INP- 33

1.1K 157 6
                                    

"Kita bakal lindungin lo."

—Kevin

{>¢<}

Tidak akan ada orang yang nyaman didiamkan oleh orang yang biasanya bawel. Termasuk para laki-laki di sekolah Xeila yang terbiasa meminta bantuan dan menjadikan Xeila sebagai teman curhat. Mereka kesepian setelah lebih dari seminggu Xeila bersikap acuh.

Mungkin sikap Xeila yang berbeda seminggu lebih ini membuat Rangga banyak didatangi oleh siswa-siswa yang terbiasa meminta tolong pada Xeila. Ya ... Karena setau mereka, Xeila bersikap seperti itu setelah dia beradu bacot dengan Rangg di hari Rabu minggu kemarin.

Jujur saja, Rangga juga merasa bersalah pada Xeila. Oleh karena itu, di hari Jum'at ini dia mengumpulkan para laki-laki yang mengadukan sikap Xeila padanya di ruang osis.

Tepat saat istirahat pertama, sekitar 50 orang murid laki-laki berbondong-bondong menuju ruang osis yang terletak di lantai dasar di samping kantin sekolah.

Setelah mereka berkumpul, Rangga memanggil Xeila melalui microphone yang ada di ruangan osis. Biasanya microphone itu digunakan saat mereka hendak mengadakan rapat osis.

Xeila yang sedang memakan roti cokelat di dalam kelas, mengerutkan kening. Kenapa namanya bisa dipanggil oleh ketua osis? Bukankah masalahnya dengan Rangga sudah selesai sejak seminggu yang lalu?

"Kayaknya ada playgirl yang mau dihukum nih!" teriak seorang gadis yang duduk di pojok kelas.

"Dihukum buat bersihin semua toilet di sekolah ini," timpal gadis lain sambil tertawa bahagia.

Xeila mengendikkan bahunya acuh. Omongan mereka hanya sampah tak berguna dan tak bisa didaur ulang.

Setelah menghabiskan roti cokelatnya, Xeila langsung melangkahkan kakinya menuju ruang osis.

"Dasar tukang caper," ejek salah satu murid saat Xeila melewatinya.

Bodo amat. Xeila tidak peduli. Toh dia sudah seminggu ini tidak mendekati laki-laki manapun di sekolah ini. Meskipun itu berat.

***

Sampai di ruang osis, Xeila mati-matian agar tetap bersikap cuek. Padahal sebenarnya dia ingin sekali menyapa mereka.

"Lo kenapa berubah, Ex?" tanya Rangga to the point.

Susana di ruangan itu hening. Tidak ada yang berbicara atau berbisik-bisik satupun.

Jantung Xeila berdebar. Dia bingung sekaligus gugup mendapat pertanyaan seperti itu.

Tangan gadis itu bergerak untuk menggaruk kepalanya yang terbalut jilbab cokelat.

"Berubah gimana?" tanya Xeila pura-pura tidak mengerti.

Kevin yang duduk tidak jauh dari bangku yang Xeila tempati mengangkat tangan. Intruksi kalo dia hendak berbicara. "Kenapa lo gak bales pesan dari kita semua? Padahal biasanya lo selalu bales cepet setiap pesan yang kita kirim ke wa lo," ujar Kevin menggebu-gebu.

Xeila menunduk. Memang benar. Sudah seminggu lebih ini dia tidak membalas pesan siapapun yang masuk ke wa-nya. Itu semua karena larangan Elgy sekaligus janjinya pada Willy dan kedua abangnya.

"Terus seminggu lalu muka lo kenapa bisa bonyok?" tanya seorang laki-laki yang duduk di bangku rapat paling ujung.

Jujur saja, kepala sekolah telah meminta keluarga Xeila tutup mulut atas kejadian seminggu yang lalu. Itu membuat Xeila bingung harus menjawab apa sekarang.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now