INP- 7

2.4K 295 28
                                    

"Orang lain tuh cuma tau cangkang yang dia liat, sama dalem yang dia denger."

-Zidan

{>¢<}

Setelah makan malam di rumah makan milik teman Elgy, Xeila dijemput pulang dari rumah Elgy oleh Zidan yang sudah selesai bekerja.

Zidan tidak pernah mempermasalahkan adiknya bergaul dengan banyak laki-laki, dia dan keluarganya hanya meminta Xeila menjaga kehormatannya dengan tidak berpacaran. Karena Zidan mengerti, bahwa Xeila adalah adik perempuannya yang tumbuh di lingkungan yang lebih banyak laki-lakinya di banding perempuan. Menurut Zidan wajar saja jika Xeila lebih nyaman dan lebih merasa jadi diri sendiri saat bersama laki-laki, asal Xeila tahu batas.

"Bunda Elgy makin cantik, ya?" Zidan bertanya pada Xeila yang memeluknya dari belakang.

Jalanan malam lengang, jadi Zidan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengebut, membuat Xeila mau tidak mau memeluk abangnya agar tidak terbang ke belakang.

"Iya, ibu aja kayaknya kalah, deh," balas Xeila dengan sedikit berteriak.

Wajah Viona memang jadi sedikit gelap, ditambah dengan beberapa flek hitam di pipinya. Mungkin itu efek karena Viona bekerja di luar ruangan, jika siang panas terik Viona harus siap kepanasan, atau jika hujan tiba-tiba Viona juga harus siap kehujanan. Itulah resiko bagi Viona yang memilih bekerja menjadi relawan.

"Abang aduin ke ibu kalo kamu bilang ibu kalah cantik sama bunda Elgy, ah!" gurau Zidan.

Xeila menepuk jidat abang-nya, membuat motor yang dikendarainya oleng.

"Diem, Ex. Kalo nabrak gimana?"

"Salah Abang sendiri mau ngadu ke ibu."

Xeila mengerucutkan bibirnya, sebal pada Zidan yang selalu saja mengerjainya.

"Abang cuma bercanda, Ex."

Xeila tetap diam.

"Jangan ngambek, kek bocah lo. Abang beliin martabak coklat mau?"

Hei, siapa yang bisa nolak makanan favorite, sih?

"Mau, yang di depan gerbang komplek juga gak papa."

"Yehh, giliran ditawarin martabak aja, langsung senyum lagi." Zidan melihat adiknya yang tersenyum bahagia dari kaca spion.

Karena Zidan sedang berbaik hati, jadi dia akan menuruti keinginan adiknya. Martabak di depan gerbang komplek, tidak terlalu jauh dari posisinya saat ini.

Sampai di depan gerobak martabak, Xeila langsung berbinar dan memesan martabak kesukaanya.

"Cewe yang tadi di rumah sakit siapa? Mulutnya kok kayak gak pernah disekolahin?" Pertanyaan Zidan membuat Xeila tertawa.

Sambil menunggu martabak bikinan abang gerobaknya, Zidan dan Xeila duduk di kursi plastik yang tersedia di sana.

"Dia Tania, temen seangkatan."

"Bisa-bisanya dia ngomong kalo lo salah suka deketin banyak laki-laki, padahal dia sendiri salah terus nyari kesalahan lo. Gak lo laporin aja kelakuan dia yang sotoy itu ke guru Bk?"

Zidan peduli pada adiknya, jadi dia tidak mau jika adiknya terus saja jadi bahan nyinyiran orang yang bahkan tidak tau kehidupan asli Xeila seperti apa.

"Gak papa lah, Bang. Lagian yang percaya sama omongan dia cuma orang-orang dongo, yang mau temenan sama Ex tetep banyak meskipun dia ngomporin orang sana-sini."

Adik Zidan yang satu ini memang jarang sekali mempermasalahkan orang yang tidak menyukainya, Xeila jutru lebih fokus pada orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Padahal kurang baik apa Xeila sama orang? Tapi tetap saja ada yang tidak suka pada dia.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now