INP- 14

1.7K 225 13
                                    

"Cia elahhh, gak usah so-soan mau move on. Lo sama dia aja kagak jadian."

-Xeila

{>¢<}

Xeila sampai di rumahnya tepat pukul 14.25, masih ada waktu beberapa menit untuk ia tidur sebelum solat Asar.

Setelah mencuci tangan dan kakinya sebentar, Xeila langsung merebahkan badannya yang masih terbalut seragam sekolah. Ia terlalu malas untuk sekedar mengganti baju, ia merasa sangat lelah, apalagi setelah kuis Seni Budaya yang benar-benar memusingkan menurutnya.

"Ex!" panggil Zidan sambil mengetuk pintu kamar adiknya.

Baru saja Xeila akan terlelap, cobaan sudah menghampirinya lagi.

"Apa sih, Bang? Ex ngantuk," gerutu Xeila dengan tetap berjalan membukakan pintu untuk abangnya.

Zidan sudah berdiri dengan dua keresek putih di tangannya. "Gue bawain lo cokelat," ucap Zidan sambil mengangkat salah satu kereseknya.

Mata Xeila yang awalnya sayu kini sudah terbuka sepenuhnya, wajah cantiknya berbinar-binar melihat satu keresek cokelat.

"Lho, Abang Zet emangnya abis dari mana?" tanya Xeila sambil mengambil alih salah satu keresek Zidan yang berisi cokelat.

"Abang abis dari rumah Rega, terus dia nitipin cokelat ini buat lo."

Xeila langsung kegirangan. "Abang punya temen pada baik banget sihhh, sampein sama bang Rega makasihhh banyak. Ex terima cokelatnya dengan senang hati, ya, Bang!" teriak Xeila lalu menutup pintunya dengan kerasa setelah selesai mengatakan itu pada Zidan.

"Astagfirullah, Ex! Dosa apa gue punya adek kayak lo!" Zidan balas berteriak dari depan pintu kamar Xeila yang sudah tertutup, dia kaget ketika Xeila menutup pintunya dengan keras.

Xeila yang sudah di dalam kamar hanya tertawa riang sambil membuka bungkusan cokelatnya. Lupakan Xeila yang sedang mengantuk dan merasa lelah akibat kuis Seni Budaya, sekarang dia sudah kembali ceria dan sibuk memakan cokelatnya.

Jika ditanya apakah Xeila tidak sakit gigi memakan banyak cokelat? Jawabannya kadang. Karena jika Xeila memakan cokelat lalu lupa gosok gigi sebelum tidur, dia baru akan sakit gigi.

Saat suara adzan Asar terdengar, Xeila langsung bergegas membersihkan dirinya lalu melaksanakan kewajibannya.

Di ruang tamu, Ayah Xeila masih berkutat di depan laptopnya. Ia sedang menyelesaikan naskah novelnya yang akan segera di terbitkan.

Sebagai seorang penulis yang sudah terkenal, ia harus menjaga konsistensinya dalam menulis. Willy tidak boleh merasa malas apalagi sampai naskahnya terlantar karena terlalu lama tidak dilanjutkan.

"Ayah!" panggil Zidan yang masih mengenakan sarung.

Willy melirik ke arah tangga di mana anak sulungnya sudah berdiri sambil memperlihatkan layar ponselnya. Di layar itu terdapat Viona yang wajahnya masih dipenuhi oleh keringat dan tanah.

"Ayah solat asar dulu, abis itu lanjutin nulisnya!" teriak Viona dari sebrang sana.

Willy mengacungkan jempolnya. "Siap, Bu! Ibu juga jangan lupa solat di sana," balas Willy.

Zidan berjalan mendekati ayahnya, lalu duduk di samping ayahnya dan menyerahkan ponselnya pada Wilky. Video call antara Viona dan ponsel Zidan masih tersambung meskipun jaringannya jelek.

"Ibu jangan lupa istirahat," kata Willy.

Di sebrang sana Viona menganggukan kepalanya. "Ayah juga jangan terlalu keasikan nyelesain naskahnya, jangan lupa istirahat sama jaga anak-anak."

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now