INP- 5

2.8K 318 5
                                    

"Lo terlalu sibuk nyari kesalahan orang lain, lupa kalo nyari kesalahan orang lain juga termasuk kesalahan."

-Zidan

{>¢<}

Siang hari membuat Ibu Kota seperti di panggang. Xeila mengipas-ngipaskan tangannya untuk mengurangi kegerahan, walau sebenarnya itu tidak mengurangi rasa gerah sedikit pun.

Berdiri di halte dengan berdempet-dempetan membuat Xeila menyesal menunggu Zidan di sini. Seandainya tadi dia diam dulu di kelas, mungkin dia tidak akan kegerahan seperti ini.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan halte, seorang laki-laki menyembulkan kepalanya dari kaca mobil. "Ex, Zet nelpon gue. Katanya dia gak bisa jemput lo, jadi gue dimintain tolong sama dia buat jemput lo." Dia berbicara pada Xeila dengan posisi Xeila sedang berdempet-dempetan dengan siswi lain.

Xeila sudah tidak tahan berdiri dengan terik matahari yang menyengat, setelah mengangguk sekilas dia langsung memasuki mobil laki-laki tadi. Xeila mengenal laki-laki itu, namanya Rega. Dia adalah salah satu sahabat Zidan yang akrab dengan Xeila.

Setelah kepergian Xeila, para siswi yang masih berdiri di halte saling berbisik-bisik. Siapa lagi laki-laki yang menjeput Xeila?

"Bang Zet kenapa gak bisa jemput?" tanya Xeila memecah keheningan.

Rega melirik Xeila sebentar, lalu kembali memokuskan penglihatannya pada jalanan. "Dia gantiin gue jaga di RS, soalnya gue ada acara di rumah. Nyokap gue ulang tahun, gue belum beli kado buat dia padahal acaranya nanti sore, lo bisa anter gue dulu gak ke mall buat beli kado?"

"Lo udah izin sama bang Zet?" tanya Xeila yang langsung diangguki oleh Rega. "Yaudah, gas aja."

Sebenarnya bukan hanya Yasa yang memiliki geng, Zidan juga bergabung di sebuah geng. Tapi bedanya, jika Yasa bergabung dengan geng para pecinta motor dan lebih sering ngumpul di base camp, geng Zidan justru tidak mempunyai base camp. Mereka tidak sering berkumpul, jika berkumpul juga paling di rumah Zidan ketika tidak ada ibunya atau di rumah anggota lain seperti Rega. Jika geng Yasa banyak yang meroko, geng Zidan justru anti asap rokok, mereka lebih suka makan seblak pedas daripada rokok. Bertolak belakang memang.

"Ex, lo masih suka bantuin temen lo nyelesain problem-nya?" Ketika lampu merah, Rega tiba-tiba bertanya.

Xeila mengangguk. "Gue seneng bantu mereka, deket sama banyak orang yang punya masalah bikin gue kayak ada gunanya, bang."

Jawaban yang selalu terasa fantastis untuk Rega. Jika boleh jujur, Rega memang menyukai Xeila. Tapi untuk mendapatkan Xeila, rasanya itu sedikit mustahil. Bukan cuma karena keluarga Xeila yang melarang Xeila pacaran, tapi juga karena agama mereka yang berbeda. Senakal-nakalnya Rega, dia akan tetap beribadah setiap hari Minggu, mengunjungi Gereja, dan mengikuti rangkaian ibadahnya.

Jakarta adalah Kota dengan penduduk yang bermacam-macam, banyak orang yang datang dari kampung untuk mencari kehidupan di sana. Termasuk juga keluarga Rega yang tadinya hanya merantau.

Sampai di mall yang mereka tuju, Xeila dan Rega turun dari mobil.

"Ibu lo suka warna apa, Bang?"

Sebelum mulai memilih barang untuk dikadokan kepada ibu Rega, sebaiknya Xeila tahu dulu warna apa yang disukai ibu Rega.

"Kayaknya ibu gue suka warna putih, deh. Soalnya gue sering banget liat ibu gue pake baju putih kalo keluar rumah."

Ucapan Rega membuat Xeila menatap Rega tidak percaya. "Ibu lo pake baju putih karena dia kerja di kantor yang mewajibkan dia pake baju putih. Lo gak tau warna kesukaan ibu lo, Bang?" selidik Xeila.

I'm Not Playgirl {Completed} Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin