INP- 9

2.1K 261 7
                                    

"Namanya juga mantan, kalo giliran udah putus, terus gue-nya glow up aja, baru nyesel."

-Rangga

{>¢<}

Selesai istirahat ke-2, Xeila kembali ke kelas memakai baju milik Rangga yang bertangan pendek, lalu Xeila lapisi dengan jaket hitam yang juga milik Rangga. Tidak terlihat buruk, meskipun sedikit kebesaran.

Tapi yang jadi masalahnya, seluruh teman perempuan di kelas Xeila menatapnya dengan tatapan seolah Xeila adalah pelaku utama pencurian. Awalnya Xeila tidak merasa aneh ataupun terganggu dengan tatapan teman-temannya, tapi saat bu Ayu masuk ke kelas semuanya menjadi semakin salah paham.

"Xeila, kenapa kamu memakai jaket anak saya?"

Itulah pertanyaan bu Ayu yang membuat satu kelas riuh, mereka berbisik-bisik ternyata dugaan mereka tentang jaket yang dipakai Xeila benar.

"Saya minjem, Bu. Soalnya baju saya basah." Xeila menjawab pertanyaan bu Ayu sesopan mungkin.

Karena bu Ayu adalah salah satu guru yang tidak akan memperdebatkan hal lain saat pelajarannya, jadi bu Ayu tidak membahas atau menginterogasi Xeila lebih lanjut.

Pelajari Matematika sama seperti pelajaran Fisika menurut Xeila. Dia tidak pernah bisa memahami pelajaran tersebut dengan benar, meskipun abangnya jago dengan Matematika tapi itu tidak membuat Xeila tertular kepintarannya.

Saat pelajaran sudah berlangsung, bu Ayu beberapa kali menatap Xeila dengan tatapan yang sulit diartikan. Xeila jadi teringat soal dirinya yang menjadi bahan gosipan para guru kemarin, apalagi banyak guru-guru mengompori bu Ayu supaya melarang anaknya dekat dengan Xeila. Apa bu Ayu memikirkan perkataan rekannya saat menatap Xeila?

Tepat saat bel pulang berbunyi, Xeila dipanggil oleh bu Ayu untuk ikut keruangannya.

Sepertinya ini akan menjadi musibah bagi Xeila. Tapi tindakan bu Ayu membuat semua fens Rangga kegirangan, mereka juga sepertinya yakin sekali kalau Xeila ke ruangan guru untuk dimarahi oleh bu Ayu.

"Silahkan duduk," titah bu Ayu.

Xeila pikir dia akan di bawa ke ruangan guru, tapi ternyata dia malah di bawa keruangan BK yang letaknya cukup jauh dari bangunan-bangunan lain di sekolahnya.

"Sebenarnya saya tidak percaya dengan semua yang orang lain katakan tentang kamu, karena yang saya lihat kamu adalah siswi yang sopan dan tidak pernah membantah para guru."

Xeila tersenyum lalu sedikit mengangguk.

"2 Bulan kamu bersekolah di sini sudah cukup untuk saya mengetahui banyak hal tentang kamu, termasuk keluarga kamu."

Entah apa sebenarnya yang akan bu Ayu bahas, Xeila masih belum mengerti ke mana arah percakapan mereka.

"Yang tadi pagi mengantar kamu ke sekolah adalah murid kebanggaan saya, kakak kamu. Tadi pagi juga sebelum dia bertemu dengan kepala sekolah, saya dan dia sempat membahas tentang kamu. Kakak kamu bilang kalo adiknya itu sedikit berbeda, kamu lebih nyaman berteman dengan banyak laki-laki dibanding perempuan. Ya, sebenarnya saya bisa memaklumi itu."

Demi apa? Ternyata bu Ayu tidak sama seperti guru lainnya. Itu adalah kabar bagus bagi Xeila.

"Ibu kamu yang memilih menjadi relawan, pasti membuat kamu tidak sering berbicara dengannya secara langsung. Itu bisa menjadi salah satu faktor kenapa kamu lebih nyaman berteman dengan laki-laki, karena lingkungan kamu sejak kecil dipenuhi dengan laki-laki."

Xeila mengangguk, dia membenarkan perkataan bu Ayu.

"Maaf sebelumnya, Bu. Saya ingin bertanya." Bu Ayu mengangguk, mempersilahkan Xeila untuk bertanya. "Sebenarnya apa tujuan ibu membawa saya ke sini?"

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now