INP- 15

1.6K 199 2
                                    

"Orang tua dia aja gak pusing ngurusin hidup anaknya, kenapa lo yang bukan siapa-siapa dia berani nyampurin urusannya?"

-Elgy

{>¢<}

"Abang Zet mau ke RS?" Xeila yang sudah siap berangkat ke sekolah heran melihat Zidan yang juga sudah memakai seragam perawatnya. Tidak biasanya Zidan berangkat sepagi ini, karena biasanya pertukaran ship kerjanya pada pukul 08.00.

"Iya, ayo cepet!" titah Zidan sambil mengeluarkan motornya dari garasi.

Xeila masih penasaran, lalu dia kembali bertanya, "mau ngapain?"

Zidan menstater motornya. "Ya mau kerja lah, mau ngapain lagi?" heran Zidan pada adiknya.

"Ihhh, maksudnya ngapain berangkat ke RS jam segini? Biasanya juga gantian shipnya jam 08.00."

"Cepet naik." Zidan mengabaikan pertanyaan Xeila, dai malah menyuruh Xeila segeran naik ke motornya.

Gadis itu menyunggingkan mulutnya. "Abang mau cari gebetan dulu, ya, di RS?"

Zidan terbatuk mendengar pertanyaan adiknya. Sial sekali dia mempunyai adik yang sangat kepo dan tebakannya selalu benar. Dia masih ingat saat kemarin sore adiknya dengan santai mencibirnya yang mau move on, padahal dia tidak berpacaran.

Ya, memang benar. Tujuan Zidan berangkat ke RS sepagi ini karena dia ingin menemui wanita yang kemarin sore dia curhatkan kepada Rega, dia ingin menanyakan kepastian tentang perasaan wanita itu padanya.

"Cie langsung merah gitu mukanya," goda Xeila yang menatap wajah Zidan dari kaca spion.

Dengan gesit Zidan mengarahkan kaca spionnya ke arah lain, agar Xeila tidak bisa melihat wajahnya yang memerah karena malu sekaligus kesal.

"Abang Zet yang kata ibu kalem ternyata bisa bucin juga," ledek Xeila.

"Diem lo, gue turunin di sini baru tau rasa," ancam Zidan.

Xeila langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan, menahan tawanya yang hampir saja pecah.

Sampai di depan gerbang sekolah, Xeila langsung melompat turun dari motor metik yang dikemudikan Zidan. Xeila menyalami tangan abangnya dengan hormat.

"Semangat dapetin hati cewenya, jangan terlalu bucin nanti gak ada yang jajanin Ex lagi," gurau Xeila lalu berlari masuk ke dalam sekolahnya. Meninggalkan Zidan yang menggerutu tidak jelas.

Baru saja Xeila mendaratkan pantatnya di meja, ponselnya berbunyi, dan menampilkan nama Elgy di sana.

"Assalamualaikum," sapa Elgy dari sebrang sana.

"Waalaikumsalam," balas Xeila, "ada apa?" tanya Xeila sambil membenarkan kerudungnya yang terlalu depan.

"Lo pulang sekolah jam berapa?"

"Jam 12 paling, biasanya kalo Jum'at jam segitu," jawab Xeila sambil mengerutkan keningnya.

Di sebrang sana Elgy tidak langsung berbicara lagi, dia diam beberapa saat, seperti menimbang-nimbang sesuatu.

"Ada apa?" tanya Xeila setelah beberapa saat tidak mendengar suara Elgy.

"Gue jemput lo di sekolah." Itu adalah perkataan terkahir Elgy sebelum akhirnya dia memutuskan sambungan teleponnya padahal Xeila belum sempat bertanya lebih lanjut.

"El kenapa sih?" tanya Xeila pelan sambil menatap ponselnya.

Bersahabat sejak kecil bersama Elgy membuat Xeila paham dengan semua gelagat Elgy. Tapi untuk kali ini, Xeila tidak tau apa maksud Elgy mau menjemputnya ke sekolah, karena sudah 2 bulan lebih Xeila sekolah di sini, Elgy tidak pernah sekalipun menjemput Xeila. Bahkan mengantar Xeila ke sekolah saja baru kemarin saat Elgy menginap di rumah Xeila bersama bundanya.

I'm Not Playgirl {Completed} Donde viven las historias. Descúbrelo ahora