INP- 10

2.1K 250 7
                                    

"Dia teh udah good looking, good attitude lagi. Makin berasa jadi remah-remah roti gue kalo deket dia."

-Elgy

{>¢<}

"Makasih udah anterin gue, lo mau masuk dulu?" tawar Xeila setelah turun dari mobil Rangga.

Rangga menaik turunkan alisnya beberapa kali sebagai tanggapan dari ucapan terima kasih Xeila. "Gue langsung balik aja, see you."

Xeila mengehela nafas pelan setelah mobil Rangga berlalu dari hadapannya, lalu ia masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum!" Xeila berteriak saat membuka pintu depan rumahnya.

"Waalaikumsalam," balas Viona dari dapur.

Xeila mencium aroma masakan yang sangat lezat, aroma itu membawa kaki Xeila melangkah ke arah dapur.

"Ibu masak apa? Wanginya kecium sampe depan pintu." Xeila berujar.

Viona masih mengaduk-ngaduk isi dalam wajan itu. "Masak opor ayam buat makan sekarang."

Xeila mengepalkan tangannya sambil berkata, "Yes."

"Ganti baju dulu sana sekalian solat Asar, nanti kita makan."

Xeila langsung memberi hormat pada ibunya layaknya ia memberi hormat pada bendera merah putih.

Viona menggelengkan kepalanya sambil mencebikkan mulutnya. Anak bungsunya ini memang ada-ada saja.

"Ayah!" panggil Viona pada Willy yang masih sibuk berkutat di depan laptopnya di ruang tamu.

"Iya, Bu!" sahut Willy dengan mata dan jari yang tetap fokus pada laptop.

Viona menggerutu pelan. Suaminya ini jika sudah berkutat dengan laptop pasti lupa kalo dia masih ada di dunia.

"Udah solat Asar belum?" tanya Viona masih dengan berteriak.

"Belum, sebentar lagi, nanggung ini."

Viona berdecih. "Kalo dihisab sama malaikat terus ditanya 'kenapa kamu mengakhirkan solat?' kamu bakal jawab nanggung juga?" Viona menghampiri suaminya dengan pisau bekas mengiris bawang di tangan kanannya.

"Astagfirullah, malaikat maut!" Willy refleks berteriak saat mendapati istrinya sudah mencak-mencak dengan celemek kotor dan pisau bau bawang.

Zidan yang baru saja keluar dari kamarnya dan berdiri di anak tangga paling atas tertawa melihat kelakuan ayah ibunya.

"Iya Ayah solat sekarang." Willy beranjak dari duduknya. Lalu ia naik ke kamarnya, tidak lupa ia menjitak anak sulungnya yang sudah berani menertawakannya.

Zidan lanjut menuruni anak tangga sambil mengusap-usap kepalanya yang dijitak Willy.

"Abang Zet udah solat?" Viona bertanya.

Zidan langsung mengangguk menjawab pertanyaan ibunya. "Yasa belum pulang, Bu?" Zidan celingukan.

Viona menggelengkan kepala. "Belum, anak itu Ibu telpon gak dijawab, Ibu SMS gak dibales."

Zidan terkekeh. "Positive thinking aja, Bu. Mungkin Yasa gak punya pulsa."

Viona menepuk bahu anak sulungnya. "Udah Ibu isiin tadi pagi, padahal ini makan sore terakhir Ibu di rumah."

Zidan mengerti perasaan ibunya, tapi dia tidak bisa melakukan banyak hal. Zidan dan Yasa tidak terlalu dekat, selalu seperti ada sekat tebal saat dia ingin berbicara dengan adiknya yang satu itu. Yasa terlalu tertutup, terlalu dingin.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now