INP-34

1.1K 146 5
                                    

"Kadang kita harus mensyukuri apa yang belum kita miliki."

—Xeila

{>¢<}

Xeila menepati janjinya setelah pulang sekolah. Ya, gadis itu langsung membalas semua pesan yang masuk ke wa-nya sejak seminggu yang lalu. Bahkan dia membalas sebagian chat dengan pesan suara saat jarinya pegal karena terlalu lama mengetik.

Setelah melakukan itu, rasanya beban di hati Xeila sedikit menghilang. Dia merasa kembali berguna dan tidak egois karena memikirkan diri sendiri lagi.

Elgy memang benar, terlalu baik kadang membuat sebagian pria menyalah artikan kebaikan itu. Tapi saat tidak berbuat baik dan mementingkan diri sendiri, apa gunanya hidup ini?

"Udah solat Asar?" tanya Willy sambil mengetuk pintu kamar Xeila yang tertutup.

Sejak pulang sekolah tadi, Xeila memang belum keluar dari kamarnya. Dia bertahan membalas semua pesan ditemani dengan 5 batang cokelat.

"Udah, Yah," jawab Xeila dari dalam. Gadis yang sudah memakai kaos longgar berlengan panjang itu buru-buru membereskan bungkus cokelatnya yang berserakan sebelum ia membukakan pintu untuk ayahnya.

"Tumben gak keluar kamar, Ex baik-baik aja, 'kan?" Willy kembali bertanya. Pria beranak tiga itu menempelkan telinganya ke daun pintu.

Xeila yang sudah selesai membereskan bungkus cokelat itu buru-buru membuka pintunya. Membuat ayahnya yang sedang menempelkan telinga pada daun pintu terjembab ke lantai.

"Maaf, Ayah. Ex kira Ayah gak di situ," ucap Xeila langsung membantu ayahnya untuk kembali berdiri.

Willy yang tadinya merasa sakit pinggang karena terlalu lama duduk, kini rasa sakitnya bertambah dua kali lipat. Kepala bagian sampingnya yang terjembab pada lantai juga terasa ngilu.

"Kalo buka pintu itu pelan-pelan, Ex," ujar Willy sambil mengusap-usap kepalanya dengan sebelah tangan, sebelahnya lagi memegangi pinggang yang terasa patah.

"Ya maaf, Yah. Ex gak sengaja. Ayah juga sih, ngapain pake nempelin kuping di pintu kamar Ex segala?"

"Ayah pikir kamu lagi nangis, jadi Ayah kepo." Willy masih mengusap-usap area yang terasa sakit dengan tangannya.

"Maaf, Yah," ucap Xeila sambil memanyunkan bibirnya.

Willy mengangguk sambil meringis. "Yuk ah turun ke bawah," ajak Willy, lalu dia berjalan duluan dengan posisi tangan tetap mengusap area yang terasa sakit.

Xeila mengangguk, lalu dia mengikuti ayahnya menuju lantai dasar.

Soal Xeila yang sudah kembali membuka jasa konsultasi, Xeila masih menutupi itu dari ayahnya. Ia masih merasa kalau ayahnya tidak akan setuju dengan apa yang Xeila lakukan.

"Eh, El? Kok di sini?" Xeila menatap orang yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya dengan tatapan kaget. Biasanya juga anak itu langsung nyelonong ke atas tanpa disuruh siapapun.

"Lo bisa inget janji lo?" Elgy malah bertanya sambil menatap Xeila dingin. "Apa belum cukup muka babak belur lo seminggu yang lalu? Apa belum cukup lo bikin khawatir orang rumah? Apa belum cukup lo bikin khawatir Ibu yang lagi tugas di Bangka? Apa belum cukup lo bikin Bunda sama gue khawatir dengan keadaan lo?" Elgy mencecar Xeila dengan pertanyaan yang membuat gadis berkaos longgar itu terdiam.

Xeila membenarkan kerudung cokelatnya sambil menunduk. Pertanyaan Elgy benar-benar membuatnya diam tidak berkutik. Apa sebesar itu dampak dia saat kembali dekat dengan banyak laki-laki dan membantu mereka?

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now