INP- 18

1.4K 167 5
                                    

"Ninggalin bukan berarti gak sayang, justru ada kalanya kita harus mengungkapkan rasa sayang dengan cara meninggalkan."

-Rangga

{>¢<}

Pagi harinya Xeila berangkat sekolah diantar oleh Zidan. Dengan mata yang sedikit membengkak, Xeila tetap memaksa ingin sekolah. Suhu badan Xeila naik setelah semalaman tidak tidur dan terus menangis, tapi Xeila yang keras kepala tetap lah Xeila. Meskipun sudah dilarang sekolah oleh ayahnya, dia tetap memaksa.

"Mata lo kenapa, Xei?" tanya Beno yang berpapasan dengan Xeila di koridor kelas 12.

Xeila hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Lo kalo ada masalah cerita aja sama gue," ucap Beno.

"Gue gak papa, sans aja." Xeila membalasnya dengan nada santai.

"Lo gak bisa bohongin orang lain kalo mata lo aja udah nunjukin bukti duluan," ujar Beno.

Gadis itu terkekeh. "Gue sakit mata, Ben. Makannya bengkak kayak gini," kilah Xeila.

Beno membulatkan mulutnya, dia percaya saja pada perkataan Xeila.

Beno sampai di kelasnya, setelah dia berujar 'duluan' dan masuk ke kelasnya, Xeila menarik nafas lega. Dia tidak mungkin menceritakan alasan dia menangis kepada orang lain, itu hanya masalah sepele dan terlihat lebay.

"Widihhh, kayaknya ratu playgirl bisa galau sampe nangis juga, ya!"

Baru saja Xeila memasuki kelasnya, dia sudah disambut dengan teriakan Tania yang membuat beberapa perempuan di kelas menertawakan kedatangannya dengan mata yang bengkak.

"Diputusin pacar yang mana, Ex?" tanya Tania sambil duduk di meja Xeila.

Xeila diam, dia malas menanggapi ocehan Tania yang tidak bermutu itu.

"Diputusin satu cowo mah dia masih banyak cowo yang lain, 'kan pacarnya gak cuma satu," timpal yang lain membuat beberapa kaum hawa kembali tertawa.

Kevin yang sedang bermain game di sudut kelas merasa terganggu dengan tawa mereka.

"Berisik anjing, game gue jadi kalah, 'kan," gerutunya.

"Lo mau belain Ex? Boleh sihh, nanti gue tinggal kasih tau Alia kalo ternyata lo itu salah satu pacar Xeila." Tania mengibaskan tangannya di udara, bergaya so kuasa.

"Kalo lo gak tau apa yang terjadi, meningan diem deh. Makin pusing pala gue denger ocehan gak jelas, lo," ucap Xeila.

Tania menutup mulut dengan tangannya. "Ups, sorry. Lo lagi pusing ya mikirin gimana caranya cowo yang mutusin lo nyesel?"

"Anjing! Babi! Monyet! Gorila! Ciptaan Allah!" teriak Xeila membuat seisi kelas senyap. "Berenti ngebacot deh lu Tan, sumpah terlalu sotoy gak bikin lo masuk surga," lanjut Xeila lalu dia menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Bel sekolah berbunyi, membuat semua murid yang ada di kelas mulai duduk rapi di kursi masing-masing.

"Morning guys," sapa guru muda yang mengajar bahasa Ingris.

"Morning Mrs Ulfa," balas semua murid serempak.

"Xeila, are you okay?" tanya guru itu ketika melihat Xeila yang masih bertahan dengan posisi menelungkupnya.

Xeila mengangkat kepalanya, manatap guru cantik itu. "Sorry Mis, can I ask permission to go to UKS? I have a headache."

"Yes sure Xeila."

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now