INP- 30

1.2K 161 9
                                    

"Gue maafin bukan berarti gue lupain."

—Xeila

{>¢<}

Tidak menginjak bangunan sekolah satu hari membuat Xeila merindukan roti cokelat di kantin sekolahnya.

Jadi di hari Rabu yang cerah ini, Xeila kembali bersekolah dengan keadaan wajah yang jauh dari kata baik-baik aja. Bagaimana mau baik-baik aja kalau sudut bibir yang masih terlihat sobek, dan pipi yang masih berwarna keunguan.

Perempuan keras kepala itu tetap keras kepala. Meskipun ayah, abang, bunda Elgy, bahkan Elgy sendiri melarang Xeila. Xeila tetap memaksa.

"Lo yakin? Muka lo masih kayak gitu. Mending pulang lagi aja, yuk," ajak Elgy yang pagi ini mengantar Xeila ke sekolah. Bahkan mereka sekarang sudah berada di depan gerbang.

"Kenapa gue gak yakin?" Xeila bertanya dengan nada sebalnya. "Gua baik-baik aja, El. Udah sana pergi, bukannya El juga mau sekolah?"

Elgy diam. Dia malah menatap manik mata Xeila yang saat ini terlihat sebal karena sejak dia memutuskan untuk berangkat sekolah, semua keluarganya melontarkan kata larangan.

"Sana ke sekolah," usir Xeila. Tangan mungilnya mendorong punggung Elgy agar segera menyalakan kembali motornya dan pergi dari sana.

"Gue gak bisa ninggalin lo dalam keadaan kayak gini," celetuk Elgy dengan nada memelas. Air mukanya menunjukkan ekspresi sedih.

"Terus lo mau ikut masuk ke sekolah gue?" tanya Xeila dengan geram.

Tapi pertanyaan Xeila tersebut justru membuat wajah Elgy sumringah. Muka cerianya seperti anak teka mendapat kinderjoy, terlihat sangat bahagia.

"Boleh, yuk. Parkir motornya di mana?"

Xeila menepuk keningnya sendiri. Bego sekali dia menawarkan Elgy untuk masuk ke sekolahnya.

"Gak, El. Gue bercanda. Mendingan sekarang lo pergi ke sekolah lo, gue mau masuk dulu. Nanti keburu bel lagi." Xeila melambaikan tangannya lalu berjalan menjauhi Elgy.

"Eil!" panggil Elgy. Bukan hanya Xeila yang menoleh ke arah Elgy, tapi juga murid lain yang kebetulan berada di depan gerbang.

Tapi Elgy mengabaikan tatapan mereka semua, bola matanya hanya terfokus pada perempuan berjilbab hitam. "Sini bentar," ucapnya pada Xeila.

Xeila memanyunkan bibirnya lalu kembali berjalan ke arah Elgy yang masih saja duduk di atas motornya di depan gerbang sekolah.

"Apalagi, sih?" kesal Xeila. Elgy benar-benar rese.

"Susu cokelat buat lo," ucap Elgy sambil menyerahkan satu kotak susu cokelat yang dia ambil dari dalam tasnya.

"Makasih, sekarang lo pergi!" usir Xeila tapi bibirnya menahan senyuman.

Elgy tersenyum jail. "Idih ngegas tapi malu-malu gitu. Senyum aja kali Eil, kayak sama siapa aja lo," goda Elgy sambil menoel-noel pundak Xeila.

"Pergi sana!" amuk Xeila sambil menginjak kaki Elgy.

Elgy tertawa, lalu menyalakan mesim motornya. "Nanti gue jemput," ucap Elgy sebelum akhirnya melesat untuk menuju ke sekolahnya.

Xeila tersenyum lalu kembali melangkahkan kakinya ke dalam sekolah.

"Pacar lo?" tanya seorang perempuan yang bahkan Xeila sendiri tidak tau namanya.

Pertanyaan gadis itu membuat Xeila menunjuk dirinya sendiri. Dan gadis itu mengangguk.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now