Epilog

1.9K 166 16
                                    

Tempat baru adalah tempat paling tepat untuk Xeila. Kembali satu sekolah dengan sahabat karibnya adalah keputusan terbaik yang Xeila dan keluarganya ambil.

Sekarang gadis itu tidak perlu risi mendengarkan celotehan tidak berguna yang keluar dari mulut orang lain. Ada Elgy yang selalu di sampingnya dan dengan sigap akan menutup kedua telinganya agar tidak mendengar omong kosong orang lain. Ada teman-teman Elgy yang dengan sigap ikut melindungi Xeila agar gadis itu selalu dalam keadaan baik-baik saja.

Xeila gadis beruntung, meskipun besar tanpa asuhan ibunya, dia tetap hidup bahagia dengan para super hironya. Ya, walaupun akhirnya dia menjadi pribadi yang tidak pandai bergaul dengan perempuan sebayanya.

Jujur saja, setiap anak yang ditinggalkan ibunya untuk bekerja, pasti mempunyai sedikit perasaan kesal pada ibunya. Pasti terbesit pertanyaan 'kenapa ibu lebih milih kerja daripada ngurusin aku?' 'kenapa ibu lebih sayang sama pekerjaannya daripada aku?' dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang jawabannya tidak mudah didapatkan.

Faktor itulah yang membuat Xeila sulit bergaul dengan perempuan. Rasa kesalnya yang terpendam pada seorang ibu malah dia lampiaskan pada perempuan lain yang sebayanya, kecuali pada bunda Elgy. Wanita itu mempunyai aura positive yang membuat Xeila nyaman berada di dekatnya.

Kata-kata playgirl yang orang lain lontarkan pada gadis itu adalah omong kosong. Xeila tidak pernah gonta-ganti pacar. Dia hanya nyaman berteman dengan laki-laki, dan kebetulan dia punya banyak teman laki-laki. Mungkin sebagian laki-laki itu menyukainya, tapi Xeila tidak pernah menyukai mereka. Dan dia tidak pernah melibatkan perasaan dalam sebuah pertemanan.

"Ngelamun terus, kesambet setan baru tahu rasa," tegur Elgy sambil menepuk bahu Xeila. Laki-laki itu mengulurkan eskrim cokelat yang berada di tangan kanannya pada Xeila.

Xeila sedikit terperanjat, tapi dia buru-buru tersenyum dan menerima eskrim yang Elgy ulurkan.

"Ngelamunin apa?" tanya Elgy sambil duduk di samping Xeila.

Mereka sedang berada di taman depan Komplek perumahan yang tidak terlalu ramai saat siang hari. Tapi karena tidak terlalu ramai itulah membuat Elgy dan Xeila memutuskan untuk berhenti dan sedikit ngadem di sana.

"Gue keliatan bahagia, gak?" Xeila malah balik bertanya pada Elgy. Dia melebarkan senyumannya dengan tangan yang sibuk membuka bungkus eskrim.

Elgy meneliti wajah Xeila sambil menjilat eskrimnya. "Kalo lagi sama gue, sih, lo keliatan bahagia." Elgy berucap dengan percaya diri.

"Serius El," kesal Xeila.

"Hehe, tapi beneran, lho, Eil. Lo kalo lagi sama gue gak pernah keliatan murung, padahal, 'kan lo juga punya masalah hidup yang lo sendiri gak tau cara nyelesainnya."

Xeila terdiam. "Lo peka banget sih, El. Gue jadi makin sayang sama lo," ucap Xeila dengan rengekkan manjanya.

Kata 'sayang' yang keluar dari bibir Xeila selalu membuat jantung Elgy berdetak 2 kali lebih cepat. Meskipun dia tau 'sayang' yang Xeila maksud adalah sayang sebagai sahabat, tapi Elgy tetap merasa spesial.

Elgy berdeham untuk menetralkan dag dig dug di jantungnya. "Gue sama lo udah bareng-bareng dari kecil Eil, masa gue gak peka sama keadaan lo."

"Iya sih, kita tuh udah kayak adik kakak." Xeila berucap lemas sambil memasukkan eskrimnya yang tinggal sedikit ke dalam mulutnya.

Telinga Elgy sedikit ngilu saat kata-kata itu meluncur, adik kakak? Nggak suami istri aja gitu?

"Udah abis, 'kan eskrimnya?" Xeila mengangguk. "Pulang, yuk. Lapar," ajak Elgy membuat Xeila langsung berdiri.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now