INP- 8

2.2K 270 8
                                    

"Ngapain belajar di sekolah kalo cita-cita lo cuma jadi jalang murahan?"

-Tania

{>¢<}

Sekandal yang dibuat Zidan dan Xeila sukses membuat satu sekolah membicarakan Xeila, murid kelas 10 yang baru saja masuk itu sudah menjadi trending topic. Bukan hanya dikalangan siswa perempuan, tapi juga guru perempuan yang suka sekali bergosip ria saat jam istirahat.

Xeila menganggap semuanya hanya angin yang berhembus, di jam istirahat dia justru berjalan santai menuju kantin. Membiarkan orang-orang yang dia lewati berbisik dan menambah-nambahkan kejadian tadi pagi.

Zidan benar, orang-orang hanya melihat cangkang yang dia lihat dan isi yang dia dengar. Tidak tahu fakta sebenarnya.

"Mbak, roti cokelat yang biasa Ex beli habis?" tanya Xeila pada ibu kantin yang berjaga.

Ibu kantin itu melihat rak roti yang sudah kosong. "Habis, Neng. Kalo gak salah tadi ada yang beli semuanya," ujar si ibu kantin itu.

Xeila mendengus sebal, mau makan apa dia di jam istirahat kalo roti cokelat kesukaannya tidak ada?

Saat Xeila berbalik, Rangga sudah berdiri di sana dengan roti cokelat kesukaan Xeila yang sudah diacungkan di tangan kanannya. "Lo mau ini, 'kan?"

Untuk hari ini, sepertinya Xeila sudah cukup dibicarakan satu sekolah karena datang kesekolah bersama seorang laki-laki dan dirangkulnya. Dia tidak ada niatan untuk menambah lagi sekandalnya hari ini.

"Enggak, ko. Gue mau ...." Xeila berpikir sebentar. "Susu cokelat," lanjutnya sambil mengambil susu kotak rasa cokelat yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Mbak, saya beli ini aja," ucap Xeila pada ibu kantin sambil memberikan uang pas seharga susu cokelat itu.

Rangga tersenyum miring. "Elgy bilang, 'seorang Eil itu gak akan pernah nolak makanan ke sukaanya', dan salah satu makanan kesukaan lo roti cokelat ini." Rangga menirukan cara Elgy berbicara.

Xeila menggaruk kepalanya yang terbalut jilbab. Sebenarnya dia sangat ingin menerima roti cokelat itu, apalagi perutnya lapar setelah belajar Kimia selama dua jam. Xeila melirik sekitar, banyak siswi lain yang menatapnya dengan tatapan buas. Apalagi tiga wanita yang duduk di meja pojok kantin dengan mata yang sudah siap loncat dari tempatnya.

"Euhhh, kayaknya engga, deh, Ga. Euhhh, gue ada ... euhhh urusan lain. Ya, gue ada urusan lain. Makasih tawarannya, gue duluan, ya." Lantas Xeila berlari keluar dari kantin.

Jika Xeila dekat dengan Kevin saja sudah menjadi bahan gosipan, gimana Xeila dekat dengan Rangga yang notabenya ketua osis dengan fans perempuan se abreg. Bisa-bisa dia bully satu sekolah.

Xeila tidak takut, hanya saja dia malas berurusan dengan cabe jadi-jadian. Berurusan dengan Tania yang punya sikap sotoy saja kadang membuat Xeila emosi.

Baru saja gadis itu ingin duduk di tribun untuk meminum susu kotak sambil melihat kakak kelasnya bermain bola, dia sudah digusur oleh dua perempuan ke belakang tangga tribun.

"Lo jangan pernah deketin Rangga, ya. Dia cuma pantas jadi milik gue, lo yang cuma remah-remah roti mending minggir aja, deh." Seseorang mengucapkan itu sambil menarik kerudung Xeila, membuat rambut depan Xeila terlihat.

Xeila diam, dia tidak melawan. Lebih tepatnya belum melawan. Dia ingin membiarkan kakak kelasnya ini berada di atas angin karena melihat Xeila yang hanya diam menunduk.

I'm Not Playgirl {Completed} Where stories live. Discover now