INP- 44

1.1K 133 4
                                    

"Soalnya kemarin El berdoa sama Allah, kalo El mau dijauhkan dari setan yang terkutuk. Eh, temen-temen El yang ngajak bolos sekarang udah jauh dari El."

-Elgy

{>¢<}

Sekitar pukul 9 pagi, Zidan, Aldi, dan beberapa lagi lain, berangkat ke kantor polisi untuk melaporkan orang yang telah membuat Xeila dikeluarkan dari sekolah. Tidak lupa, dia membawa orang yang semalam ia masukkan ke gudang untuk di masukkan ke penjara karena dia juga terlibat.

"Lo udah pastiin semua buktinya lengkap, kan?" Zidan bertanya pada Aldi untuk memastikan semuanya tidak ada yang tertinggal.

"Udah," jawab Aldi mantap. Dia menatap satu persatu temannya, merasa ada yang kurang. "Si Rega gak ikut? Biasanya dia paling depan kalo ngurusin masalah adek lo."

"Kaga, dia gantiin gue sip siang pagi ini." Zidan membalas ucapan Aldi sambil membenarkan ikatan pada pria tua yang sudah terkulay lemas.

Ruangan lengang sebentar, sebelum akhirnya Xeila berlari dari lantai dua menuju lantai dasar.

"Abang Zet!" teriaknya dengan suara cempreng.

Zidan dan teman-temannya langsung menatap Xeila yang ngos-ngosan setelah berlari. "Apa sih? Brisik banget," desis Zidan lalu kembali melanjutkan aktifitas yang tertunda.

Xeila mendengus kesal. "Kerudung pasmina Ex yang baru kenapa dipake buat ngiket dia?" jeritnya. Lalu dia memajukan bibirnya kesal.

Hei, pasmina itu adalah pasmina terbaru yang dia dapatkan dari ayahnya semalam. Kenapa abangnya malah memakai pasmina itu untuk mengikat si pria tua yang tangannya sudah kotor karena darah bercampur tanah?

"Lo tadi bilangnya ambil aja di lemari," ujar Zidan sambil menatap Xeila dengan alis yang sedikit naik.

"Tapi jangan yang masih pake plastik dong, itu baru." Xeila benar-benar kesal pada abangnya ini. Mungkin kerudung panjang itu memang bisa di beli lagi, tapi tetap saja itu kerudung terbaru dan belum Xeila coba sama sekali.

"Yaudah, kalo gitu gue lepasin iketan dia, terus lo ambilin kerudung lo yang lain," titah Zidan.

"Ish, udah lah pake aja. Kalo diganti sama yang lain entar ikutan kotor juga. Noda darah kan susah nyucinya," gerutu Xeila lalu pergi menuju dapur dengan kaki yang dihentak-hentakkan.

Teman-teman Zidan melongo melihat tingkah Xeila. Baru kali ini mereka melihat wajah kesal Xeila yang seperti anak TK tidak mendapat permen lolipop.

"Kiyowo kali adek lo, Zet," ucap salah satu teman Zidan setelah Xeila pergi dari sana.

Alis tebal Zidan terangkat. "Apa? Koyo?" tanya Zidan yang tidak mengerti.

"Ki-Yo-Wo." Laki-laki itu mengeja ucapannya.

Laki-laki beradik dua itu menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Udahlah, gue gak ngerti bahasa perkoyoan lo. Mendingan kita pergi ke kantor polisi sekarang."

"Dahlah, terserah orang katro," ucap laki-laki itu. Menyerah.

"Lagian lo kalo ngomong di Indo bahasa Indo aja, kita gak ngerti bahasa luar. Jangan mentang-mentang lo tinggal di Korea jadi pake bahasa sana di sini," ceramah Aldi.

"Iya-iya. Mian semua." Laki-laki itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil sedikit menunduk.

"Serah lo deh. Mau main mau mian. Gue gak peduli," ujar laki-laki lain sambil melambay-lambaykan tangannya.

***

Ponsel Xeila berbunyi. Nama Elgy tertera di sana.

"Assalamualaikum," sapa Xeila setelah menggeser ikon hijau ke atas.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now