INP- 13

1.8K 226 3
                                    

"Keliatan gak papa bukan berarti gak ada apa-apa."

-Rangga

{>¢<}

"Gue heran deh sama lo, Ex. Solat di Mushola iya, pake kerudung iya, tapi kelakuan lo itu gak banget gitu. Deket cowo sana sini, ketawa sama cowo, jalan sama cowo, boncengan sama cowo. Kasian gue sama pahala lo."

Tania, lagi-lagi dia mencampuri kehidupan Xeila. Berbicara tentang pahala seakan dia punya pahala paling banyak. Dia terus berbicara sepanjang Xeila melangkahkan kakinya dari Mushola menuju kelas.

Xeila pusing mendengar ocehan Tania yang tidak berhenti. Awalnya Xeila bersikap biasa saja, tapi lama-lama kupingnya panas juga mendengarkan ocehan Tania.

"Biarin malaikat Rokib sama Atid yang ngurusin pahala sama dosa gue, lo gak usah. Toh mereka juga gak butuh bantuan lo buat nyebutin dosa sama pahala gue satu-satu."

Tania memutar bola matanya. "Ex, sebagai seorang Muslim itu kudu ngingetin kesalahan Muslim lainnya," ujar Tania membela dirinya.

Xeila ikut mengerlingkan matanya. "Ngingetin ya ngingetin aja, gak usah ngabsen kesalahan gue."

Sampai di kelasnya, Xeila duduk lalu memasukkan mukenanya kedalam tas.

"Gini, ya, Ex. Allah itu, 'kan melarang hamba-Nya biar gak deketin Zina, dan dengan lo deket sama cowo berarti lo itu deketin Zina. Apalagi Zina itu dosa yang besar yang gak diampuni sama Allah," ceramah Tania membuat Xeila menatap mata Tania tajam.

"Terus lo pacaran sama Sean gak termasuk deketin Zina juga?" tanyanya.

Tania bungkam beberapa menit.

"Gini ya Tania yang sotoynya ngelebihin nyokap sama bokap gue. Gue bukan nyari pembenaran dari semua kesalahan gue, ya. Namanya juga manusia gada yang sempurna, 'kan?" Xeila menghirup udara sebentar. "Gue solat sama pake jilbab itu kewajiban gue sebagai seorang perempuan yang beragama Islam. Kalo gue punya sikap yang salah, jangan nyalahin solat sama jilbab gue dong. Lagian semuanya juga udah ada yang nulisin, lo gak perlu ikut campur."

Tania kesal, dia mencebikkan bibirnya lalu pergi dari hadapan Xeila.

Pleas ya Allah, Xeila juga bukan orang alim yang gak pernah lakuin dosa.

Tania tidak berjilbab, tapi dia mengomentari hidup Xeila yang berjilbab. Sebenarnya apa sih yang Tania mau?

"Hatters adalah fens yang tertunda," gumam Xeila pelan.

Xeila tidak usah berlama-lama memikirkan semua ucapan Tania, ada hal yang lebih penting yang harus dia kerjakan sekarang.

Xeila membuka buku Seni Budaya, lalu mulai membaca isi dalam bukunya. Di pelajaran terkahir ini, guru Seni Budayanha akan mengadakan kuis, jadi sebisa mungkin Xeila harus bisa menjawab kuis itu agar mendapat poin tambahan di pelajaran Seni Budaya.

***

"Repot, sih kalo punya otak setengah," gerutu Xeila pada dirinya sendiri.

Xeila tidak bisa menjawab semua pertanyaan dari gurunya, kecuali pertanyaan terakhir yang akhirnya membuat dia bisa pulang seperti teman sekelasnya yang lain, meskipun terakhir.

"Kok lo lama keluarnya?" tanya Rangga yang sudah duduk anteng di cup mobilnya.

Xeila meremas-remas ujung kerudung segi empatnya. "Gue kesel, tiap kuis Seni Budaya pasti pulang terakhir," adu Xeila pada Rangga.

Rangga terkekeh, dia baru tahu kalo Xeila ternyata tidak aepintar yang ia kira.

"Yuk ah pulang, gue mau cepet-cepet mandi, makan, terus tidur siang." Xeila langsung masuk ke jok depan mobil Rangga tanpa di suruh.

I'm Not Playgirl {Completed} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang