INP- 1

6.2K 530 61
                                    

"Deket sama cowo bukan berarti pacaran."

-Xeila

{>¢<}

"Abang Zet! Anterin Ex ke sekolah, dong!" teriak Xeila sambil menggedor-gedor pintu kamar abang sulungnya.

"Minta abang Ye aja! Abang Zet masih ngantuk!" balas Zidan yang masih bergelut dengan selimut. Ayolah, dia baru tidur pukul 5 pagi dan sekarang adiknya sudah berteriak-teriak memintanya untuk diantar ke sekolah? Shitt, lebih baik dia kembali tidur di bawah selimut bersama bantal dan guling berbentuk sosis goreng kesukaannya.

"Masa Abang Zet tega biarin Ex telat! Ini hari Senin, lho! Abang Zet, 'kan tau kalo abang Ye gada di rumah!"

Zidan memang lupa kalo adiknya yang satu lagi jarang ada di rumah. Ah, sial sekali adiknya yang satu itu, sudah beku lupa rumah juga.

"Punya anak dua lagi aja yang berisiknya kayak gini, Ayah yakin ini rumah kayak diisi satu Kabupaten."

Perempuan yang masih menggedor pintu kamar abangnya berbalik, menatap sosok laki-laki yang ia panggil ayah. Muka gadis itu ditekuk, bibirnya maju, jarinya memainkan ujung kerudung putih yang ia kenakan. Masih pagi, tapi Xeila sudah merasa bad mood karena telat bangun, ditambah dengan abangnya yang malah asik tidur saat Xeila meminta tolong untuk diantar ke sekolah.

"Abang Zet tuhhh, malah asik tidur. Ex mau berangkat sekolah, tapi dia gak mau nganterin Ex ke sekolah," adu Xeila dengan mata tertuju pada jam dinding yang terus bergerak, dia mulai gelisah sekaligus kesal pada abangnya.

"Kamu naik taksi online aja, nanti Ayah kasih uangnya." Willy sengaja berucap agak keras agar suaranya bisa didengar oleh anak sulungnya yang masih berada di dalam kamar.

Mata Xeila berbinar setelah mendengar ucapan ayahnya, rasa kesalnya lenyap, tangan kanannya langsung terangkat meminta uang untuk ongkos taksi online.

Brukk

Pintu kamar yang tadi Xeila gedor terbuka, seseorang dengan muka bantal dan rambut yang acak-acakan muncul dari sana. "Gada acara naik taksi online, hayu Abang Zet anterin."

Zidan sangat tidak rela jika adik bungsu sekaligus adik perempuan satu-satunya itu harus naik taksi online. Bisa-bisa kiamat kalo itu sampai terjadi.

Xeila memutar matanya malas, tangan kanannya kembali diturunkan. Abang Zet memang selalu menyebalkan bagi Xeila, dia selalu melarang Xeila ini itu. Belajar motor jangan, naik taksi online jangan, giliran Xeila mau apa-apa jadi repot sendiri.

Tapi dibandingkan dengan abang Xeila yang satu lagi, Zet atau Zidan mempunyai sifat yang lebih enak untuk diajak mengobrol, bertengkar, sekaligus enak untuk direpotkan.

"Nah, gitu kek dari tadi," sewot Xeila, lalu ia menyalami tangan ayahnya dan menggusur abangnya. Tidak ada acara cuci muka atau gosok gigi, Xeila tidak mau terlambat upacara pagi ini.

Rumah sederhana yang terletak di Ibu Kota ini dihuni oleh lima orang. Pertama, ayahnya yang lebih sering berada di rumah, karena pekerjaan ayahnya adalah penulis buku best seller yang tidak memerlukan kantor. Kedua, ibunya yang lebih sering berada di luar rumah karena pekerjaanya sebagai seorang relawan bencana yang ditugaskan di luar kota. Ketiga, Zidan atau dikenal dengan panggilan Zet, dia seorang perawat yang bekerja di sebuah rumah sakit swasta dengan metode kerja dibagi dua, sip malam dan sip siang. Keempat, Yasa atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Ye, dia seorang mahasiswa semester tiga yang lebih sering menghabiskan waktu di base camp-nya. Kelima Xeila atau lebih dikenal dengan panggilan Ex, dia seorang pelajar kelas 10, anak perempuan sekaligus anak terakhir yang sangat dijaga oleh keluarganya.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now