INP- 25

1.2K 169 3
                                    

"Jadi mantan aja bangga."

-Yasa

{>¢<}

"Ya Allah, ini anak Ayah kenapa bisa gini?" Willy yang sudah tenang saat mendapat kabar bahwa Xeila di temukan kini kembali panik. Dia tidak menyangkan anak bungsunya akan seperti ini, dia merasa gagal menjadi seorang ayah.

Yasa segera membawa Xeila ke kamar gadis itu, dia membaringkan tubuh Xeila di atas kasur.

Willy dan Zidan yang sejak tadi membututi Yasa segera duduk di bibir ranjang.

"Dingin," keluh Xeila.

Willy langsung bergegas mengambil baju kering untuk Xeila kenakan. Tidak lupa, ia juga mengambil jaket untuk Xeila.

"Ex mau ganti baju sendiri atau Ayah panggilin bunda Elgy?" tanya Willy setelah menyimpan setelan baju Xeila di atas kasurnya.

"Ex kuat, ko," jawab Xeila sambil mencoba duduk. Tangannya masih sedikit kebas, tapi ia tidak mau merepotkan bunda Elgy malam-malam begini.

"Kalo udah langsung buka aja pintunya, ya," ucap Willy lalu menggusur kedua anak laki-lakinya keluar kamar Xeila.

Kamar Xeila hening, gadis itu masih mengumpulkan sisa-sisa tenaganya.

Setelah beberapa menit hanya duduk dan berdiam diri, akhirnya Xeila meraih baju yang disiapkan ayahnya. Ia mengganti seragamnya yang basah dengan baju kering itu.

Selesai berganti, Xeila berjalan ke arah pintu lalu membuka daun pintunya. Menampilkan ayah dan kedua abangnya yang sedang berdiri sambil memangku tangan.

Sebenarnya keadaan seperti ini sangat menyayat hati Willy sebagai ayah. Melihat anak bungsunya dalam keadaan kacau adalah hal paling Willy benci. Dia sebagai ayahnya saja tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk pada Xeila, tapi orang itu dengan tega menyaki Xeila sampai seperti ini.

"Ayah harus bertindak, setidaknya orang-orang itu harus dikeluarkan dari sekolah," ucap Willy sambil memapah Xeila untuk kembali berbaring di kasurnya.

Kedua anak laki-lakinya mengangguk, menyetujui ucapan ayahnya.

"Besok biar Ayah sama Ye ke sekolah, Zet jagain Ex." Zidan langsung mengangguk sambil memberi hormat pada ayahnya.

"Perih, Yah," adu Xeila sambil memegang sudut bibirnya.

"Sini biar abang obatin dulu." Zidan langsung duduk berjongkok di pinggir kasur Xeila. Tangannya membuka nakas yang terletak di sampingnya, mengambil obat merah dan teman-temannya.

***

Pagi harinya, Willy dan Yasa langsung berangkat menuju sekolah Xeila. Menemui kepala sekolah dan mengadukan kejadian kemarin yang menimpa anaknya.

"Sebentar, Pak. Biar saya telpon dulu orang tua dari murid yang bernama Alika," ujar kepala sekolah itu setelah mendengar semua cerita dari willy.

Karena kejadian pembullyan kemarin berada di rumah Alika, dan orang yang Yasa tau hanya Alika. Jadi dia menyebutkan nama Alika saat kepala sekolah bertanya siapa pembullynya.

Cukup lama menunggu kepala sekolah berbicara dengan keluarga Alika, akhirnya kepala sekolah menutup sambungan teleponnya.

"Kakak dari Alika akan mewakili orang tuanya untuk datang kemari, jadi kita tunggu saja agar semuanya selesai. Saya juga tidak bisa memutuskan sesuatu hanya dengan mendengar satu pihak."

Willy mengangguki perkataan kepala sekolah itu.

"Sekarang keadaan Xeila gimana, Pak?" tanya kepala sekolah setelah cukup lama terdiam.

I'm Not Playgirl {Completed} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang