Immortal Witch | Act 35 - Heart Problem

Start from the beginning
                                    

"Aku lelah. Andai peri kecilku disini," gumam Zoya merindukan perinya.

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Jules tidak ingin berdiam diri.

"Lebih baik tingkatkan kemampuan kita. Pada umumnya kita masih kalah jauh dengan senior, jangan sampai mempermalukan diri sendiri," ujar Blaire.

"Membosankan sekali, lebih baik mencoba senjata kalian masing masing, lihat betapa hebatnya senjata itu di tangan kalian." Jules memberi pendapat.

"Tidak, aku ingin belanja. Jarang jarang kita berempat bisa belanja bersama." Zoya ikut memberi pendapat.

Mereka berdebat tidak jelas, saling bersahutan tentang pendapat masing masing. Hanya Clare yang tidak memberi pendapat, dia malah terpaku melihat ketiga temannya berdebat. Dia tidak tahu harus berpendapat bagaimana, jadi hanya diam melihat ketiga temannya berdebat tidak jelas dan membuang waktu. Clare berpikir sejenak. Dia ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan daripada latihan dan belanja. Tapi dia sendiri tidak tahu harus melakukan apa, hidupnya sangat kosong.

Tiba tiba ponselnya berdering. Clare merogoh tasnya kemudian melihat layar ponsel menunjukan tulisan 'mom'. Tanpa aba aba Clare mengangkatnya dan meletakannya di telinga.

"Hello."

"Clare, pulanglah. Aku butuh bantuan."

"Mom, aku sedang bersama teman teman." Clare keberatan.

"Tidak ada banyak alasan. Aku butuh bantuan, masa kau tidak bantu? Ayolah sekarang."

"Clare datang." Clare langsung menutup telfonnya. Dia mendesah kemudian melirik teman temannya yang masih sibuk berdebat.

"Aku pulang. Marine mendesakku, aku tidak bisa apa apa." Clare pamit pulang. Wajah mereka terlihat kecewa.

"Yahh Clare, baru saja akan membuat kesimpulan." Zoya keberatan.

"Pergilah, mungkin ada hal penting." Jules membiarkannya begitu juga Blaire.

Clare hanya mengangguk dan pergi setelah menutup kembali pintu garasi. Tadinya dia datang menggunakan mobil milik Blaire, tapi sekarang dia harus jalan kaki, tidak ingin merepotkan yang lain. Taksi? Tidak ada yang lewat disekitar sini karena tempat ini begitu sunyi, lagipula dia lebih baik jalan kaki sambil menikmati perjalanan.

Disebuah ruangan penuh dengan berbagai alat fisik, Gavin tengah meninju ninju samsak dengan boxing miliknya. Dia ingat malam itu, ketika sedang mencari Luke, dia melihat Luke dan Clare di tempat yang sama saling bicara. Walau itu adalah hal wajar, tapi dia sangat mengenal Luke, tidak pernah dia melihat Luke bicara pada siapapun selain keluarganya sendiri atau profesor. Bahkan sikapnya waktu itu tidak sedingin biasanya, dia merasa aneh. Jika benar, Luke menyukai Clare, hatinya merasa kacau. Gavin akui, bahwa ia menyukai Clare sejak pertama masuk akademi, tapi dia sama sekali tidak tahu kalau kakaknya yang dingin itu diam diam sama sepertinya, itu membuatnya merasa semakin kacau, andai saja Luke jujur padanya. Itu baru pemikiran sementaranya saja, jika ternyata sebaliknya, maka Gavin akan sangat lega. Luke sangat sulit ditebak.

Suara denyitan pintu terdengar, seseorang masuk kedalam ruangan. Seorang pria yang parasnya tidak kalah dengan kedua bersaudara itu, dia berdiri memperhatikan Gavin diluar ring dan berkacak pinggang melihatnya.

"Terjadi sesuatu? Tidak biasanya kau seperti ini." Dia menegur.

"Bukankah Dad bilang harus sering berlatih?" Gavin tetap pada kegiatannya tanpa menoleh sedikitpun.

"Oh ayolah, aku selalu tahu bagaimana perasaan seseorang. Jika dia sedang gelisah, marah, sedih, bahagia tentu aku tahu. Kau sedang gelisah, katakan apa kegelisahanmu."

Immortal Witch ✓Where stories live. Discover now