannya adalah benar. Sebab jika dilaporkan, otomatis aib Rara akan tersebar. Sementara itu, jika tidak dilaporkan, Rara akan selalu menderita akan tindakan mereka.

Sesaat kemudian, terdengar suara mobil yang mulai mendekat. Sepertinya kedua orang itu sudah tiba di depan rumah Rara. Aku langsung mendekat ke arah jendela, lalu mengintip keadaan di luar sana.

Sesuai dugaanku, ternyata benar kedua pria itu yang muncul dan keluar dari dalam mobil. Dengan santainya mereka berjalan mendekati pintu rumah Rara. Tetapi belum saja sampai, dari mobil yang parkir persis di belakang mobil mereka, aku melihat ada empat orang yang keluar dan langsung berlari ke arah mereka berdua.

Mereka berdua pun menoleh dan langsung panik seketika saat melihat keempat orang yang berlari menuju mereka.

"Mampusin nih dua bangsat!" teriak salah satu pria yang tampak familiar bagiku.

Saat kuperhatikan lebih jelas, ternyata pria itu adalah David. Mantan dari Riska yang pernah kuhajar sampai bonyok dan mengadu kepada Ayahnya yang seorang polisi. Aku tak menyangka, dia akan muncul di sini dan langsung menyerang kedua pria itu.

"Ada masalah apa nih sama kita? Bisa diomongin dulu gak?" tanya pria kribo dengan panik.

"Ga usah banyak bacot! Cepet woi! Habisin!" balas David sambil berteriak.

"Santai dong woi!" balas pria itu sambil berusaha menghindar dan melarikan diri.

Tapi naasnya, kedua pria itu tak bisa mengelak dan langsung terkena keroyokan dari David dan ketiga temannya tanpa bisa melakukan perlawanan. Kedua pria itu kian berteriak kesakitan sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

"Mati lo bangsat!" teriak David dengan penuh amarah.

Sampai pada akhirnya orang-orang sekitar mulai memerhatikan mereka, dan spontan segera berdatangan ke sana. Begitu juga dengan Melissa yang terkejut mendengar suara teriakan dari luar.

"Kenapa tuh, Ram?" tanya Melissa penasaran.

"Ada orang yang berantem, Mel."

Sementara itu, melihat situasi yang sudah mulai ramai, David pun langsung memutuskan untuk berhenti.

"Cabut woi!" teriak David, lalu mereka berempat langsung berlari masuk ke dalam mobil dan pergi dari lokasi itu secepat mungkin.

Sesaat kemudian, Rara keluar dari rumah bersama Ibu dan pekerja rumahnya. Sepertinya mereka juga tak menyangka akan terjadi keributan di depan rumahnya.

Sedangkan kedua pria itu masih tergeletak di tanah sambil memegangi bagian tubuh mereka yang sakit. Mereka bergolek-golek di tanah sesekali, seperti cacing kepanasan. Hingga beberapa orang dan pekerja di rumah Rara yang ada disana mulai membantu memapah mereka berdua.

Lalu tampak Ibu dari Rara yang sedang berbicara kepada dua pria itu. Kedua pria itu lalu mengangguk dan pergi masuk ke mobilnya setelah berbicara singkat dengan Ibu Rara. Sepertinya mereka membatalkan rencana mereka hari ini karena kejadian tak terduga itu.

Aku terkesima melihat kejadian barusan, aku tak menyangka mereka berdua memiliki hubungan buruk dengan David. Aku jadi bertanya-tanya di benakku, sebenarnya apa masalah yang dimiliki David dengan kedua orang itu.

Setelah berpikir sejenak, sepertinya aku mulai memiliki suatu rencana yang mungkin bisa menjadi solusi untuk membantu Rara. Aku menjadi ingat suatu pepatah yang berkata.

"Musuh dari musuhku adalah sekutu."

Bersambung ...

Awakening - Sixth SenseWhere stories live. Discover now